Konten dari Pengguna

Apa Itu Malam Satu Suro dan Tradisi Masyarakat Lokal

Berita Terkini
Penulis kumparan
3 Juli 2024 17:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Apa itu Malam Satu Suro, sumber: unsplash/AnggaIndratama
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Apa itu Malam Satu Suro, sumber: unsplash/AnggaIndratama
ADVERTISEMENT
Apa itu malam satu Suro? Sebutan ini tentu sudah tidak asing di kalangan masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di Pulau Jawa. Umumnya, ada banyak tradisi yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperingati hari tersebut.
ADVERTISEMENT
Sesuai namanya, malam satu Suro adalah malam pergantian tahun sesuai dengan kalender Jawa. Memahami pengertian dan tradisi yang dilakukan di momen tersebut sangat penting untuk melestarikan budaya yang telah dilakukan sejak dulu.

Apa Itu Malam Satu Suro?

Ilustrasi Apa itu Malam Satu Suro, sumber: unsplash/Lightup
Malam satu Suro adalah malam pertama bulan Suro yang sekaligus menandai pergantian tahun berdasarkan kalender Jawa. Berdasarkan tradisi yang berlaku, penanggalan ini juga sebagai tanda awal bergantinya tahun Hijriah, tepatnya pada 1 Muharram.
Mengutip buku Misteri Bulan Suro, Muhammad Sholikhin (2010), istilah Suro berasal dari kata asyura dalam bahasa Arab yang artinya sepuluh. Hal ini merujuk pada hari ke-10 bulan Muharram. Dalam kearifan lokal masyarakat Jawa, Asyura lebih populer dengan sebutan Suro.
ADVERTISEMENT
Dalam rangka menyambut pergantian tahun baru Jawa, masyarakat kerap menyelenggarakan sejumlah tradisi, tepatnya pada malam satu Suro. Pergantian hari Jawa dimulai ketika matahari terbenam, bukan pada tengah malam. Ritual yang dilakukan pada waktu tersebut menjadikan malam satu Suro sebagai malam yang sakral untuk masyarakat Jawa.
Kata Suro menunjukkan arti penting dari 10 hari pertama bulan Suro dalam sistem kepercayaan Islam-Jawa. Dalam hal ini, dari 29 atau 30 hari bulan Muharram, hari yang dianggap paling "keramat" adalah 10 hari pertama. Atas dasar pandangan tersebut, masyarakat Jawa melakukan sejumlah ritual.

Tradisi Malam Satu Suro

Ilustrasi Apa itu Malam Satu Suro, sumber: unsplash/AisyahDhila
Malam satu Suro bukan sekadar pergantian tahun, melainkan juga budaya Jawa yang hingga kini masih dilestarikan. Adapun beberapa tradisi malam satu Suro, yakni sebagai berikut.
ADVERTISEMENT

1. Ngumbah Keris

Ngumbah keris merupakan tradisi yang dilakukan untuk menghindari bencana atau musibah tertentu. Ritual ini dilakukan oleh masyarakat Jawa yang mempunyai keris atau benda pusaka.
Caranya dengan mencucinya pada malam satu Suro. Umumnya, ritual tersebut juga disertai dengan puasa atau pembuatan sesajen.

2. Jenang Suran

Jenang suran adalah tradisi yang dilakukan oleh para Abdi Dalem di Pelataran Kompleks Makam Raja-raja Mataram, Kotagede. Tepatnya di Jagalan, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul.
Prosesi ini dilakukan sebagai bentuk pemanjatan doa atau tahlilan di kompleks makam kerajaan. Sebelum itu, para Abdi Dalem akan melakukan ritual arak-arakan ubo rampe.
Adapun makanan yang disertakan adalah yang jenang suran, sayur kari kubis, tumpeng nasi kuning, dan ingkung ayam kampung. Seluruh tradisi Jenang Suran dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas mudahnya menjalani hidup selama satu tahun penuh.
ADVERTISEMENT

3. Kebo Bule

Kebo bule adalah tradisi mengumpulkan kerbau untuk mengawal pusaka Keraton Solo yang dikirab pada malam 1 Suro. Kebo bule melambangkan keselamatan masyarakat Jawa sebagai sarana memohon atau berdoa kepada Tuhan.

4. Permainan Wayang

Wayang juga termasuk salah satu tradisi yang dilakukan untuk menyambut bulan Suro. Dalam permainan ini, para pegiat wayang mengajak para pemimpin pemerintahan untuk merenungkan makna dari pertunjukan wayang kulit. Dikisahkan bahwa seorang pemimpin harus memenuhi janji-janjinya yang dulu pernah diucapkan kepada rakyat.
Itulah jawaban dari pertanyaan apa itu malam satu Suro. Momen tersebut memiliki nilai penting bagi masyarakat di Jawa, sehingga diperingati dengan ritual-ritual tertentu untuk menyambutnya. (DLA)