Konten dari Pengguna

Khutbah Idul Fitri Sedih yang Menyentuh Hati

Berita Terkini
Penulis kumparan
30 April 2021 18:42 WIB
·
waktu baca 11 menit
clock
Diperbarui 10 Maret 2023 12:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Berkhutbah. Foto: dok. https://pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Berkhutbah. Foto: dok. https://pexels.com
ADVERTISEMENT
Mendengarkan khutbah Idul Fitri sedih tentunya akan menyentuh hati para jemaah salat Idul Fitri. Idul Fitri menjadi salah satu hari raya yang sangat dinanti-nanti umat Islam kedatangannya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tidak, saat tiba hari raya ini, para kaum Muslim saling berbondong-bondong untuk merayakannya dengan sanak saudara. Idul Fitri menjadi momen yang spesial untuk menyambung tali silaturahmi.
Berikut ini adalah materi khutbah Idul Fitri sedih yang menyentuh hati untuk meningkatkan keimanan.

Khutbah Idul Fitri Sedih sebagai Penambah Keimanan

Ilustrasi Lebaran atau Idul Fitri bersama keluarga dengan baju kembaran. Foto: Odua Images/Shutterstock
Saat hari raya Idul Fitri tiba, tentunya kita dianjurkan untuk menunaikan salat Idul Fitri secara berjamaah bersama-sama. Saat menunaikan salat tersebut, terdapat rangkaian ibadah yang perlu kita tunaikan, termasuk khutbah.
Khutbah ini biasanya berisi nasihat agama yang dapat bermanfaat untuk meningkatkan keimanan. Pengertian khutbah juga dijelaskan dalam buku berjudul Buku Pintar Khatib dan Khotbah Jumat yang disusun oleh Arif Yosodipuro (2013:9) menyebutkan bahwa khutbah dalam bahasa Indonesia dapat dimaknai pemberian ceramah, wasiat, nasihat, dan sejenisnya.
ADVERTISEMENT
Berikut ini adalah contoh khutbah Idul Fitri sedih yang menyentuh hati yang membahas tentang cara mewujudkan rasa kasih sayang dan indahnya nikmat Allah SWT.

Khutbah I

ADVERTISEMENT
Hadirin jamaah shalat ied yang mulia, pada hari ini kita ditakdirkan oleh Allah untuk memasuki hari Idul Fitri sebagai tanda berakhirnya puasa Ramadhan tahun ini. Dengan tambahan umur yang diberikan Allah kepada kita, kita bisa berbahagia hari ini, karena tidak ada kebahagiaan yang lebih indah daripada dzikir, bertakbir dan bertahmid menonorsatukan Allah.
Semoga takbir kita hari ini terus bergema dalam kalbu kita sampai kita memasuki liang kubur dan seterusnya. Kita sekarang masih berada di dunia, atau tepatnya kita berada di atas bumi Indonesia tempat kita bersujud dan menyemai amal saleh.
Ilustrasi idul fitri di masa pandemi. Foto: Gatot Adri/Shutterstock
Bahwa manusia yang terbaik menurut Allah ialah yang paling banyak bermanfaat, berbuat baik bagi orang lain. Tapi kita butuh hati yang bersih, karena hati yang bersih itu tempat tumbuh suburnya iman, cinta, jauh dari kebencian dan rasa permusuhan.
ADVERTISEMENT
Jadi, kalau kita berpikir jernih kita akan semakin rendah hati untuk mengakui orang-orang yang berjasa mengupayakan kebutuhan kita, kemudian merasa berutang budi dan berterima kasih kepada mereka.
Dari kejernihan pikiran seperti itu akan muncul penghargaan untuk memuliakan manusia, bahwa manusia akan hidup dalam pergaulan yang sempurna kalau bisa menghargai jasa orang lain kepada dirinya. Meskipun jasa itu kecil, misalnya jasa pembuat garam. Kebutuhan kita terhadap garam dalam sehari sedikit sekali, tapi makan dengan lauk (ikan) yang tidak ada garamnya akan hambar.
Pertanyaannya, pernahkah di dalam hati kita ada rasa terima kasih kepada pembuat garam, kepada pengilang tebu, pembuat lampu listrik, pembuat telepon, sampai pembuat jarum jahit yang kecil sehingga membuat kita bisa berpakaian dan enak dipandang?
ADVERTISEMENT
Hati yang damai akan diperoleh dengan mengakui kebesaran Allah serta banyak berdzikir kepada Allah. Upaya berdamai dengan Allah melalui shalat, dzikir, shalawat, baca Alquran dan lain-lain akan mempengaruhi jiwa untuk berdamai dengan seluruh manusia. Apalagi ada pesan dari Allah, "Orang-orang beriman itu bersaudara. " إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
Jadi, kalau seseorang benar-benar beriman dan berdzikir, buahnya ia tidak akan membuat penganiayaan, kekejaman, dan kekerasan yang melukai hati dan fisik manusia yang lain.
Pantaskah seseorang mengaku "saya beriman," kalau masih senang melakukan kezaliman dan kekerasan, baik kekerasan dalam rumah tangga seperti menempeleng istri, melukai tubuh anak, maupun kekerasan di luar rumah tangga berupa kerusuhan, penjarahan, randu domba dan lain-lain yang merusak tatanan kehidupan?
ADVERTISEMENT
Setiap manusia beriman dan bertakwa punya tugas menunjukkan dirinya sebagai manusia "Khalifatullah," yaitu manusia yang berakhlak, kreatif, dan selalu tampil untuk menyenangkan orang lain dalam pergaulan. Untuk itu diperlukan tata krama bergaul yang indah. Misalnya, dalam berbicara mengupayakan dirinya menggunakan kata-kata yang sopan serta menyenangkan orang yang mendengarnya, serta berupaya menghindari kata-kata kotor yang menyakitkan.
Setiap kata-kata kotor diucapkan itu melambangkan hati orang yang mengucapkannya juga kotor. Akibatnya komunikasi dan pergaulan akan terganggu sehingga suasana damai dan rukun tidak akan terjadi.
Itulah perlunya rasa "ukhuwah," yaitu rasa persaudaraan yang tulus. Dalam persaudaraan yang tulus, setiap manusia akan berupaya untuk menolong, membantu, dan membahagiakan orang lain. Karena itu, setiap insan beriman punya tugas untuk berintrospeksi, apakah cara berkomunikasi dan cara bergaulnya bisa menyenangkan orang lain?
ADVERTISEMENT
Jika tidak, berarti kita harus semakin meningkatkan rasa taqarrub kita kepada Allah, sampai hati ini bersih dari dendam, egois, merasa benar sendiri, sombong, takabbur, yang membuat komunikasi kita dengan orang lain menjadi gagal. Dan jika kita gagal berkomunikasi secara baik, bisa mungkin gagal sebagai manusia karena hati tidak ikhlas.
Ilustrasi Muslim Beriman. Foto: dok. https://pexels.com
Itulah pentingnya akhlak yang mulia dan hati yang tulus ikhlas. Kebersamaan itu menjadi sesuatu yang sangat berharga dalam hidup, berbangsa dan bernegara karena manusia tidak akan bisa menyelesaikan masalah besar tanpa kebersamaan. Dalam kebersamaan, peran orang lain sangat dihargai. Orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri itu disebut "egois," yaitu sikap anti sosial.
Orang yang seperti itu tidak akan bisa hidup dengan pergaulan yang baik. Kebersamaan dan kerendahan hati akan menjadi dasar utama setelah iman kepada Allah. Disebut dalam Alquran bahwa diutusnya Nabi Muhammad ke dunia ini sebagai "rahmat" bagi alam semesta. Rahmat adalah bentuk dari kasih sayang Allah kepada manusia, sebagai anugerah untuk menenteramkan dan membahagiakan manusia.
ADVERTISEMENT
Karena itu, manusia yang berakal sehat pasti tidak akan menyia-nyiakan agama dan ajaran agama kalau dirinya benar-benar menghendaki kebahagiaan yang hakiki terutama kelak di alam akhirat.
Dalam persaudaraan kemanusiaan yang tumbuh dari Iman kepada Allah, kita diajar oleh Rasulullah berpuasa di bulan Ramadhan untuk merasakan lapar seperti laparnya Rasulullah, dan kita haus seperti hausnya Rasulullah dalam puasa Ramadhan, agar kita punya apresiasi terhadap kemiskinan, yang harus dikembangkan menjadi simpati dan empati kepada kaum miskin dan fuqaha yang hidup merana di dalam lembah penderitaan.
Rasulullah bersabda ; لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه “Tidak beriman seorang di antara kalian sehingga kamu mencintai apa untuk saudaranya sebagaimana mencintai untuk dirinya sendiri.”
ADVERTISEMENT
Sebagai tanda kepatuhan kita kepada Allah dan kecintaan pada sunah Rasulullah kita tunaikan zakat dan sedekah agar kaum miskin bisa terentas dari penderitaan. Tak kalah pentingnya ialah sarana pembangunan untuk kemaslahatan ummat. Dari sabda Nabi di atas, dengan kepercayaan dalam hati saja tidaklah cukup untuk membuktikan iman seseorang, kecuali apa yang diyakini itu melahirkan tindakan-tindakan positif yang menjadi bentuk nyata dari nilai-nilai yang diajarkan Allah.
Segala ilmu agama yang kita serap dari kitab agama, pengajian, khutbah, dan lain-lain, telah cukup sebagai modal untuk menjadi manusia yang bernilai setingkat malaikat.
Akan tetapi apabila konsep-konsep ideal itu tidak sampai lahir sebagai amal perbuatan, maka konsep-konsep itu yang akan menghina dan menertawakan diri sendiri karena sebagai pelaku hidup dan sebagai pemilik ilmu, diri ini tak lebih dari kuda yang mampu membawa dan mengangkat beratus kitab dan teori, tetapi tidak pernah mencoba untuk merealisasikan isi buku yang dibawa dan diangkatnya.
ADVERTISEMENT
Kita harus membudayakan akal sehat, hidup rukun dengan hati damai dan bersih, tanpa kebencian dan permusuhan. Kebencian dan permusuhan tak pantas dimiliki oleh orang yang beriman dan ingin hidup dalam ketakwaan.
Maka tidaklah mustahil kalau sesekali kita temukan orang yang begitu fasihnya menyampaikan teori-teori kemuliaan hidup tetapi dalam praktik suka makan daging bangsanya sendiri atau orang yang sangat terampil mengakrobat kata-kata indah tentang agama dan budi luhur tetapi dalam kenyataan hidup sehari-hari suka merugikan orang lain.
Dari sini perlu dipahami bahwa agama itu bukan sekedar ilmu, bukan angan-angan (masuk surga), bukan kalimat-kalimat indah, tetapi kenyataan gerak, praktik, perilaku, atau tindakan yang jelas-jelas realistik berguna bagi orang lain, untuk bangsa dan Negara. Allah mengingatkan:
ADVERTISEMENT
Artinya: “Takutlah pada suatu hari kamu kembali kepada Allah (mati) kemudian dipertemukan dengan setiap orang dengan apa yang telah diperbuat (di dunia) dan mereka tidak ada yang teraniaya.”
Ayat di atas menjelaskan bahwa kita akan mati; kita akan dipertemukan dengan amal baik atau dengan amal jelek kita. Siapa banyak berbuat baik (amal saleh) di dunia akan menuai kebahagiaan yang bernama surga, dan siapa yang melakukan maksiat akan bertemu amal buruknya di neraka. Allahu Akbar.
Kita semua akan meninggalkan dunia ini. Satu saat kita akan dikuburkan. Hanyalah Iman dan takwa yang akan kita bawa menghadap Allah.
ADVERTISEMENT
Maka hari Raya sekarang ini kita berjanji kepada diri kita sendiri, bahwa sisa umur kita akan kita pergunakan untuk mengabdi kepada Allah untuk beramal saleh serta berbuat yang terbaik untuk Bangsa dan Tanah air.
Semoga kita masih diperkenankan Allah untuk bertemu dengan bulan ramadhan tahun depan. Amin.

Khutbah 2

Ilustrasi seseorang membaca khutbah Idul Fitri sedih. Foto: Unsplash.com
الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ الله ُأَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْراً، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ، لاَإِلهَ إِلاَّالله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلهَ إِلاَّالله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. الحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِياَفَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّالله ُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االداَّعِيْ إِلىَ الصِّراَطِ المُسْتَقِيْمِ . اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَماَّ بَعْدُ فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا الله َحَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
ADVERTISEMENT
Hadirin jamaah salat ied yang mulia, pada hari ini kita ditakdirkan oleh Allah untuk memasuki hari Idul Fitri sebagai tanda berakhirnya puasa Ramadhan tahun ini. Dengan tambahan umur yang diberikan Allah kepada kita, kita bisa berbahagia hari ini, karena tidak ada kebahagiaan yang lebih indah daripada dzikir, bertakbir dan bertahmid menonorsatukan Allah.
Syukur alhamdulillah pada pagi hari ini kita telah selesai melaksanakan ibadah puasa, salat tarawih, menunaikan zakat dan dirangkai dengan jamaah salat Idul Fitri bersama-sama.
Doa kita semua, mudah-mudahan puasa dan ibadah-ibadah kita mampu menghantarkan kita meraih kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Aamiin Ya Rabbal ‘aalamiin.
Setelah kita salat Id di rumah ini dan saling memaafkan, mari kita teruskan menyinari rumah kita dengan salat, bacaan Alquran dan shalawat serta menjauhkan diri dari godaan syaitan. Sabda Rasulullah SAW:
ADVERTISEMENT
“Janganlah Engkau jadikan rumah-rumahmu sebagai kuburan karena sesungguhnya Syaitan akan lari dari rumah-rumah yang di dalamnya dibacakan Surat al-Baqarah”.
Di tengah-tengah suasana COVID-19 ini, mari kita laksanakan imbauan Pemerintah untuk menjaga kesehatan dengan membudayakan hidup bersih dan sehat serta makan makanan yang bergizi, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan tetap beribadah, belajar dan bekerja di rumah.
Ada sebuah peristiwa menarik 14 abad yang lalu, bahwa Rasulullah SAW.membaca Aamiin 3x, sementara itu sahabat yang lain tidak mendengarkan sepatah kata apa pun. Akhirnya sahabat Nabi bertanya:
ADVERTISEMENT
Selanjutnya konsep untuk meraih kebahagiaan sebagaimana Hadits Nabi Muhammad SAW., yakni apabila Allah SWT. menghendaki keluarga yang bahagia duniawi dan ukhrawi, maka hendaknya kita memahami dan mendalami agama dengan baik, saling menghormati antara anak dan orang tua, mencari rizki yang halal, hidup sederhana, mawas diri dan introspeksi akan kekurangan dan kelemahan kita. Akhirnya marilah kita berdoa kehadirat Allah SWT :
Pertama :
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Diberikan kebahagiaan dunia akhirat seperti doa kita
Kedua :
Besok dikumpulkan di Surga sebagaimana janji Allah SWT. dalam surat Az Zumar ayat 23 :
اَللّٰهُ نَزَّلَ اَحْسَنَ الْحَدِيْثِ كِتٰبًا مُّتَشَابِهًا مَّثَانِيَۙ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُوْدُ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ۚ ثُمَّ تَلِيْنُ جُلُوْدُهُمْ وَقُلُوْبُهُمْ اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُدَى اللّٰهِ يَهْدِيْ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ هَادٍ
ADVERTISEMENT
Artinya : “Allah akan mengumpulkan orang-orang yang bertakwa ke dalam Surga bersama-sama”.
Ketiga:
Semoga Allah SWT. segera mengangkat COVID-19 ini dari Indonesia khususnya dan dari seluruh dunia serta masyarakat Indonesia dijauhkan oleh Allah SWT. dari berbagai musibah. Aamiin Ya Rabbal ’aalamiin.
Sebagai akhir khotbah ini, mari lah kita bersama memohon kepada Allah semoga seluruh amal ibadah kita, puasa kita, salat kita, i’tikaf kita dan amalan lainnya di bulan ramadhan dan bulan-bulan sebelumnya diterima sisi Allah SWT dan semoga dosa-dosa kita, baik disengaja atau tidak diampuni-Nya.
Serta semoga kita bersama-sama masyarakat, bangsa, dan negara diberi aman dan sentosa dengan mendapat ridha Allah SWT. Juga semoga dengan ridha dan rahmat Allah pula para pemimpin kita diberi kekuatan untuk dapat memimpin bangsa ini sehingga bangsa ini cepat keluar dari berbagai krisis yang berkepanjangan ini. Amin...amin...amin...ya rabb al-‘alamin
ADVERTISEMENT
Semoga kita masih diperkenankan Allah untuk bertemu dengan bulan ramadhan tahun depan. Amin.
(DA & SAI)