Mengenal Tri Mumpuni, Sosok yang Dibandingkan dengan Awkarin

Berita Heboh
Membicarakan apa saja yang sedang ramai.
Konten dari Pengguna
14 Oktober 2019 16:00 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Heboh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tri Mumpuni (Foto: haipb.ipb.ac.id)
zoom-in-whitePerbesar
Tri Mumpuni (Foto: haipb.ipb.ac.id)
ADVERTISEMENT
Cuitan Budiman Sudjatmiko yang membandingkan Awkarin dengan Tri Mumpuni menuai kritikan dari banyak netizen. Menanggapi hal itu, Awkarin sampai mengajak Budiman untuk bertemu agar bisa membicarakan proyek yang dapat menyatukan antara kebaikan sensasi dan kebaikan esensi yang disematkan ke Tri Mumpuni.
ADVERTISEMENT
Publik memang sudah tak asing lagi dengan nama Awkarin. Kiprahnya sebagai influencer, juga aksinya sebagai relawan di Palu dan Kalimantan berhasil membuat banyak warganet bersimpati atas jiwa sosial miliknya.
Namun, meski sama-sama terkenal, nama Tri Mumpuni tak semelejit Awkarin. Tak sedikit orang yang sempat bertanya, siapa sosok Tri Mumpuni yang juga disebut oleh Budiman.
Tri Mumpuni merupakan perempuan berusia 55 tahun asal Semarang, Jawa Tengah. Ia sejatinya sama seperti Awkarin, peduli pada Indonesia. Tapi, ia menempuh jalur yang berbeda dengan influencer itu.
Ia sukses menerangi 61 desa terpencil di Indonesia menjadi terang benderang lewat Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) buatannya. Caranya, ia membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohido (PLTMH) bersama dengan suaminya.
ADVERTISEMENT
Gagasannya tersebut cemerlang, sebab, ia memanfaatkan potensi energi air yang ada di wilayah setempat untuk menggerakkan turbin PLTMH. Ia juga menyedot air dari bawah bukit ke atas, agar masyarakat di atas bukit tak perlu susah-susah mengangkut air dari bawah ke atas, tempat tinggalnya.
Berkat jasanya, kehidupan di 61 desa terpencil itu perlahan berubah. Dikutip dari berbagai sumber, kemajuan mulai dirasakan warga setempat.
Misalnya, ibu-ibu di Desa Kamanggih, kecamatan Kahaungu Eti, Sumba Timur, NTT, bisa memanfaatkan waktunya yang semula untuk mengambil air dialihkan untuk menenun kain. Dampaknya, waktu 7 jam yang seharusnya terbuang karena perjalanan panjang mengambil air bisa dimanfaatkan untuk menambah pendapatan keluarga.
Mengapa Tri Mumpuni membuat gebrakan dari desa? Jawabannya sederhana, sesederhana dirinya yang terpikat dan jatuh cinta pada alam pedesaan dan masyarakatnya yang ramah. Ia dan suami sepakat, jika Indonesia ingin dibangun, desa-desa lah tempatnya harus memulai.
ADVERTISEMENT
Kecintaan dan jasanya itu akhirnya membuat Tri Mumpuni disemati beberapa gelar, mulai dari pahlawan listrik bagi kaum kecil hingga julukan perempuan listrik. Ia juga berhasil meraih penghargaan Ashden Award 2012, Climate Hero 2005 dari World Wildlife Fund for Nature, dan Penghargaan Ramon Magsaysay 2011.
(NS)