Konten dari Pengguna

Warna Liturgi Malam Natal dan Makna di Baliknya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
24 Desember 2022 10:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Paus Fransiskus merayakan Misa Malam Natal di Basilika Santo Petrus di Vatikan, Jumat (24/12). Foto: Guglielmo Mangiapane/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Paus Fransiskus merayakan Misa Malam Natal di Basilika Santo Petrus di Vatikan, Jumat (24/12). Foto: Guglielmo Mangiapane/REUTERS
ADVERTISEMENT
Dalam tradisi umat Nasrani, warna liturgi merupakan tanda siklus gereja dan peristiwa gerejawi. Karena itu, setiap peristiwa besar dalam amemiliki warna liturgi yang berbeda-beda, termasuk Natal.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Hari Raya Liturgi Sejarah oleh Rachman, warna liturgi biasanya mendominasi berbagai atribut dari peristiwa bersangkutan. Sebut saja taplak altar, banner di dinding, spanduk, bendera, aksesori pakaian, bunga, dan sebagainya.
Ada lima dasar warna liturgi, yaitu putih, merah, hijau, ungu, dan hitam. Meski Natal identik dengan warna hijau dan merah, kedua warna itu bukanlah warna liturginya. Lalu, apa warna liturgi malam Natal dan apa maknanya? Simak penjelasannya dalam artikel di bawah ini.

Warna Liturgi Malam Natal

Ilustrasi warna liturgi malam Natal. Foto: Unsplash
Mengutip situs J. Oliver Buswell Jr. Library, kalender gereja dimulai dengan Adven, empat hari Minggu sebelum Hari Natal. Biru tua atau ungu menjadi warna liturgi untuk masa ini. Terkadang, merah muda juga dipakai untuk minggu ke-3.
ADVERTISEMENT
Untuk musim Natal, dimulai dari malam Natal sampai Hari Natal, digunakan warna putih atau emas. Warna liturgi Natal ini berlaku sampai Epifani, puncak perayaan masa Natal yang jatuh pada tanggal 6 Januari. Dalam beberapa tradisi, warna tersebut terus dikenakan sampai hari Minggu sesudahnya.
Dijelaskan dalam buku Dasar-Dasar Liturgi oleh Komisi Liturgi, warna putih dipandang sebagai simbol kemuliaan, kemurnian, kebenaran mutlak, dan kejayaan yang penuh kemenangan. Warna putih juga melambangkan kesucian dan terang yang tak terpadamkan.
Selama masa Natal, Sri Paus akan mengenakan jubah, singel, dan solideo (topi bulat) berwarna putih. Berbagai ornamen di gereja pun didominasi dengan warna putih.
Selain Natal, warna putih juga dipakai dalam perayaan liturgi lainnya, misalnya pada masa Paskah, hari raya peringatan Tuhan Yesus, dan peringatan Santa Perawan Maria.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi gereja. Foto: Unsplash
Setelah masa Natal selesai, umat Nasrani akan kembali ke masa biasa yang ditandai dengan warna liturgi hijau. Hijau merupakan simbol ketenangan yang menyegarkan, melegakan, dan manusiawi.
Dalam masa biasa, orang Kristiani menghayati hidup dan rutinitasnya dengan penuh ketenangan terhadap sabda Allah. Mereka juga akan menghayati harapan akan kasih Allah.
Masa biasa berlangsung sampai hari Selasa sebelum Hari Rabu Abu atau permulaan masa Prapaskah. Pada masa Prapaskah, warna liturgi yang digunakan adalah ungu dan hitam.
Warna ungu merupakan simbol kebijaksanaan, keseimbangan, sikap hati-hati, dan wawas diri. Itulah mengapa warna ini dipilih untuk ibadah tobat pada masa Prapaskah. Selama masa ini, seluruh umat diundang untuk bertobat dan mempersiapkan diri menyambut Paskah.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, warna hitam melambangkan kegelapan, pengorbanan, kesedihan, dan kedukaan. Penggunaan warna ini tidak mutlak, biasanya diganti dengan warna ungu.
(ADS)