Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
4 Jenis Karangan Sastra Jawa dan Karakteristiknya
12 Mei 2024 20:13 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ada beberapa jenis karangan sastra Jawa yang menarik untuk diulik. Bisa dibilang, sastra Jawa merupakan kesusastraan tertua di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, kesusastraan tersebut sudah ada sejak zaman kerajaan kuno dan masih dipelajari hingga zaman modern seperti saat ini. Mengingat, sastra selalu berkembang seiring dengan kemunculan para sastrawan atau pujangga yang melahirkan karya-karyanya.
Jenis Karangan Sastra Jawa
Jenis karangan sastra Jaw a cukup banyak dan lahir dari para pujangga termasyur di zamannya. Misalnya, sastra Jawa di masa penyebaran Islam turut dikembangkan oleh wali songo untuk menyebarkan ajaran Islam. Adapun jenis-jenisnya yakni sebagai berikut:
1. Parikan
Mengutip buku Apa Tanda Sebaitu Pantun (Kumpulan Esai) oleh Rendra Setyadiharja (2022), parikan juga bisa diartikan sebagai pantun yang terdiri dari dua bagian, yakni sampiran dan isi.
Sampiran berperan sebagai penentu suara yang berfungsi untuk menarik perhatian. Adapun bagian isi berfungsi sebagai sampiran.
ADVERTISEMENT
Ada dua jenis parikan, yakni parikan tunggal dan parikan rangkep. Parikan tunggal terdiri dari dua gatra saja, sedangkan parikan rangkep terdiri dari empat gatra.
Parikan digunakan oleh masyarakat Jawa dalam berbagai kesempatan. Misalnya, untuk mengekspresikan kesedihan, sindiran, kontrol sosial, dan lain-lain.
2. Purwakanthi
Purwankanthi merupakan majas yang berbentuk pengulangan bunyi awal pada kata yang berurutan. Purwakanthi umumnya dapat dijumpai dalam puisi Jawa. Jenis kesusastraan ini terbagi menjadi tiga jenis, yakni guru swara, guru sastra, dan lumaksita.
3. Wangsalan
Wangsalan adalah rangkaian kata yang dipakai untuk menyampaikan pesan secara simbolik. Karangan sastra ini memuat kalimat tebak-tebakan, tetapi jawabannya tersandikan ke dalam kode-kode kata. Wangsalan dapat berupa satu kalimat atau bahkan berupa tembang yang terdiri atas dua bait.
ADVERTISEMENT
4. Cangkriman
Seperti halnya wangsalan, cangkriman adalah susunan kalimat berupa tebak-tebakan. Hanya saja, karangan sastra ini tidak memuat kode jawaban yang harus ditebak oleh pendengar.
Jenis karangan sastra Jawa yang menarik disebutkan di atas merupakan khasanah kebudayaan yang perlu dilestarikan. Dengan begitu, sastra Jawa tidak akan punah atau diklaim oleh bangsa lain. (DLA)