Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Benang Merah Terjadinya Gempa Lombok, Palu, dan Situbondo
12 Oktober 2018 16:24 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari Berita Heboh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Belum selesai perhatian masyarakat Indonesia terfokus pada bencana gempa dan tsunami di Palu, kali ini sebuah gempa terjadi di Situbondo pada Kamis (11/10) dini hari. Gempa ini mengakibatkan empat orang tewas sementara ratusan rumah lainnya hancur. Meskipun berpusat di Situbondo, Jawa Timur ternyata efek gempa berkekuatan 6 magnitudo ini juga dirasakan oleh masyarakat di Malang, Probolinggo, Surabaya bahkan hingga Kabupaten Jembrana di pulau Bali.
Ilustrasi Sesar Naik Flores (Sumber: Kumparan/ Youtube)
ADVERTISEMENT
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, gempa yang terjadi pukul 01.44 WIB itu disebabkan oleh Sesar Naik Flores. Sesar adalah patahan yang terjadi pada lapisan batuan bumi yang ditimbulkan karena adanya pergesekan dari lempengan bumi. Indonesia sendiri terletak di antara tiga lempengan bumi yakni; Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Samudra Pasifik.
Kepala Bidang Informasi dini gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan bahwa Indonesia terletak di daerah Ring of Fire atau daerah dengan jumlah gunung api yang banyak sehingga berpotensi terjadinya gempa bumi. Berdasarkan data peta gempa yang telah direvisi, Indonesia memiliki 295 sesar aktif dan segmen megathrust yang berjumlah 16.
Gambaran sesar naik busur belakang Flores (Flores Back Arc Thurst) yang menunjam di daratan Lombok. (Sumber: BMKG)
ADVERTISEMENT
Tidak hanya di Situbondo, ternyata penyebab gempa Lombok pada Agustus kemarin juga merupakan akibat dari Sesar Naik Flores. Sesar tersebut bergerak dan menabrak bagian daratan lombok sehingga menimbulkan gempa. Berdasarkan catatan yang dimiliki oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) gempa berkekuatan 6,4 magnitudo tersebut tidak hanya terjadi sekali namun juga disusul oleh ribuan kali gempa yang berskala minim.
Lalu, pada awal Oktober 2018 terjadilah gempa di kota Palu dan Donggala yang banyak menyita perhatian seluruh masyrakat Indonesia. Gempa yang kemudian disusul tsunami ini menyebabkan sekitar 2000 jiwa menjadi korban. Bencana ini juga cukup menarik perhatian karena adanya fenomena likuefaksi yakni kondisi dimana tanah menjadi becek karena terkena air hingga kepadatannya hilang dan bergerak.
ADVERTISEMENT
Sama seperti dua gempa sebelumnya, gempa berkekuatan 7,4 magnitudo ini juga disebabkan oleh sesar. Sesar ini dinamai sesar Palu-Koro karena jalurnya yang melintasi kota Palu dan sampai di sungai Koro.
Terjadinya beberapa gempa dahsyat di tahun 2018 ini dikarenakan adanya ratusan sesar aktif yang ada di Indonesia. Beberapa di antaranya seperti sesar Palu-Koro dan sesar naik Flores Selain kedua sesar tersebut masih ada pula sesar aktif lainnya yang berpotensi menyebabkan gempa dengan kekuatan yang besar.
Sesar itu pun terletak di kota-kota besar antara lain seperti sesar Lembang yang dekat dengan kota Bandung, sesar RMKS yang dekat dengan kota Surabaya, sesar Semarang yang dekat dengan kota Semarang dan sesar Opak yang dekat dengan kota Yogyakarta.
ADVERTISEMENT