Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Nama Asli Sunan Kudus dan Perjalanan Dakwah Islam Beliau
5 Mei 2022 17:53 WIB
·
waktu baca 5 menitDiperbarui 1 Maret 2023 15:04 WIB
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa nama asli Sunan Kudus ? Sunan Kudus adalah salah satu dari Wali Songo. Kisah tentang Wali Songo merupakan bagian dari sejarah Islam di Indonesia menarik untuk diceritakan.
ADVERTISEMENT
Wali Songo merupakan tokoh nasional yang berjasa dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia. Simak nama asli Sunan Kudus, sebagai salah satu Wali Songo, dan perjalanan beliau dalam menyebarkan agama Islam di bawah ini.
Nama Asli Sunan Kudus
Sunan Kudus lahir sekitar 1500 M dan wafat tahun 1550 M. Sunan Kudus berjasa dalam syiar Islam di daerah Kudus dan sekitarnya.
Sunan Kudus yang banyak berguru pada Sunan Kalijaga, merupakan ahli dalam bidang ilmu fikih, usul fikih, tauhid, hadits, tafsir, serta logika. Oleh sebab itu, beliau disebut sebagai waliyyul ilmy, artinya sosok yang tinggi ilmunya.
Menurut buku Masjid Agung Demak oleh Agus Maryanto (2008: 38), nama asli Sunan Kudus adalah Jafar Shadiq. Beliau lahir pada pertengahan abad ke-15 M atau 9 H. Ayahnya bernama Raden Usman Haji yang bergelar "Sunan Ngudung di Jipang Panolan, Blora".
ADVERTISEMENT
Jafar Shadiq terlahir di keluarga bangsawan Kerajaan Demak . Setelah ayahnya meninggal, beliau menggantikan jabatan ayahnya untuk memperluas wilayah Kerajaan Demak, sekaligus menyebarkan Islam di wilayah tersebut.
Perjalanan Dakwah Islam Sunan Kudus
Saat terjadi perpecahan di kerajaan Demak, Jafar Shadiq lalu hijrah ke daerah Tajug. Di sinilah Jafar Shadiq hanya fokus dalam menyebarkan dakwah Islam dan tidak lagi aktif di dunia politik.
Berkat penerimaan dakwah dari masyarakat, wilayah Tajug kemudian berganti nama menjadi Kudus, yang diambil dari kata Al Quds, sebuah kota suci di Jerusalem. Karena itulah, Jafar Shadiq diberi gelar sebagai Sunan Kudus.
Cara berdakwah Sunan Kudus adalah dengan pendekatan seni sekaligus toleran pada budaya setempat. Caranya dengan memanfaatkan simbol Hindu Buddha yang merupakan agama lebih dahulu dikenal.
ADVERTISEMENT
Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus yang berbentuk candi, dan menunjukkan proses akulturasi dalam masuknya Islam di pulau Jawa.
Silsilah Sunan Kudus
Sebenarnya, belum ditemukan satu sumber yang benar-benar dapat dipercaya kebenarannya terkait silsilah Sunan Kudus. Karenanya, ada beberapa versi cerita mengenai silsilah Sunan Kudus.
Sunan Kudus terlahir dengan nama Ja'far Shadiq Azmatkhan. Dari versi cerita yang paling diyakini, Sunan Kudus adalah anak dari Raden Usman Hajji atau yang dikenal dengan sebutan Sunan Ngudung, seorang panglima perang Kesultanan Demak Bintoro.
Ayahnya tersebut merupakan putra dari Sultan di Palestina yang bernama Sayyid Fadhal Ali Murtazha atau dikenal juga sebagai Raja Pandita.
Berdasarkan silsilah dari ayahnya, Sunan Kudus masih termasuk keturunan Nabi Muhammad SAW. Dikutip dari Wali Sanga Menguak Tabir Kisah hingga Fakta Sejarah oleh Masykur Arif (2016: 261), berikut silsilah Sunan Kudus ke atas sampai Nabi Muhammad:
ADVERTISEMENT
Dari silsilah tersebut, dapat diketahui bahwa Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad.
Sementara dari garis ibu, Sunan Kudus termasuk keturunan orang yang terhormat, atau keturunan wali. Sunan Kudus masih memiliki hubungan darah dengan Sunan Bonang.
Pasalnya, ibunya yang bernama Syarifah merupakan cucu dari Sunan Ampel atau putri Sunan Bonang. Jadi, Sunan Kudus adalah menantu dari Sunan Bonang.
Wilayah Dakwah Sunan Kudus
Setelah mencapai kesuksesannya dalam mengembangkan Kerajaan Demak, Sunan Kudus meninggalkan kota tersebut dan pergi menuju Kudus, Jawa Tengah. Beliau ingin membaktikan hidupnya untuk kepentingan agama Islam.
ADVERTISEMENT
Saat pertama kali Sunan Kudus sampai di Kudus, kota itu masih bernama Tajug. Sebelum dia datang ke kota tersebut, orang pertama yang mengembangkan Kota Tajug adalah Kiai Telingsing.
Sunan Kudus beguru kepada Kiai Telingsing, Ki Ageng Ngerang, dan Sunan Ampel. Dalam perjalanan dakwahnya, Sunan Kudus membangun masjid sebagai tempat ibadah dan pusat penyebaran ajaran agama Islam di Kudus.
Tempat ibadah tersebut didirikan oleh Sunan Kudus dan santri-santrinya yang merupakan prajuritnya. Menurut sebuah catatan, dia menamakan masjid tersebut dengan sebutan Masjid Al-Aqsa di Kota Al-Quds.
Setelah itu, Sunan Kudus berdakwah di sekitar wilayah Kudus. Dia harus berhadapan dengan masyarakat Jawa yang kental dengan agama Hindu dan Buddha yang sudah lebih dahulu masuk saat itu.
ADVERTISEMENT
Metode Dakwah Sunan Kudus
Metode dakwah yang dilakukan Sunan Kudus adalah dakwah kultural dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Buddha. Pendekatan dakwah ini dipelajari Sunan Kudus dari Sunan Kalijaga.
Dikutip dari Islam Abangan dan Kehidupannya oleh Rizem Aizid (2015: 68), Sunan Kudus menggunakan gaya berdakwah yang sama seperti Sunan Kalijaga, yakni bersikap toleran terhadap budaya setempat dan cenderung sinkretis.
Cara dakwah sinkretis yang diperoleh dari sang guru mendorong Sunan Kudus mendekati masyarakat dengan menggunakan simbol-simbol agama Hindu-Buddha.
Sebab, agama tersebut merupakan keyakinan leluhur yang sudah mengakar kuat. Hal ini sebagaimana terlihat pada gaya arsitektur Masjid Menara Kudus.
Salah satu teknik yang digunakan Sunan Kudus dalam menarik simpati masyarakat adalah menyampaikan cerita bernuansa tauhid.
ADVERTISEMENT
Konon, Sunan Kudus menggugah cerita tauhid sedemikian rupa sehingga hal itu membuat masyarakat penasaran. Karena terdorong rasa ingin tahu, dengan sendirinya masyarakat selalu menghadiri pengajiannya tanpa harus dipaksa.
Selain itu, Sunan Kudus tidak memaksakan Islam kepada rakyat. Dia tidak langsung melarang masyarakat menjalankan tradisi dan kepercayaan lamanya, tetapi membiarkan terlebih dahulu adat istiadat yang memang tidak mudah diubah.
Kemudian, seperti halnya Sunan Kalijaga, Sunan Kudus melakukan penyesuaian terhadap tradisi sehingga menjadi bernuansa Islami.
Selain itu, Sunan Kudus menerapkan prinsip mengambil ikan tanpa mengeruhkan airnya. Artinya, dalam menyampaikan dakwah, dia sangat menghindari konfrontasi langsung atau penggunaan cara-cara kekerasan.
Setelah mengetahui sejarah nama asli Sunan Kudus dan perjalanan dakwah Islamnya, diharapkan kita dapat meneladani sikap beliau dalam toleransi beragama.
ADVERTISEMENT
(DK & SFR)