Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kisah Raden Wijaya, Sang Pendiri Kerajaan Majapahit
30 Juli 2021 15:03 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bila kamu bertanya siapakah pendiri Kerajaan Majapahit , maka jawabannya adalah Raden Wijaya. Bukan hanya sebagai pendiri, Raden Wijaya juga adalah raja pertama Kerajaan Majapahit yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309 M).
ADVERTISEMENT
Peran Raden Wijaya sebagai pendiri Kerajaan Majapahit juga tertulis di dalam kitab Negarakretagama dan juga buku Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya karangan Slamet Muljana, 1979.
Kisah Lengkap Raden Wijaya, Sang Pendiri Kerajaan Majapahit
Raden Wijaya bernama asli Sang Nararya Sanggramawijaya. Ayahnya adalah pangeran dari Kerajaan Sunda Galuh yang bernama Rakyan Jayadarma. Sedangkan ibundanya, Dyah Lembu Tal, adalah cucu Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari. Saat Rakyan Jayadarma tewas karena diracun oleh musuhnya, Dyah Lembu Tal memutuskan untuk pulang ke Singasari membawa serta Wijaya. Berdasarkan silsilah, maka sebenarnya Raden Wijaya mewarisi tahta Kerajaan Sunda Galuh, tapi dia lebih memilih mengabdi ke tempat asal ibundanya, yakni Kerajaan Singasari pada era pemerintahan Raja Kertanegara.
Selain menjabat sebagai senopati atau panglima perang di Kerajaan Singasari, Raden Wijaya juga adalah menantu Raja Singasari yang terakhir yakni Kertanegara (1268-1292). Raden Wijaya menikah dengan empat orang putri Kertanagara, yaitu Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Jayendradewi, dan Gayatri. Tribhuwaneswari dipilih sebagai permasiuri, sedangkan yang lainnya sebagai istri selir.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya itu saja, Raden Wijaya juga menikahi seorang putri Kerajaan Dharmasraya dari Sumatera bernama Dara Petak. Putri ini dibawa dari Ekspedisi Pamalayu oleh Kerajaan Singasari di tanah Melayu pada 1275 hingga 1286 M.
Berdasarkan apa yang tertulis di prasasti Kudadu pada tahun 1292 M, terjadi pemberontakan terhadap Kerajaan Singasari oleh Bupati Gelang-gelang, Jayakatwang. Jayakatwang mengirim pasukan bernama Jaran Guyang untuk menyerbu Singasari dari arah utara. Raja Kertanegara yang mendengar rencana itu segera memerintahkan menantunya, yakni Raden Wijaya, untuk memimpin pasukan Singasari guna menangkal serangan pasukan Jayakatwang. Raden Wijaya berhasil mengalahkan pasukan Jaran Guyang. Tapi ternyata, Jaran Guyang hanya pasukan kecil yang dikirim sebagai pengalihan agar pertahanan di ibu kota Singasari kosong. Jayakatwang mengirimkan pasukan yang jauh lebih besar untuk menyerang Singasari. Sementara itu, sebagian besar kekuatan militer Singasari yang dipimpin Raden Wijaya belum kembali, pasukan Jayakatwang berhasil menduduki istana, bahkan Raja Kertanegara terbunuh.
ADVERTISEMENT
Bersama pengikut setia yang masih tersisa, Raden Wijaya melarikan diri ke dalam hutan rimba di sekitar aliran Sungai Brantas. Raden Wijaya melarikan diri hendak berlindung ke Terung di sebelah utara Singasari. Tapi karena tak henti-hentinya dikejar oleh pasukan Kedori, lalu ia memilih pergi ke arah timur. Dengan bantuan kepala desa Kudadu, ia berhasil menyeberangi Selat Madura untuk bertemu Arya Wiraraja penguasa Songeneb (nama lama Sumenep). Bersama Arya Wiraraja, Raden Wijaya merencanakan siasat untuk merebut kembali takhta dari tangan Jayakatwang. Wijaya berjanji, jika ia berhasil mengalahkan Jayakatwang, maka daerah kekuasaannya akan dibagi dua untuk dirinya dan Wiraraja.
Awalnya Wiraraja menyampaikan berita kepada Jayakatwang bahwa Wijaya menyatakan menyerah kalah. Jayakatwang yang telah membangun kembali negeri leluhurnya, yaitu kerajaan Kadiri menerimanya . Ia mengirim utusan untuk menjemput Wijaya di pelabuhan Jungbiru. Raden Wijaya meminta Hutan Tarik di sebelah timur Kadiri untuk dibangun sebagai kawasan wisata perburuan. Kepada Jayakatwang dia mengaku ingin bermukim di sana. Jayakatwang yang gemar berburu segera mengabulkannya tanpa curiga.
ADVERTISEMENT
Nama Majapahit berawal dari buah bernama maja. Buah yang rasanya pahit itu banyak terdapat di dalam hutan tempat Raden Wijaya dan pengikutnya berlindung. Maka, ketika Raden Wijaya membentuk komunitas masyarakat di dalam rimba itu, dinamakanlah Majapahit.
Setelah Majapahit berdiri, Raden Wijaya meminta bantuan kepada Kerajaan Mongol untuk menyerang Jayakatwang. Demi hal ini, Raden Wijaya rela menyatakan dirinya berpihak pada kerajaan Mongol. Setelah akhirnya bisa mengalahkan Jayakatwang, Raden Wijaya menyerang balik pasukan Mongol dan menghancurkan mereka.
Setelah itu, Raden Wijaya mendeklarasikan berdirinya Kerajaan Majapahit pada 1293 dengan pusat pemerintahan di Mojokerto . Kerajaan Majapahit yang dirintis Raden Wijaya kelak menjadi amat berjaya saat dipimpin oleh cucunya yang bernama Hayam Wuruk bergelar Sri Rajasanagara (1350-1389). Hayam Wuruk didampingi oleh mahapatih bernama Gajah Mada yang terkenal dengan sumpahnya yaitu Sumpah Amukti Palapa.
ADVERTISEMENT
Di masa pemerintahan Hayam Wuruk yang didampingi oleh Gajah Mada, Kerajaan Majapahit menjelma menjadi kemaharajaan atau imperium besar yang berhasil menguasai sebagian besar wilayah Nusantara. (DNR)