Kisah Nabi Muhammad SAW Singkat untuk Diajarkan Kepada Anak

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
12 Juli 2021 12:46 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kisah Nabi Muhammad SAW. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kisah Nabi Muhammad SAW. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kisah Nabi Muhammad SAW singkat merupakan salah satu kisah yang bisa diceritakan pada anak-anak karena banyak pelajaran yang bisa diambil. Mulai dari kelahiran, berdakwah, menikah, hingga wafatnya Rasulullah SAW.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Kisah Nabi Muhammad SAW oleh Yoyok Rahayu Basuki (2000), Nabi Muhammad lahir di Kota Makkah pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Gajah, bertepatan dengan tahun 570 Masehi. Untuk mengetahui kisahnya, simak informasinya di bawah ini.

Kisah Nabi Muhammad SAW Singkat

Ilustrasi kisah Nabi Muhammad SAW. Foto: Pexels
Orangtua Nabi Muhammad bernama Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahab. Abdullah merupakan seorang saudagar yang sering bepergian ke Negeri Syam.
Namun, Nabi Muhammad belum pernah bertemu ayahnya karena Abdullah meninggal saat Aminah sedang mengandung Muhammad kecil dan lahir tidak didampingi sang ayah.
Selanjutnya, Nabi diserahkan pada Halimah Sa’diah untuk disusukan, karena pada saat itu masyarakat Arab masih memiliki kebiasaan untuk menyusukan anak-anak mereka kepada perempuan desa.
ADVERTISEMENT
Hal ini bertujuan agar anak-anak mereka hidup dan tumbuh besar di lingkungan desa yang memiliki udara yang masih segar dan bersih. Rasulullah tinggal bersama ibu susuannya di dusun Bani Sa’ad selama empat tahun.
Pada saat Nabi kecil memasuki umur keenam tahun, ibunya membawanya pergi ke Madinah untuk menemui paman-pamannya. Namun Aminah meninggal saat perjalanan dari Mekah menuju ke Madinah.
Kemudian Nabi Muhammad diasuh oleh Ummu Aiman di bawah tanggungan kakek beliau, yakni Abdul Muthalib, selama dua tahun.
Ilustrasi anak-anak yang membaca kisah nabi Muhammad. Foto: Unsplash
Pada tahun kedelapan umur Nabi Muhammad, Abdul Muthalib meninggal dunia, sehingga Nabi kemudian diasuh oleh paman beliau, yaitu Abu Thalib.
Abu Thalib merupakan salah satu petinggi dari keluarga Bani Hasyim. Sejak saat itu, Nabi Muhammad SAW pun sering ikut berdagang ke Syam.
ADVERTISEMENT
Saat sudah dewasa, Nabi Muhammad menikah dengan Siti Khadijah, di usia 25 tahun sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.
Nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah SWT saat berumur 40 tahun. Setelah mendapatkan wahyu, Nabi kemudian berfokus untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam.
Nabi memulai dakwahnya dari lingkungan terdekat dengan cara bersembunyi-sembunyi sampai bisa berdakwah dengan terang-terangan.
Nabi Muhammad wafat saat berusia 63 tahun. Sebelum wafat. beliau mengalami sakit sampai akhirnya mengembuskan napas terakhir. Kepergian Nabi merupakan kehilangan terbesar bagi sahabat-sahabat Nabi dan seluruh Muslim.

Perjalanan Dakwah Nabi Muhammad SAW

Ilustrasi Makkah merupakan salah satu tempat dakwah Nabi pada zaman dahulu. Foto: Pixabay
Perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW melalui beberapa tahapan dan risalah. Adapun tahapan perjalanan dakwah Rasulullah adalah sebagai berikut.
ADVERTISEMENT

1. Penyiaran Dakwah

Dakwah Nabi Muhammad dimulai ketika turun perintah melakukan indzar (peringatan) melalui firman Allah yang artinya:
"Wahai orang yang berselimut, bangun lalu berilah peringatan. Dan Tuhanmu agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa jauhilah." (QS. Al-Mudatsir: 1-5)
Rasulullah mulai menyampaikan ajaran Islam kepada orang-orang yang dekat dengan beliau secara sembunyi-sembunyi. Setelah berlangsung selama tiga tahun, seruan beliau berhasil mengislamkan sedikitnya 30 orang.
Dikutip dari Sejarah dan Metode Dakwah Nabi oleh Ali Musthafa Yaqub (2000: 126), beberapa di antaranya adalah Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Bilal bin Rabah, Zaid bin Haritsah, Utsman bin 'Affan, Zubair bin al-Awwam, Abdul Rahman bin 'Auf, Sa'd bin Abi Waqqash.
Setelah Nabi berdakwah dengan cara sembunyi-sembunyi selama kurang lebih tiga tahun, baru kemudian turun surat Al-Hijr ayat 94 yang artinya:
ADVERTISEMENT
"Maka sampaikanlah secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan dan berpalinglah dari orang-orang musyrik." (QS. Al-Hijr: 94)
Ayat ini berisi perintah kepada Nabi untuk menyiarkan Islam dengan cara jahr (terang-terangan). Sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut, maka turunlah firman Allah dalam surat Asy-Syu'araa ayat 214 yang artinya:
"Dan berikanlah (Muhammad) peringatan kepada karib kerabatmu yang terdekat." (QS. Asy-Syu'araa: 214)
Setelah ayat ini turun, Nabi lalu naik ke Bukit Shafa dan berseru kepada masyarakat Quraisy, naik karib kerabat beliau maupun orang-orang lain. Nabi mengajak kaum Quraisy untuk masuk Islam.
Setelah melakukan tahap ini, maka Nabi melanjutkan seruannya kepada masyarakat Arab secara umum. Saat itu, Nabi mengampanyekan ajaran yang diembannya kepada suku-suku Arab, baik yang ada di Makkah, Thaif, maupun yang ada di Madinah.
ADVERTISEMENT

2. Pengembangan Dakwah

Ilustrasi mempelajari Alquran. Foto: Pexels
Tahapan selanjutnya yang dilakukan oleh Nabi dalam rangka mewujudkan perubahan sosial adalah mengorganisasikan dan membina secara khusus orang-orang yang menerima seruannya.
Setelah jumlah pengikut Nabi mencapai tiga puluh orang, beliau kemudian memilih rumah seorang sahabat yang bernama al-Arqam bin Abi al-Arqam. Letaknya di kaki bukit Shafa, tidak jauh dari masjid al-Haram.
Rumah al-Arqam dijadikan oleh Nabi sebagai tempat shalat dan beribadah. Menurut Husein Mu'nis dalam kitab Al-Sirah Al-Nabawiyyah, para pengikut Nabi bertemu di tempat ini guna bersama-sama membaca ayat-ayat Alquran, mendalami dasar-dasar akidah, dan shalat jamaah yang kesemuanya dipimpin oleh Rasulullah.

3. Pembentukan Masyarakat Baru

Langkah terakhir yang ditempuh oleh Nabi Muhammad dalam perjalanan dakwahnya adalah membentuk masyarakat baru di Madinah.
ADVERTISEMENT
Menurut Syekh Shafiurrahman Al-Mubarakfuri dalam Sirah Nabawiyah, langkah pertama yang dilakukan oleh Nabi dalam mengupayakan perubahan masyarakat adalah mendirikan masjid.
Masjid tersebut, di samping menjadi tempat shalat, juga menjadi perguruan di mana umat Muslim menimba ajaran Islam dan bimbingannya dan menjadi wadah pemersatu suku-suku yang bertikai.
Selain itu, masjid juga menjadi pusat perencanaan dan pengaturan terkait masalah masyarakat, menjadi lembaga musyawarah, dan penampungan Muhajirin yang tidak memiliki rumah, harta, serta sanak saudara.
Selanjutnya, Nabi mempersaudarakan Muhajirin (para imigran Mekkah) dan Anshar (penduduk Madinah). Hal ini dijelaskan dalam kitab Muktashar Zad al-Ma'ad, di mana setelah Nabi membangun masjid, beliau kemudian mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar di rumah Anas bin Malik.
ADVERTISEMENT
Jumlah mereka seluruhnya 90 orang, masing-masing 45 dari pihak Muhajirin dan 45 dari pihak Anshar. Nabi mempersaudarakan mereka untuk tolong-menolong dan waris-mewarisi meski tidak ada hubungan kekerabatan.
Umat Muslim melaksanakan salat Jumat selama bulan suci Ramadhan di Masjidil Haram di kota suci Makkah, Arab Saudi, Jumat (29/4/2022). Foto: Saudi Press Agency/Handout via REUTERS
Upaya terakhir yang dilakukan oleh Nabi adalah mendeklarasikan Konstitusi Madinah, baik ke dalam maupun ke luar. Isi Kon-stitusi Madinah itu menjelaskan hak dan kewajiban setiap anggota masyarakat, sebagai jaminan keadilan, kesetiaan, ketenteraman, dan keamanan jiwa dan harta.
Sebagai hasil dari upaya-upaya Nabi tersebut di atas, dapat dibaca di dalam firman Allah dalam surah al-Hasyr ayat 9 yang artinya:
"Dan orang-orang yang telah tinggal di tempat (Madinah) dan telah beriman (Anshar) sebelum kedatangan Muhajirin, mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka.
ADVERTISEMENT
Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin), dan mereka mendahulukan Muhajirin atas diri mereka sendiri, meski mereka sangat membutuhkan (apa yang mereka berikan).
Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-Hasyr: 9)
Ayat di atas menggambarkan perubahan bangsa Arab setelah memeluk agama Islam dan mendapat pembinaan dari Nabi Muhammad. Mereka menjadi bersaudara dan tolong-menolong.
Surat al-Hasyr di atas menerangkan bahwa kaum Anshar sangat mencintai kaum Muhajirin. Bahkan mereka rela memberikan apa saja yang dimiliki meski sendirinya sangat membutuhkan.
(WWN & SFR)