Nina, Bocah Gresik yang Surati Kanselir Jerman Hingga Donald Trump

Berita Heboh
Membicarakan apa saja yang sedang ramai.
Konten dari Pengguna
23 Januari 2020 17:45 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Heboh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ashninna Azzahra dan Peter Schoof (Foto: Kedubes Jerman)
zoom-in-whitePerbesar
Ashninna Azzahra dan Peter Schoof (Foto: Kedubes Jerman)
ADVERTISEMENT
Semakin banyak aktivis muda yang peduli tentang isu lingkungan dan krisis iklim. Di Swedia ada Greta Thunberg, Autumn Peltier di Canada, Helena Gualinga di Ecuadorian Amazon, dan di Indonesia ada Aeshninna (Nina) Azzahra, remaja berusia 12 tahun asal SMPN 12 Gresik, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Nama Nina baru-baru ini hangat dibicarakan. Ia menyurati beberapa pemimpin negara maju seperti Perdana Menteri Australia Scout Morisson, Kanselir Jerman Angela Merkel, dan Presiden AS Donald Trump.
Surat Nina untuk PM Australia Scott Morrison (Foto: Twitter @erwin_renaldi)
Secara garis besar isi pesannya sama. Surat Nina berisi kekecewaannya atas masuknya limbah asing ke Indonesia yang berdampak merusak kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar.
"Berhenti mengeskpor campuran kertas bekas dan sisa plastik ke Jawa Timur dan Indonesia. Tolong bawa kembali sampahmu dari Indonesia," begitu penggalan isi suratnya kepada PM Morisson.

Latar Belakang Kekhawatiran

Di dalam surat-suratnya, Nina bercerita tentang pengalamannya mengunjungi pabrik kertas dekat kampungnya. Di sana, ia menemukan banyaknya sampah plastik yang ikut diekspor ke Indonesia, diselundupkan di antara sampah kertas yang dibeli oleh pabrik.
ADVERTISEMENT
Sampah-sampah itu berasal dari Australia, Kanada, AS, Inggris, dan beberapa negara barat lainnya. Namun, sampah dari Australia yang paling mendominasi, disusul sampah dari AS.
Ia sedih karena kotanya menjadi tempat pembuangan sampah plastik yang juga mengotori udara di sana.
"Aku merasa sangat sedih pas tahu kalau kotaku jadi tempat pembuangan sampah," tulisnya lagi.
Kepada ABC, Nina juga berkata pernah menemukan mikroplastik di dalam perut ikan yang ia beli di Pasar Rolak Songo. Menurutnya itu merupakan salah satu dampak dari terlalu banyaknya sampah plastik yang diekspor sehingga berbahaya bagi ekosistem dan makhluk hidup setempat.
"...Saya tak mau makan ikan yang makan plastik," tulis Nina kepada Angela Markel.

Gayung Bersambut

Sejauh ini, Duta Besar Jerman, Peter Schoof, merupakan satu-satunya perwakilan negara yang merespons surat Nina secara cepat. Ia bertemu dan berdiskusi langsung dengan Nina pada Selasa (21/1) untuk membicarakan lebih lanjut protes itu. Schoof berkata akan menyampaikan surat dari Nina kepada Angela Merkel.
ADVERTISEMENT
Dari pertemuan itu, Schoof juga berharap dengan munculnya aktivis muda seperti Nina akan meningkatkan kesadaran tentang dampak panjang penggunaan sampah plastik di masa depan.
(NS)