Biografi Sunan Kalijaga, Sang Walisongo yang Berdakwah Lewat Wayang Kulit

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
16 Juni 2022 19:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi jejak dakwah Sunan Kalijaga. Foto: unsplash.com/awan_project
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi jejak dakwah Sunan Kalijaga. Foto: unsplash.com/awan_project
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Salah satunya dipengaruhi oleh sembilan orang wali atau yang biasa disebut Walisongo yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Sunan Kalijaga merupakan salah satu Walisongo yang berdakwah khususnya di Jawa Tengah. Salah satu metode yang beliau gunakan dan sangat populer adalah pewayangan. Untuk mengetahui lebih jelasnya, berikut biografi Sunan Kalijaga sang Walisongo yang berdakwah lewat wayang kulit.
ADVERTISEMENT

Biografi Sunan Kalijaga, Sang Walisongo yang Berdakwah Lewat Wayang Kulit

Dikutip dari buku Sunan Kalijaga Dan Mitos Masjid Agung Demak karya Dr. Fairuz Sabiq, M.S.I (2021:2021), Sunan Kalijaga yang bernama asli Raden Umar Said merupakan seorang yang lahir oleh putra adipati Tuban Tumenggung Wilatikta dan Dewi Nawang Arum pada tahun 1450.
Ketika Sunan Kalijaga lahir, keadaan Majapahit muai surut. Beban upeti kadipaten terhadap pemerintah pusat semakin besar, sehingga masa remaja Sunan Kalijaga dipenuhi dengan keprihatinan.

Sunan Kalijaga menjadi Perampok

Setelah keluar dari kadipaten Tuban, Sunan Kalijaga berubah menjadi perampok yang terkenal dan ditakuti di kawasan Jawa Timur. Namun dalam merampok, beliau memilih korban secara seksama. Ia hanya merampok orang kaya dan tidak mengeluarkan zakat dan sedekah. Sedangkan sebagian besar hasil rampokannya, beliau bagikan kepad orang miskin.
ADVERTISEMENT
Perbuatan Sunan Kalijaga berubah setelah bertemu dengan seorang ulama yang berada di hutan. Orang tersebut adalah Sunan Bonang.
Pertemuannya disebabkan karena Sunan Kalijaga melihat tongkat seperti emas, sehingga ia merampas tongkat miliknya. Namun Sunan Bonang tidak membenarkan cara tersebut. Beliau memperingati dan menasehati bahwa Allah SWT tidak akan menerima amalan yang buruk.
Ilustrasi jejak peninggalan Sunan Kalijaga. Foto: unsplash.com/keiso

Asal Usul Nama Kalijaga

Nama Kalijaga yang dimiliki Raden Said berdasarkan dari nama sebuah desa yang ada di Cirebon. Selain itu, kata Kalijaga berasal dari sebutan masyarakat Demak yang menyebut beliau dengan Qadhi Joko Said. Namun masyarakat Jawa belum fasih falam menyebutkan Qadhi Joko, sehingga muncul kata Kalijogo (Kalijaga).
Nama Kalijaga yang terakhir berasa dari cerita ketika Sunan Kalijaga menjadi murid Sunan Bonang. Sunan Kalijogo menancapkan sebuah kayu di pinggir kali dan Sunan Kalijogo dimintai untuk menjaga selama bertahun-tahun. Sematan Jogo Kali menjadi populer di masyarakat Jawa yang akhirnya dikenal dengan nama Kali Jogo (Kalijaga)
ADVERTISEMENT

Dawah Sunan Kalijaga

Dalam berdakwah, Sunan Kalijaga sangat toleran terhadap budaya lokal. Beliau berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka dari itu, beliau mengajarkan agama Islam kepada masyarakat Jawa dengan tanpa menghilangkan nilai-nilai budaya mereka.
Sunan Kalijaga memasukkan seni wayang kulit, gamelan, dan seni suara sebagai sarana dakwah. Selain itu, beliau juga menciptakan lagu Ilir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul untuk mendapatkan atensi masyarakat.
Metode tersebut sangatlah efektif dan membuat sebagian besar masyarakat Jaga berpindah agama mejadi Islam.
Demikianlah penjelasan singkat tentang biografi Sunan Kalijaga, sang Walisongo yang berdakwah dengan wayang kulit. Semoga informasi di atas dapat menambah wawasan tentang sejarah agama Islam di Indonesia. (MZM)