Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Berbeda dengan Indonesia, 3 Negara Ini Larang Pernikahan Mewah
5 Desember 2018 16:40 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
Tulisan dari Berita Heboh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Ilustrasi pernikahan (Foto: Unsplash)
Beberapa waktu lalu masyarakat Indonesia dihebohkan dengan pernikahan super mewah pasangan asal Surabaya, Clarissa Wang dan Jusup Maruta. Keduanya menyediakan jamuan fantastis dan hiburan dari musisi lokal hingga internasional di resepsi pernikahannya. Pasangan ini pun dijuluki Crazy Rich Surabaya.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan Clarissa dan Jusup, beberapa negara sengaja melarang warganya untuk menyelenggarakan pesta pernikahan yang terlalu mewah. Mulai dari alasan moral hingga keterbatasan ekonomi. Berikut 3 negara yang melarang pernikahan mewah:
1. Republik Rakyat Tiongkok

Pasangan pengantin di Cina berpose untuk foto pernikahan di tebing Chaya Mountain (Foto: Getty Images)
Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok atau Cina berencana menghentikan budaya pernikahan mewah di negara tirai bambu ini. Pernikahan yang terlalu mewah dianggap pemerintah sebagai penurunan moralitas. Pemerintah menganggap budaya pernikahan mewah di Cina sudah melewati batas.
Pasangan yang ingin menikah di Cina bahkan berlomba-lomba mengadakan pernikahan mewah meski harus berhutang. Hal ini diperparah dengan jumlah penduduk wanita yang lebih sedikit dibandingkan pria. Wanita cina mampu meminta biaya pernikahan yang sangat tinggi kepada pihak mempelai laki-laki.
ADVERTISEMENT
2. Uganda

Calon pengantin di Uganda melakukan pernikahan sipil di Kantor Layanan Registrasi Uganda (Foto: Lawrence Mulondo/ News Vision)
Pemerintah Uganda juga menyarankan warganya menyelenggarakan pernikahan sipil yang sederhana. Menurut kepala Biro Layanan Registrasi Uganda, Philip Kalibbala, pernikahan sipil mampu mengurangi biaya pernikahan sehingga warga Uganda tidak harus berhutang.
"Pernikahan adalah upacara satu hari, setelahnya hidup harus berlanjut. Tidak akan ada artinya jika menikah secara mewah kemudian hidup sengsara didilit hutang pada bulan-bulan berikutnya" ujar Kalibbala
3. Afganistan

Wanita-wanita Afganistan berjalan melewati mobil limusin di depan aula resepsi pernikahan di Kabul, Afganistan (Foto: Gemunu Amarasinghe / AP, file)
Pemegang kebijakan Afghanistan membatasi biaya pernikahan warganya. Warga Afghanistan hanya boleh menikah dengan biaya paling tinggi $ 3500 atau setara dengan Rp 50 juta. Tamu undangan pesta pernikahan juga dibatasi paling banyak 500 orang. Tradisi pernikahan mewah yang selama ini berlangsung di negara Islam tesebut dianggap telah membebani masyarakat.
ADVERTISEMENT