Alasan Gerakan Separatis APRA dalam Mempertahankan Negara Pasundan

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
22 September 2022 20:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gerakan separatis APRA. Foto: unsplash.com/hasanalmasi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gerakan separatis APRA. Foto: unsplash.com/hasanalmasi
ADVERTISEMENT
Sebagaimana yang kita ketahui, Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetepi, bukan berarti Indonesia sudah terbebas dari permasalan, terutama dalam mempertahankan kedaulatan negara. Misalnya gerakan separatis APRA. Alasan gerakan separatis APRA mempertahankan negara Pasundan adalah mempertahankan negara federal RIS. Kenapa demikian? Berikut penjelasannya.
ADVERTISEMENT

Alasan Gerakan Separatis APRA dalam Mempertahankan Negara Pasundan

Dikutip dari buku Pasti Bisa Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII oleh Tim Ganesha Operation (2017:3), Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) lahir di kalangan KNIL. Kapten Reymond Westerling merupakan pimpinan dari gerakan tersebut yang dipelopori kolonialis Belanda.

Tujuan Gerakan APRA

Gerakan APRA dibentuk untuk mengamankan kepentingan ekonomi Belanda di Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka ingin mempertahankan kedudukan negara federal di negara Pasundan. Mereka menggunakan mitos Ratu Adil untuk meraih dukungan dari rakyat. Mitos yang mereka manfaatkan merupakan ramalan yang pernah Jayabaya sampaikan.
APRA mengajukan ultimatum kepada pemerintah Indonesia dan negara Pasundan pada bulan Januari 1950. Mereka menginginkan supaya APRA diakui sebagai tentara Pasundan. Selain itu, mereka menginginkan keberadaan negara Pasundan sebagai negara federal tetap dipertahankan.
ADVERTISEMENT

Pemberontakan APRA di Bandung

Pada tanggal 23 Januari 1950, pasukan APRA yang dipimpin oleh Van der Meula dan Van Beeklen menyerang kota Bandung secara mendadak dari arah Cimahi serta melakukan pembantaian dan pembunuhan terhadap 79 anggota TNI.
Ilustrasi mempertahankan Indonesia. Foto: unsplash.com/nickgunner

Upaya Pemerintah dalam Menangani Gerakan APRA

Dengan adanya pemberontakan APRA di Bandung, pemerintah merencanakan dua cara untuk mengatasinya, yaitu tekanan kepada pemimpin militer Belanda dan operasi militer.
Perdana menteri RIS saat itu Mohammad Hatta mengadakan pertemuan dengan pihak Belanda untuk membahas penyerangan yang dilakukan Westerling. Hasil dari peremuan tersebut adalah Westerling harus keluar dari Bandung.
Setelah proses penyelidikan oleh intelijen APRIS, diketahui bahwa dalang Pemberontakan APRA adalah Sultan Hamid II, yang berada di Jakarta. Di sisi lain, berdasarkan penyelidikan tersebut, diketahui pula bahwa APRA berencana untuk menyerang Jakarta. Mereka bermaksud menahan para Menteri RIS serta membunuh Menteri Pertahanan, yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono IX; Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan, yaitu Mr. Budiarjo dan Kepala Staf APRIS, yaitu Kolonel T.B. Simatupang. Dengan diketahuinya rencana tersebut, APRA dan dalangnya dapat ditangkap sebelum tiba di Jakarta.
ADVERTISEMENT

Akhir dari Gerakan APRA

Setelah Westerling dan beberapa pasukannya meninggalkan Pasundan, APRIS melakukan sterilisasi di beberapa daerah di Negara Pasundan, terutama di Bandung. Beberapa orang yang dicurigai merupakan anggota APRA ditangkap. Beberapa di antaranya adalah Anwar Tjokroaminoto selaku Perdana Menteri Pasundan, Komisiaris Besar Polisi R. Jusuf, Komisiaris Besar Polisi Djanakum, dan Male Wieanatakusumah.
Gerakan separatis APRA memang memakan banyak tentara Indonesia. Selain itu, Indonesia juga dirugikan dari sisi ekonomi dan stabilitas negara. Meski begitu, adanya gerakan separatis APRA membuat sikap persatuan dan kesatuan semakin tumbuh di dalam masyarakat Indonesia.(MZM)