Konten dari Pengguna

Kisah Hidup Kakek yang Fotonya Dipajang di Sampul Belang Buku Iqro

Berita Heboh
Membicarakan apa saja yang sedang ramai.
30 September 2018 5:14 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Heboh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kisah Hidup Kakek yang Fotonya Dipajang di  Sampul Belang Buku Iqro
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Buku Iqro. (Sumber foto : Google)
Jika anda pernah belajar membaca Al-Quran melalui Buku Iqro' terlebih dahulu, tentu Anda tidak akan asing lagi dengan foto seorang kakek yang berada di sampul belakang Buku Iqro' tersebut. Tapi tahukah anda siapa dia?
ADVERTISEMENT
Dia adalah K.H. As'ad Humam, dia merupakan pengarang Buku Iqro' yang sampai sekarang masih dipergunakan oleh pemula yang baru belajar membaca Alquran.
As'ad Humam lahir di Yogyakarta pada tahun 1933. Diusianya yang masih sangat muda As'ad terkena penyakit langka yang menyebabkan cacat fisik berupa pengapuran pada tulang belakangnya.
Akibatnya As'ad tidak bisa beraktifitas sebagaimana orang pada umumnya bahkan saat salat ia harus duduk lurus tanpa bisa ruku dan sujud. Cacat fisik itu jugalah yang menyebabkan As'ad harus menggunakan tongkat.
Kisah Hidup Kakek yang Fotonya Dipajang di  Sampul Belang Buku Iqro (1)
zoom-in-whitePerbesar
K.H. As'ad Humam, pengarang Buku Iqro. (Sumber foto : Google)
Semacam As'ad beranjak dewasa, ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk berdagang. Alasannya adalah karena ayahnya, Humam Siraj, adalah seorang pedagang. As'ad kala itu berdagang emas imitasi di kawasan Malioboro, tepatnya di pasar Biringharjo, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Dari aktifitas berdagang itulah kemudian As'ad bertemu dengan K.H. Dachlan Salim Zarkasyi. Untuk diketahui, Dachlan Salim ini dianggap sebagai pelopor metode Qiraati di Indonesia.
Dachlan Salim kemudian mengajak As'ad untuk memperdalam ilmu bacaan Alquran-nya di pondok pesantren miliknya. Dengan senang hati As'ad menerimanya dan belajar bersungguh-sungguh, hingga sesekali As'ad dipercaya oleh Dachlan untuk menggantikannya mengajar santri lainnya.
Dalam prosesnya, As'ad ternyata banyak memberikan Ide-ide dan gagasan baru untuk metode Qiraati milik Dachlan. Namun ternyata gagasan dan ide itu justru ditolak mentah-mentah oleh Dachlan, dengan alasan Qiraati sudah sempurna dan merupakan inayah dari Allah.
Ternyata As'ad tidak menyerah terhadap ide dan gagasannya itu, ia kemudian mengembangkan kelompok belajar eksperimental yang dibantu oleh Tim Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (AMM) Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Kelompok belajar ini kemudian terus mengembangkan gagasan dan ide As'ad tentang metode Qiraati. Hingga akhirnya gagasan itu disebut metode Iqro.
Metode Iqro kemudian dituangkan dalam sebuah buku saku kecil agar mudah dibawa kemana-mana. Buku saku kecil yang berisi enam jilid yang sangat interaktif ini kemudian diberi nama Buku Iqro'.
Itulah alasan kenapa Buku Iqro' ini kemudian sangat terkenal bagi para pemula yang hendak belajar membaca Alquran dari zaman dahulu sampai sekarang. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga sampai ke negeri jiran, Malaysia.
K.H. As'ad Humam kemudian menghembuskan napas terkahirnya di kampung halamannya, pada Jumat siang sekitar pukul 11.30 WIB, bulan Februari tahun 1996. Saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, ribuan orang pelayat ikut mensalati jenazah As'ad Humam di Masjid Baiturahman, Selokraman, Kota Gede, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT