Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Alasan Mengapa Dunia IPA Menggunakan Satuan-Satuan Pengukuran yang Baku
28 Mei 2022 19:14 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Salah satu pelajaran yang dipelajari di sekolah adalah dunia IPA. Di sekolah, IPA berisi tentang sains , yang mana kita mempelajari berbagai benda alam beserta hukum yang menyertainya. Salah satu materi yang ada di dalam pelajaran IPA adalah pengukuran. Kita belajar mengukur benda-benda yang ada di sekitar kita dalam materi tersebut. Di samping itu, kita akan menggunakan satuan pengukuran yang baku untuk menyatakan hasilnya.
ADVERTISEMENT
Lalu, mengapa dunia IPA menggunakan satuan-satuan pengukuran yang baku dalam menyatakan ukuran dari sebuah benda? Simak jawabannya dalam artikel berikut ini.
Alasan Mengapa Dunia IPA Menggunakan Satuan-Satuan Pengukuran yang Baku
Di paragraf pertama telah disinggung bahwa di dalam pelajaran IPA, kita mempelajari berbagai benda alam beserta hukum yang menyertainya. Pernyataan ini didukung oleh buku Konsep Dasar IPA oleh Arief Rahman Hakim, dkk (2022:2) yang menyatakan bahwa IPA adalah suatu ilmu yang mengkaji segala sesuatu tentang gejala yang ada di alam baik benda hidup maupun benda mati.
Di dalam IPA, kita akan mempelajari semua yang berkaitan dengan alam. Salah satu dari materi IPA adalah pengukuran. Dalam mengukur benda di pelajaran tersebut, kita bisa menggunakan berbagai alat seperti penggaris, jangka sorong, timbangan, dan lain sebagainya. Saat mengukur sebuah benda, kamu akan diminta untuk menyatakan hasilnya dalam satuan pengukuran baku. Contohnya, panjang dari sebuah benda adalah 1 meter.
ADVERTISEMENT
Apa alasan dibalik IPA yang selalu menggunakan satuan-satuan pengukuran yang baku?
Demikian jawaban mengapa dunia IPA menggunakan satuan-satuan pengukuran yang baku. Semoga dapat dipahami. (LOV)