Alasan Mengapa Idul Adha Disebut Hari Raya Kurban

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
9 Mei 2024 17:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Mengapa Idul Adha disebut Hari Raya Kurban. Sumber: haidan/unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mengapa Idul Adha disebut Hari Raya Kurban. Sumber: haidan/unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Iduladha adalah sebuah hari raya dalam agama Islam yang disebut juga sebagai hari raya kurban. Alasan mengapa Idul Adha disebut Hari Raya Kurban adalah karena hari raya umat Islam ini identik dengan prosesi penyembelihan hewan kurban bagi muslim yang mampu menunaikannya.
ADVERTISEMENT
Iduladha jatuh pada tanggal 10 bulan Zulhijah atau 70 hari setelah Idulfitri. Pada tahun ini, 10 Zulhijah 1445 H bertepatan dengan hari Senin, 17 Juni 2024.

Mengapa Idul Adha Disebut Hari Raya Kurban?

Ilustrasi Mengapa Idul Adha disebut Hari Raya Kurban. Sumber: alswedi07/unsplash
Mengutip buku Tuntutan Berkurban dan Menyembelih Hewan, Ali Ghufron, Lc. (2022), dari aspek sejarah, berkurban adalah mengenang dan mengabadikan peristiwa Nabi Ibrahim ketika bermaksud menyembelih putranya, yang kemudian diganti oleh Allah dengan seekor domba.
Peristiwa prosesi pengorbanan inilah yang menjadi alasan mengapa Idul Adha disebut Hari Raya Kurban. Ketika Rasululah ditanya perihal berkurban, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi. Rasulullah Saw. menjawab bahwa berkurban merupakan sunah dari moyang, Nabi Ibrahim.
Peristiwa ini memang patut diabadikan dan dikenang, karena peristiwa tersebut mengajarkan kepada umat manusia tentang bagaimana puncak dari hakikat ketaatan kepada Allah Swt. Bahwa demi menjalankan perintah Allah, apapun harus mau dilaksanakan. Apapun harus dikorbankan.
ADVERTISEMENT
Nabi Ibrahim, dengan penuh kerelaan hati, beliau bermaksud menyembelih anaknya sendiri, anak yang sangat beliau nanti dan kasihi, demi melaksanakan perintah Allah Swt.
Tidak sedetik pun terbersit dalam benak Nabi Ibrahim rasa berat hati dan keengganan terhadap perintah tersebut. Bahkan beliau dengan sangat besar hati memberitakan kabar tersebut kepada putranya seraya berkata sebagaimana yang terekan dalam QS. As-Saffat Ayat 102.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعۡىَ قَالَ يٰبُنَىَّ اِنِّىۡۤ اَرٰى فِى الۡمَنَامِ اَنِّىۡۤ اَذۡبَحُكَ فَانْظُرۡ مَاذَا تَرٰى‌ؕ قَالَ يٰۤاَبَتِ افۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُ‌ سَتَجِدُنِىۡۤ اِنۡ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيۡنَ
Falamma balagha ma'a hus sa'ya qoola yaa buniya inniii araa fil manaami anniii azbahuka fanzur maazaa taraa; qoola yaaa abatif 'al maa tu'maru satajidunii in shaaa'allaahu minas saabiriin
ADVERTISEMENT
Demikian uraian alasan mengapa Idul Adha disebut Hari Raya Kurban. Peristiwa tersebut merupakan simbol dari puncak pengorbanan kepada Allah Swt. juga adalah bukti ketulusan, kepatuhan, dan pengabdian seorang hamba kepada Sang Pencipta. (ARD)