Konten dari Pengguna

Pengertian Sumber Sastra Jyotisa dalam Agama Hindu

Berita Terkini
Penulis kumparan
16 Oktober 2023 20:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sumber Sastra Jyotisa, sumber: unsplash/DendyDarma
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sumber Sastra Jyotisa, sumber: unsplash/DendyDarma
ADVERTISEMENT
Sumber sastra jyotisa adalah istilah yang sudah tidak asing di kalangan umat Hindu. Jyotisha berasal dari bahasa Sansekerta, “Jyoti” yang artinya cahaya, sedangkan “Ish” artinya Tuhan. Ilmu ini mempelajari tentang astrologi dan astronomi dalam kacamata Hindu.
ADVERTISEMENT
Meramal fenomena alam hingga nasib manusia berdasar posisi bintang memang sudah ada sejak ribuan tahun silam. Agar memahami konsep ramalan tersebut, penting sekali untuk menggali pengertian jyotisa lebih dalam.

Pengertian Sumber Sastra Jyotisa

Ilustrasi Sumber Sastra Jyotisa, sumber: unsplash/GuruSai
Sumber sastra jyotisa merupakan cabang Wedangga yang termasuk bagian dari tubuh kitab suci Weda. Penerapan jyotisa bisa dilihat dalam karya klasik bertemakan agama Hindu, seperti Mahabahrata. Saat itu, Rsi Jaimini memprediksi hasil perang dari Mahabharata dengan Marahaja Drestarata dan Maharani Gandari.
Bukan hanya itu, jyotisa juga masih digunakan di masa kini untuk melihat ramalan jodoh anak orang-orang India. Bahkan, masyarakat Bali juga menggunakan jyotisa untuk menentukan hari raya, ramalan kelahiran, dan masa tanam oleh umat Hindu.
ADVERTISEMENT
Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam buku Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti oleh Miswanto (2022) yang menyatakan bahwa tradisi jyotisa telah dikenal masyarakat Hindu di Nusantara sejak berabad-abad lampau. Tradisi tersebut merupakan akulturasi dari kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Hindu di India.

Metode Perhitungan Sumber Sastra Jyotisa

Ilustrasi Sumber Sastra Jyotisa, sumber: unsplash/Mesh
Penentuan posisi bintang oleh para Maharsi terdahulu dilakukan dengan cara pengamatan, lalu dilanjutkan dengan perhitungan. Perhitungan astronomi tersebut akan menghasilkan data tentang kapan sesuatu terjadi. Entah itu hari raya, gerhana matahari, gerhana bulan, dan lain-lain.
Perhitungan di jyotisa mengacu pada bumi sebagai patokan. Hal ini digunakan untuk menyederhanakan perhitungan Astronomi karena dalam Weda menganut Heliosentris (matahari sebagai pusat tata surya) dan bukan geosentris (bumi sebagai pusat tata surya). Pendapat ini sesuai dengan informasi dalam kitab Sama Weda 121.
ADVERTISEMENT
Pengamatan dari posisi planet, matahari, bulan, dan bintang akan menimbulkan pemaknaan yang berkaitan erat dengan ilmu astrologi. Para Maharsi zaman dahulu mampu memprediksi hadirnya bencana, hadirnya raja baru, dan fenomena lainnya dengan melihat posisi planet dan bintang.
Penerapan sumber sastra jyotisa di Indonesia memang belum semasif di India. Selain Bali, daerah yang menerapkan jyotisa dalam ajaran Hindu adalah Kalimantan, Jawa, Sumatera, Nusa Tenggara, dan Maluku. (DLA)