Konten dari Pengguna

Bagaimana Pendapatmu tentang Taktik Gelar Supit Urang? Ini Jawabannya

Berita Terkini
Penulis kumparan
24 Maret 2023 17:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/id/users/geralt-9301/ - bagaimana pendapatmu tentang taktik gelar supit urang
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/users/geralt-9301/ - bagaimana pendapatmu tentang taktik gelar supit urang
ADVERTISEMENT
Bisakah kamu memberikan jawaban atas pertanyaan "Bagaimana pendapatmu tentang taktik gelar supit urang?". Pernahkah kamu mendengar mengenai teknik perang yang dilakukan di masa awal kemerdekaan Indonesia tersebut? Dalam ulasan kali ini, kita akan membahasnya lebih dalam.
ADVERTISEMENT

Bagaimana Pendapatmu Tentang Taktik Gelar Supit Urang?

Jika ditanya bagaimana pendapatmu tentang taktik gelar supit urang, jawaban pertama yang melintas tentu saja adalah pencetus taktik atau teknik perang tersebut, yaitu Sudirman yang saat itu merupakan Komandan Divisi V Banyumas dengan pangkat kolonel.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa taktik supit urang merupakan teknik penyerangan dari dua sisi yang dilakukan dengan tujuan untuk menjadikan musuh terperangkap.
https://pixabay.com/id/users/frankmagdelyns-2783371/ - bagaimana pendapatmu tentang taktik gelar supit urang
Saya berpendapat bahwa secara keseluruhan, taktik gelar supit urang yang diterapkan oleh Kolonel Sudirman di Ambarawa dapat dilihat sebagai contoh efektifitas strategi perang gerilya dan perencanaan yang cerdas dalam menghadapi pasukan yang lebih besar dan lebih kuat.
ADVERTISEMENT
Secara tidak langsung, strategi ini membantu membangun momentum dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan menunjukkan keterampilan kepemimpinan serta keberanian Kolonel Sudirman dan pasukannya.

Sejarah Taktik Gelar Supit Urang di Ambarawa

Taktik gelar supit urang diterapkan saat pertempuran Ambarawa pada tanggal 15 Desember 1945 melawan tentara Sekutu, sebagai bagian dari Revolusi Nasional Indonesia (1945-1949). Dengan peralatan tempur apa adanya, pihak militer Indonesia berhasil memenangkan peperangan.
Pertempuran Ambarawa adalah salah satu pertempuran penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Jenderal Sudirman, yang saat itu masih berpangkat kolonel, menggunakan taktik perang gerilya yang efektif, termasuk pendekatan gelar supit urang, untuk menghadapi pasukan Belanda yang lebih besar dan lebih kuat.
Taktik gelar supit urang, yang berarti "memasang jebakan burung" dalam bahasa Sunda, adalah strategi untuk mengelabui dan menjebak musuh. Dalam konteks ini, taktik gelar supit urang mencakup serangan mendadak, pengepungan, penggunaan medan yang sulit, dan kolaborasi dengan pasukan lokal.
ADVERTISEMENT
Menurut catatan sejarah, pada 11 Desember 1945, Kolonel Sudirman mengadakan rapat dengan para pimpinan sektor TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan mulai memperkenalkan taktik perang baru, yaitu Supit Urang.
Mengutip dari buku Sejarah 3+ untuk SMA Kelas XII, Drs. Sardiman A,M, Yudhistira Ghalia Indonesia, untuk dapat menjalankan taktik ini dengan baik, Sudirman memerlukan empat kelompok pasukan, yang dibagi atas 4 sektor, yaitu sektor utara, sektor selatan, sektor barat, dan sektor timur.
Keesokan harinya, tepat pukul 04.30 pagi, serangan diawali oleh pasukan pemukul dari arah Selatan dan Barat ke arah Timur menuju Semarang. Diikuti pasukan penembak karaben yang bergerak dengan tujuan untuk menjepit musuh dari kanan dan kiri, seperti seekor udang menjepit mangsa. Selanjutnya, supit akan bertemu di area wilayah luar Ambarawa menuju ke arah Semarang.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, TKR mampu dengan sukses memutuskan kontak serta komunikasi pasukan Sekutu dan menjadikan mereka benar-benar terkurung. Akhirnya, setelah bertempur selama 4 hari, pada 15 Desember 1945 TKR berhasil merebut Ambarawa dan mengusir Sekutu mundur ke Semarang.
Demikian ulasan singkat sebagai jawaban atas pertanyaan bagaimana pendapatmu tentang taktik gelar supit urang. Penerapan taktik gelar supit urang di Ambarawa menunjukkan kecerdikan dan kemampuan Jenderal Sudirman untuk terus mampu beradaptasi dengan situasi yang ada. (DNR)