Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
2 Ramadhan 1446 HMinggu, 02 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Utang Puasa Lewat 1 Kali Ramadhan, Bagaimana Menggantinya? Ini Kata Para Ulama
25 Februari 2025 18:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Umat Islam diwajibkan membayar utang puasa Ramadhan sebanyak hari yang ia tinggalkan. Yang dimaksud utang adalah puasa yang tidak dilaksanakan selama bulan Ramadhan. Namun, jika utang puasa lewat 1 kali Ramadhan, bagaimana menggantinya?
ADVERTISEMENT
Sebagian ulama menganjurkan agar utang puasa dibayar sebelum tiba bulan Ramadhan berikutnya. Untuk menggantinya, umat Islam dapat membayar fidyah atau menunaikan puasa di luar bulan Ramadhan jika mampu.
Namun, untuk mengganti puasa yang sudah lewat 1 kali Ramadhan, ada ketentuan yang perlu dipahami agar umat Islam tetap mendapatkan pahala dan tidak melanggar syariat.
Cara Mengganti Utang Puasa Lewat 1 Kali Ramadhan
Puasa merupakan rukun Islam yang ketiga. Jika seorang Muslim tidak menjalankan puasa Ramadhan, maka ia diwajibkan untuk mengganti puasa tersebut di luar bulan Ramadhan. Menurut jurnal berjudul Penangguhan Qadha Puasa Ramadhan yang ditulis oleh Masdinar Ibrahim, setiap utang puasa wajib diganti, meskipun sudah melewati 1 kali Ramadhan atau ditunda selama bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
Jika qadha puasa atau mengganti utang puasa ditunda hingga memasuki Ramadan berikutnya, maka ia harus menjalankan puasa Ramadhan terlebih dahulu, kemudian mengganti utang puasanya setelahnya.
Sementara itu, bagi mereka yang tidak mampu menjalankan puasa, seperti lansia atau seseorang yang mengalami sakit berkepanjangan tanpa harapan sembuh dan tidak sanggup mengqadha, maka ia diwajibkan untuk membayar fidyah . Bentuk fidyah yang harus diberikan adalah memberi makan seorang miskin setiap hari dengan takaran satu mud.
Menunda qadha puasa diperbolehkan jika ada kondisi tertentu yang menyebabkan seseorang tidak dapat segera mengganti puasa, sehingga utangnya menumpuk selama bertahun-tahun. Namun, terdapat perbedaan di kalangan ulama tentang cara mengganti utang puasa yang sudah lewat 1 kali Ramadhan atau menahun selama bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
1. Pendapat Ulama yang Merujuk Mazhab Syafi'i, Maliki, dan Hambali
Mayoritas ulama berpendapat bahwa seseorang yang memiliki utang puasa menahun wajib mengqadha puasanya sekaligus membayar kafarat dalam bentuk fidyah, yaitu memberi makan orang miskin untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan.
Pandangan ini didasarkan pada Surah Al-Baqarah ayat 184 yang bunyinya:
اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Ayyāmam maʿdūdāt, fa man kāna minkum marīḍan au ʿalā safarin faʿiddatum min ayyāmin ukhar; wa ʿalallażīna yuṭīqụnahụ fidyatun ṭaʿāmu miskīn; fa man taṭawwaʿa khairan fa huwa khairul lah, wa an taṣụmụ khairul lakum in kuntum taʿlamụn.
Artinya: "(Yaitu) dalam beberapa hari tertentu. Maka barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu ia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain.
ADVERTISEMENT
Dan bagi orang-orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."
Menurut mazhab ini, seseorang yang sebenarnya mampu mengqadha puasa tetapi terus menundanya, maka ia tetap wajib mengganti puasanya di luar Ramadhan serta membayar fidyah sebagai bentuk denda.
2. Pendapat Imam Abu Hanifah
Berbeda dengan pandangan mayoritas ulama, Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa seseorang yang memiliki utang puasa bertahun-tahun cukup memilih salah satu di antara dua opsi: mengqadha puasa atau membayar fidyah. Keduanya tidak harus dilakukan bersamaan.
Karena terdapat perbedaan pandangan di kalangan para ulama, seorang Muslim dapat memilih yang menurutnya lebih meyakinkan dan mudah dijalankan. Jika merasa mampu, maka mengqadha puasa sekaligus membayar fidyah bisa menjadi pilihan yang lebih aman.
ADVERTISEMENT
Namun, jika lebih yakin mengikuti pandangan Imam Abu Hanifah yang hanya mewajibkan salah satu, maka hal tersebut juga diperbolehkan.
(DR)