Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Kebijakan Ekonomi pada Masa Demokrasi Liberal yang Pernah Diterapkan
26 Juli 2023 18:26 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Selain itu, masih ada beberapa kebijakan ekonomi lainnya yang sempat diterapkan pada zaman demokrasi liberal. Masing-masing kebijakan ekonomi tersebut diterapkan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada saat itu.
Kebijakan Ekonomi pada Masa Demokrasi Liberal di Indonesia
Mengutip buku Pengantar Ilmu Ekonomi, Agung Nusantara dkk (2022: 16), pada masa demokrasi liberal yang berlangsung pada 1959 sampai 1957, terjadi pergantian kabinet yang cukup sering.
Hal tersebut disebabkan oleh jumlah partai yang cukup banyak namun tidak memiliki partai mayoritas mutlak. Pada masa demokrasi liberal, perekonomian diberikan kepada pasar untuk mengaturnya.
Kebijakan tersebut mengakibatkan adanya ketimpangan sosial antara pengusaha pribumi dengan pengusaha non-pribumi karena adanya ketidakmampuan dalam bersaing di pasar.
Untuk mengatasi masalah yang terjadi pada masa demokrasi liberal, maka diberlakukan beberapa kebijakan ekonomi. Berikut ini adalah beberapa kebijakan ekonomi pada masa demokrasi liberal.
ADVERTISEMENT
1. Gunting Syafruddin
Kebijakan ini diterapkan oleh Syarifuddin selaku menteri keuangan yang menjabat saat itu untuk memotong nilai uang atau sanering. Kebijakan ini diterapkan dengan memotong nilai mata uang dengan nominal Rp 2,50 ke atas.
Kebijakan tersebut diterapkan dengan tujuan untuk menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp 5,1 miliar dan mengurangi peredaran jumlah uang.
2. Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia.
De Javasche Bank yang mulanya dikuasai pihak Belanda kemudian dinasionalisasikan oleh pemerintah sehingga menjadi Bank Indonesia. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor.
Nasionalisasi De Javasche Bank ini juga membuat pemerintah menjadi lebih leluasa untuk menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter.
3. Gerakan Benteng
Kebijakan yang dicetuskan oleh Dr. Sumitro Djojohadikusumo diterapkan untuk melindungi pengusaha Indonesia melalui kredit. Kebijakan ini juga dijalankan dengan tujuan mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional.
ADVERTISEMENT
4. Sistem Ekonomi Ali Baba
Sistem ekonomi yang diinisiasi oleh Menteri Perekonomian Kabinet Ali I, Mr. Iskaq Cokrohadisuryo, dijalankan dengan tujuan untuk memajukan pengusaha pribumi. Kebijakan ekonomi ini diberi nama Ali Baba sbab melibatkan pengusaha pribumi (Ali) dan pengusaha keturunan Tionghoa (Baba).
Pada program ini pengusaha keturunan Tionghoa diminta untuk melatih tenaga kerja pribumi. Sebagai imbalannya, pengusaha keturunan Tionghoa mendapatkan bantuan kredit beserta lisensi dari pemerintah.
5. Rencana Pembangunan Lima Tahun
Adanya pergantian kabinet pemerintahan yang terus menerus membuat adanya hambatan pembangunan. Maka dari itu Badan Perencanaan Pembangunan Nasional merancang Rencana Pembangunan Lima Tahun atau RPLT.
Kemudian DPR menyetujui RPLT pada 11 November 1958. Namun kebijakan ini tidak dapat berjalan dengan baik akibat adanya resesi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa yang memberikan dampak bagi perekonomian Indonesia.
ADVERTISEMENT
Demikian pembahasan tentang kebijakan ekonomi pada masa liberal. Pengetahuan ini dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan khususnya tentang perjalanan kebijakan ekonomi yang diberlakukan di Indonesia. (DAP)