Konten dari Pengguna

Evolusionisme: Konsep Ketuhanan menurut Pemikiran Manusia Berkembang Bertahap

Berita Terkini
Penulis kumparan
14 April 2024 17:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi konsep ketuhanan menurut pemikiran manusia berkembang secara bertahap tahapan tersebut adalah - Sumber: pixabay.com/setthayos
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi konsep ketuhanan menurut pemikiran manusia berkembang secara bertahap tahapan tersebut adalah - Sumber: pixabay.com/setthayos
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Konsep ketuhanan menurut pemikiran manusia berkembang secara bertahap, tahapan tersebut adalah hal yang sudah berevolusi. Itulah yang menyebabkan konsep ketuhanan menurut pemikiran manusia ini sering disebut dengan evolusionisme.
ADVERTISEMENT
Evolusionisme sering kali dikaitkan pada ide bahwa pemahaman manusia tentang Tuhan atau dewa-dewa telah berkembang seiring waktu. Ini terjadi sebagai respons terhadap perubahan sosial, teknologi, dan intelektual dalam masyarakat.

Konsep Ketuhanan menurut Pemikiran Manusia Berkembang secara Bertahap, Tahapan Tersebut adalah Evolusionisme

Ilustrasi konsep ketuhanan menurut pemikiran manusia berkembang secara bertahap tahapan tersebut adalah - Sumber: pixabay.com/truthseeker08
Evolusionisme merupakan bagian dari teori yang lebih luas dalam antropologi dan sosiologi. Teori ini meneliti bagaimana kepercayaan religius dan praktik-praktik berkembang sebagai bagian dari evolusi budaya manusia.
Berdasarkan buku Pengantar Psikologi Agama dalam Konteks Terapi, Rifki Rosyad, (2021), konsep ketuhanan menurut pemikiran manusia berkembang secara bertahap, tahapan tersebut adalah evoluisonisme yang terdiri dari:

1. Animisme dan Totemisme

Pada tahap awal, manusia purba percaya bahwa roh atau kekuatan gaib bersemayam di dalam atau dikaitkan dengan objek alam. Seperti pada pohon, batu, sungai, dan hewan. Konsep ini dikenal sebagai animisme.
ADVERTISEMENT
Totemisme, serupa tetapi lebih terstruktur. Konsep ini merupakan kepercayaan bahwa setiap suku atau kelompok memiliki hewan, tumbuhan, atau objek alam lainnya sebagai simbol suci atau 'totem' yang melindungi dan mewakili mereka.

2. Politeisme

Seiring berkembangnya masyarakat dan struktur sosial yang lebih kompleks, berbagai peradaban mulai mengembangkan politeisme. Politeisme adalah kepercayaan pada banyak dewa dan dewi dengan berbagai peran dan karakteristik.
Mereka percaya bahwa setiap dewa seringkali mengontrol aspek tertentu dari dunia alam atau kehidupan manusia. Misalnya, pada cuaca, panen, perang, atau cinta.

3. Henotheisme

Henotheisme adalah sebuah transisi saat satu dewa dalam panteon dipandang lebih superior daripada dewa-dewa lain, meskipun keberadaan dewa-dewa lain masih diakui. Hal ini sering terlihat dalam peradaban kuno saat pemujaan terfokus pada dewa tertentu yang dominan karena alasan politik atau sosial.
ADVERTISEMENT

4. Monoteisme

Ini adalah keyakinan bahwa hanya ada satu Tuhan yang merupakan pencipta dan pengendali alam semesta. Monoteisme muncul di beberapa tempat di dunia dalam berbagai bentuk, seperti dalam Yudaisme, Kristen, dan Islam.
Monoteisme biasanya disertai dengan ide bahwa Tuhan memiliki atribut yang tak terbatas. Seperti keomnipotenan, keomniscience, dan kebaikan mutlak.

5. Panteisme dan Panenteisme

Panteisme adalah pandangan bahwa Tuhan adalah segala sesuatu, dan segala sesuatu adalah Tuhan. Ini menunjukkan tidak adanya perbedaan antara pencipta dan ciptaan. Panenteisme, sedikit berbeda, berpendapat bahwa Tuhan berada dalam segala sesuatu dan melebihi segalanya.

6. Agnostisisme dan Ateisme

Dalam tahap perkembangan yang lebih baru, muncul konsep agnostisisme dan ateisme. Agnostisisme adalah pandangan bahwa keberadaan atau sifat Tuhan tidak diketahui. Ateisme, di sisi lain, adalah penolakan terhadap kepercayaan bahwa ada dewa atau Tuhan.
ADVERTISEMENT
Konsep ketuhanan menurut pemikiran manusia berkembang secara bertahap tahapan tersebut adalah hal yang terus berevolusi. Tahapan-tahapan ini mencerminkan pemikiran manusia tentang Tuhan dan spiritualitas berkembang seiring dengan perubahan sosial, budaya, dan intelektual. (DNR)