news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Masa Bercocok Tanam pada Zaman Manusia Purba

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
24 Maret 2023 17:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi manusia purba di masa bercocok tanam. Foto: ConexaoCabeca
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi manusia purba di masa bercocok tanam. Foto: ConexaoCabeca
ADVERTISEMENT
Kehidupan manusia purba dengan manusia zaman modern sangatlah berbeda, terutama cara mendapatkan makanan. Pada awalnya, manusia zaman purba bertahan hidup dengan berburu. Kemudian masa bercocok tanam diperkirakan semasa dengan zaman Neolitikum.
ADVERTISEMENT
Untuk mengetahui secara lengkap tentang kehidupan manusia purba zaman neolitikum, simak penjelasan di bawah ini.

Masa Bercocok Tanam pada Zaman Manusia Purba

Ilustrasi manusia purba yang mampu memproduksi makanan. Foto: Pixabay/Mode21
Dikutip dari buku Sejarah Indonesia dan Dunia oleh Vedra Octa Samira, dkk. (2022: 8), Neolitikum atau Zaman Batu Muda adalah masa pada zaman prasejarah ketika orang menggunakan alat-alat batu pecah. Dikatakan bahwa revolusi budaya yang sangat besar terjadi dalam peradaban manusia selama era ini. Karena pada zaman Neolitik terjadi perubahan yang cukup mendasar dari mengumpulkan menjadi memproduksi makanan, yaitu membuat makanan sendiri.
Diyakini bahwa masyarakat sudah terbiasa dengan tradisi bertukar barang atau berdagang, beternak dan mengembangkan budaya pertanian, meskipun dalam tataran yang sangat sederhana. Apalagi zaman tersebut membangun tempat tinggal permanen seperti rumah sederhana dan membuat kerajinan tangan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan kehidupan sosial Neolitikum dicirikan oleh masyarakat yang telah mengembangkan gotong royong, menetapkan aturan hidup bersama, dan memiliki kepercayaan pada makhluk halus.

Ciri-Ciri Neolitium

Ciri-ciri dari kehidupan manusia purba zaman Neolitikum yakni:

Hasil Kebudayaan Zaman Neolitikum

Hasil kebudayaan yang terkenal pada zaman neolitikum secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok, yaitu.

a. Kebudayaan Kapak Persegi

Nama kapak persegi pertama kali disebutkan oleh von Heine Geldern. Penamaan ini terkait dengan bentuk alat yang ditemukan, yaitu persegi. Poros persegi ada yang berbentuk persegi panjang dan ada pula yang berbentuk trapesium.
ADVERTISEMENT
Kapak persegi besar sering disebut juga dengan beliung atau cangkul, bahkan ada yang diberi pegangan menyerupai bentuk cangkul masa kini. Sedangkan yang kecil disebut tarah atau tatah.

b. Kebudayaan Kapak Lonjong

Nama kapak Ionjong berasal dari bentuk penampang alat ini yang berbentuk lonjong. Bentuk keseluruhan alat ini lonjong sepeti bulat telur, di mana pada ujungnya yang lancip ditempatkan tangkai dan bagian ujung yang bulat diasah hingga tajam.
Kapak lonjong mempunyai berbagai macam ukuran, yang besar sering disebut walzenbeil, sedangkan yang kecil dinamakan kleinbeil.

Peninggalan Zaman Neolitikum

Selain kapak persegi dan kapak lonjong, ditumkan juga peninggalan zaman Neolitikum yang tidak terbuat dari batu, di antaranya adalah:
1. Perhiasan
Perhiasan berupa gelang dan kalung dari batu indah banyak ditemukan di Jawa.
ADVERTISEMENT
2. Pakaian
Di Kalimantan, Sulawesi Selatan, dan beberapa tempat lainnya ditemukan alat pemukul kulit kayu yang biasanya dipakai untuk membuat pakaian. Dapat diambil kesimpulan bahwa manusia dari Zaman Neolitikum sudah berpakaian.
3. Tembikar
Tembikar atau periuk dapat ditemukan di lapisan atas gundukan kerang di Sumatera. Meski hanya berupa pecahan-pecahan kecil, tembikar terlihat berhias gambar-gambar yang diperoleh dengan menekan sebuah benda di atas tanah yang belum kering. Banyak pecahan periuk juga ditemukan di bukit pasir di pantai selatan Jawa antara Yogyakarta dan Pacitan.
Zaman manusia purba Neolitikum berpengaruh penting terhadap kehidupan manusia, di mana yang sebelumnya harus mencari makanan dengan berburu atau food gethering menuju memproduksi sendiri atau food producing. Sehingga, manusia prasejarah setelahnya tidak perlu berpindah-pindah tempat untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.(MZM)
ADVERTISEMENT