Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Mengenal Jenis-jenis Paugeran Tembang Macapat
16 Juli 2021 15:13 WIB
·
waktu baca 4 menitDiperbarui 5 Mei 2023 17:26 WIB
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam budaya Jawa , paugeran tembang macapat adalah aturan penulisan tembang yang baik dan benar sesuai dengan kaidah.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Bahasa Jawa XB yang ditulis oleh Eko Gunawan (2016: 6), paugeran tembang macapat dibagi menjadi tiga, yaitu guru gatra (jumlah suku kata per suku kata), guru wilangan (jumlah suku kata per suku kata), dan guru lagu (suara drop di akhir suku kata).
Seperti yang disebutkan sebelumnya, kata-kata dalam tembang harus sesuai dengan kaidah. Misalnya, ketika menulis tembang Sinom, jumlah suku kata harus 9, jumlah suku kata pertama guru harus 8, guru lagu harus a, dan seterusnya. Aturan ini merupakan kaidah yang baku, karena macapat termasuk puisi gagrag lama yang sudah dipotong dan terikat aturan.
Jenis-jenis Paugeran Tembang Macapat
Sebelum mengenal paugeran tembang macapat lebih jauh, pahami dulu apa saja jenis-jenis tembang macapat. Dikutip dari buku Baboning Pepak Basa Jawa yang ditulis oleh Budi Anwari (2020: 181), tembang macapat dapat dibagi beberapa jenis-jenis, yaitu:
ADVERTISEMENT
1. Maskumambang
Merupakan tembang macapat yang menceritakan tentang keadaan manusia saat masih di alam ruh dan kemudian ditanamkan ke rahim seorang ibu.
2. Mijil
Merupakan tembang macapat yang mengilustrasikan proses keluarnya bayi dalam wujud manusia.
3. Sinom
Merupakan tembang macapat yang menggambarkan masa mudah yang indah, penuh harapan, dan keinginan.
4. Kinanthi
Merupakan tembang macapat yang menceritakan tentang masa pembentukan jati diri untuk menuju cita-cita dan keinginan ke jalan yang benar.
5. Asmaradana
Merupakan tembang macapat yang menggambarkan kisah asmara dan percintaan.
6. Gambuh
Merupakan tembang macapat yang menggambarkan komitmen dan cinta dalam perkawinan.
7. Dhandhanggula
Merupakan tembang macapat yang menggambarkan kehidupan yang lebih mapan secara sosial dan sejahtera.
8. Durma
Merupakan tembang macapat yang menggambarkan seseorang yang bersedia untuk berbagi dengan sesamanya.
9. Pangkur
Merupakan tembang macapat yang menggambarkan nafsu dan murka manusia yang dapat menggerogoti jiwa.
ADVERTISEMENT
10. Megatruh
Merupakan tembang macapat yang menggambarkan nyawa yang terpisah dari jasad manusia (kematian).
11. Pucung
Merupakan tembang macapat yang menggambarkan jasad manusia yang sudah dibungkus kain kafan dan siap untuk dikuburkan.
Watak Tembang Macapat
Setiap tembang macapat memiliki watak yang berbeda-beda. Watak tembang macapat berkaitan erat dengan isi, metrum, juga lagu yang didendangkan sehingga menjadi karakteristik atau ciri khas dari tembang tersebut.
Dirangkum dari buku Peran Bahasa Jawa dalam Pengajaran Bahasa Indonesia susunan Kontributor Pen Fighters dan Serat Kandha Sulu oleh Bram Palgunadi, berikut watak tembang macapat berdasarkan jenis-jenisnya:
1. Maskumambang
Tembang ini mengandung filosofi hidup manusia dari awal diciptakan hingga akhir hayatnya. Karena itu, watak tembang maskumambang menggambarkan berbagai macam emosi manusia, seperti cemas, sedih, tidak berdaya, penuh haru, prihatin, dan kesengsaraan dalam hidup.
ADVERTISEMENT
2. Mijil
Berisi penggambaran kelahiran manusia dari perut ibunya, tembang mijil bersifat terbuka. Tembang ini biasa dinyanyikan untuk menyapaikan nasihat atau cerita.
3. Sinom
Tembang sinom memiliki watak kesabaran dan keramahtamahan. Tembang ini umumnya dinyanyikan untuk menyampaikan nasihat yang mengandung unsur persahabatan.
4. Kinanthi
Watak yang dimiliki tembang kinanthi adalah mesra, penuh cinta kasih, dan senang. Sesuai wataknya, tembang ini sering digunakan untuk menampilkan suasana yang anggun, penuh kasih sayang, dan penuh kekerabatan.
5. Asmaradana
Asmarandana bermakna cinta yang membara. Sama dengan maknanya, watak tembang ini menggambarkan cinta kasih, cerita romansa, juga mengisahkan tentang kepiluan dan kesedihan.
6. Gambuh
Gambuh berasal dari kata jumbuh yang berarti cocok, sesuai, tepat, bijaksana, dan sepaham. Watak tembang ini yaitu ramah, rasa persaudaraan yang kuat, dan memberi nasihat.
ADVERTISEMENT
7. Dhandhanggula
Tembang dhanggula berwatak universal dan kebaikan. Tembang ini biasa digunakan untuk menyampaikan nasihat baik, cerita tentang kehormatan, contoh perbuatan baik, atau kebesaran sesuatu hal.
8. Durma
Dalam bahasa Jawa, durma artinya macan atau harimau. Sesuai maknanya, tembang durma berwatak seram, menakutkan, mencekam, dan horor sehingga biasa digunakan untuk menciptakan suasana tegang.
9. Pangkur
Tembang pangkur memiliki watak yang gagah, kuat dan perkasa. Maka, tak eran jika tembang ini lebih sering dipakai untuk mengungkapkan kisah kepahlawanan, perjuangan, dan peperangan.
10. Megatruh
Megatruh diartikan sebagai mbucal kang sarwa ala atau membuang yang serba jelek. Tembang ini digunakan untuk menampilkan suasana sendu, sedih, kesendirian, atau perpisahan.
11. Pucung
Karakteristik tembang pucung yaitu penuh kebebasan. Karena itu, tembang pucung biasa digunakan untuk menampilkan suasana santai, tidak serius, atau penuh jenaka.
ADVERTISEMENT
Aturan atau Paugeran Tembang Macapat
Mengutip buku Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik oleh Puger Honggowiyono, nama macapat diartikan sebagai maca papat-papat (membaca empat-empat). Artinya, cara membaca tembang macapat terjalin tiap empat suku kata.
Aturan yang mengikat tembang macapat yang membuatnya tetap bisa dibaca empat-empat itulah yang disebut paugeran tembang macapat. Terdapat tiga aturan dalam penulisan tembang macapat, yaitu guru gatra , guru wilangan, dan guru lagu.
Guru gatra adalah jumlah baris pada tiap bait, guru wilangan merupakan jumlah suku kata pada setiap baris, sedangkan guru lagu diartikan sebagai suara vokal pada akhir baris.
(CHL)