Cerita Perjuangan Koko Berhenti Mencandui Rokok

Berita Heboh
Membicarakan apa saja yang sedang ramai.
Konten dari Pengguna
26 Juli 2019 11:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Heboh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jokso Sundoko alias Koko, salah satu warga Kampung Penas Tanggul, Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur yang berhasil berhenti merokok setelah menjadi pencandu. (Foto: Zahid Arofat)
zoom-in-whitePerbesar
Jokso Sundoko alias Koko, salah satu warga Kampung Penas Tanggul, Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur yang berhasil berhenti merokok setelah menjadi pencandu. (Foto: Zahid Arofat)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hari itu, Selasa (23/7), mulai gelap saat Berita Heboh menyusuri gang sempit di Kampung Warna-warni 'Tanpa Rokok', Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur. Lorong gang selebar sekitar dua meter itu pun cukup remang. Namun, warna-warni dinding sepanjang gang itu cukup terlihat jelas.
ADVERTISEMENT
Beberapa tempat sampah terpampang di beberapa sudut. Tak ada sampah berserakan, termasuk puntung rokok. Hanya beberapa daun kering yang terbawa angin. Namun, bau air sungai Cipinang yang berada tepat membelah permukiman itu mampu menembus sampai masuk lorong-lorong gang.
Suara gelak-tawa terdengar dari dalam sebuah rumah di sudut gang tersebut. Ada suara pria dengan logat 'ngapak', suara perempuan, juga anak-anak. Pintu rumah itu tidak tertutup. Kami lalu menyambanginya.
Tawa itu berhenti seketika saat menyadari kami berada di depan pintu rumah yang juga bercat warna-warni. Mereka melempar senyum, ramah. Seorang pria paruh baya lalu keluar menyambut kehadiran kami.
"Saya Jokso Sundoko. Warga sini biasa memanggil Koko," tuturnya dengan logat 'ngapak', memperkenalkan diri.
ADVERTISEMENT
Sama halnya sebagian besar warga di Penas Tanggul, Koko juga merupakan pendatang. Ia mengaku berasal dari Tegal, Jawa Tengah.
Penampakan lorong gang di Kampung Penas Tanggul, Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur. (Foto: Zahid Arofat)
Pria berusia 40 tahun itu lalu mengajak kami ke sebuah jembatan penghubung permukiman yang dibelah sungai Cipinang. Jembatan selebar satu meter itu hanya khusus dilalui pejalan kaki. Di bawah, air sungai mengalir cukup tenang.
Di atas jembatan, Koko menceritakan perjuangannya berhenti merokok. Ia mengaku, sekitar dua tahun lalu dirinya merupakan perokok berat. Pria yang berprofesi sebagai security itu bisa menghabiskan hingga lima bungkus rokok dalam sehari.
"Saya dulu perokok berat. Dalam sehari bisa menghabiskan sampai lima bungkus," ungkap Koko.
Kebiasaan itu membuat sang istri geram. Setiap kali mendapati Koko merokok di dalam rumah, sang istri mencoba menasihati. Bahkan sang anak juga turut melakukan hal serupa kepadanya. Namun, ia merasa sangat sulit untuk berhenti merokok.
ADVERTISEMENT
"Istri bukan dukung lagi. Memang dari dulu pengen agar saya berhenti merokok. Hanya saja saya tidak bisa. Semakin disuruh berhenti, justru semakin menjadi. Sampai anak-anak juga negur," tambahnya.
Koko lalu mengenang sebuah momen tak terlupakan saat sang istri menegurnya dengan kalimat yang cukup mengena. Ia menuturkan, ekspresi istri tercintanya lain dari biasanya saat marah.
"Emang ngerokok itu engak langsung ngebunuh. Tapi jadi penyakit dulu baru ngebunuh," tutur Koko menirukan penuturan sang istri.
Sejak saat itu, ayah dua anak itu pun mulai merenung. Atas ajakan Nobby Sail, yang kini menjadi Ketua Penggerak kampung tersebut, Koko pun mengikuti studi banding social tobacco control di Kampung Code, Yogyakarta pada pertengahan Maret 2017. Hingga akhirnya, ia memutuskan berhenti merokok secara penuh sepulangnya ke Jakarta.
Penampakan lorong gang di Kampung Penas Tanggul, Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur. (Foto: Zahid Arofat)
Rupanya, ada efek samping yang dirasakan. Seminggu tidak mengkonsumsi rokok, Koko justru merasakan sesuatu yang sangat menyakitkan di bagian kepala. Rasa sakit itu membuatnya beberapa hari tidak bisa beraktivitas seperti biasa.
ADVERTISEMENT
"Rasanya lebih menyakitkan dari migrain. Mungkin ini efek samping setelah saya memutuskan berhenti merokok," ungkapnya.
Namun, setelah beberapa hari rasa sakit itu mulai reda. Sejak saat itu, tekadnya sudah bulat. Koko tidak lagi merokok hingga kini. Ia ingin menjadi contoh bagi orang lain. Terlebih dirinya juga merupakan salah satu anggota tim penggerak kampung warna-warni 'tanpa rokok', Penas Tanggul.
Gemericik air dari pipa paralon sanitasi yang mengalir ke sungai terdengar cukup jelas. Hari semakin gelap. Lampu-lampu rumah mulai menyala, termasuk lampu jalan di gang kampung tersebut. Sementara itu, bau tak sedap air Kali Cipinang tetap meruap bersama angin sore itu.
(zhd)
Baca lebih banyak informasi mengenai berita artis/berita heboh/info bola/dan lifehack lebih nyaman di aplikasi kumparan.
ADVERTISEMENT
Download aplikasi Android di sini.
Download aplikasi iOS di sini.