Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Penyebab Perang Saudara yang Terjadi di Banten menurut Catatan Sejarah
2 Oktober 2024 19:37 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perang saudara yang terjadi di Banten disebabkan oleh apa? Menurut catatan sejarah, Banten pernah mengalami perpecahan yang mengakibatkan terjadinya perang.
ADVERTISEMENT
Perang saudara yang terjadi di Kesultanan Banten pada abad ke-17 merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Banten. Konflik ini disebabkan oleh perselisihan internal antara Sultan Ageng Tirtayasa dan putranya, Sultan Haji.
Perang Saudara yang Terjadi di Banten Disebabkan oleh Perselisihan Internal
Sultan Ageng Tirtayasa, yang memerintah Banten dari tahun 1651 hingga 1682, dikenal sebagai penguasa yang tegas dalam menentang dominasi Belanda (VOC) di wilayah Banten dan sekitarnya.
Berdasarkan buku Serang dalam Lintasan Sejarah, Kurniasih, Nur Rahmawati, (2023), di bawah kepemimpinannya, Banten berkembang pesat sebagai pusat perdagangan rempah-rempah yang makmur. Sultan Ageng Tirtayasa juga berusaha keras menjaga kemerdekaan politik serta ekonomi Banten dari cengkeraman VOC.
Ketegangan mulai muncul ketika Sultan Ageng Tirtayasa menyerahkan sebagian kekuasaan kepada putranya, Sultan Haji, sebagai bentuk persiapan pewarisan tahta. Sultan Haji, yang lebih pragmatis dalam pandangan politiknya, cenderung mendukung hubungan yang lebih baik dengan Belanda.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan sikap ayahnya yang keras menolak kehadiran VOC. Inilah yang akhirnya menjadi latar belakang munculnya konflik internal di antara mereka.
Singkatnya, perang saudara yang terjadi di Banten disebabkan oleh perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji. Perselisihan inilah yang pada akhirnya berujung pada keterlibatan Belanda (VOC) dan perubahan besar dalam pemerintahan Banten.
Perselisihan semakin memuncak ketika Sultan Haji memutuskan untuk mengambil langkah yang lebih kooperatif terhadap Belanda. Ia melihat bahwa bekerja sama dengan VOC dapat membawa stabilitas ekonomi dan politik bagi Banten.
Sebaliknya, Sultan Ageng Tirtayasa menganggap bahwa bekerja sama dengan VOC akan membahayakan kedaulatan Banten dan menjerumuskannya ke dalam pengaruh kolonial yang merugikan.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1680, perang saudara pun pecah antara kedua belah pihak. Sultan Ageng Tirtayasa yang memiliki dukungan dari sebagian bangsawan dan rakyat melawan putranya, Sultan Haji, yang didukung oleh VOC. Konflik ini melibatkan pertempuran sengit di berbagai wilayah Banten.
Peran VOC dan Akhir Konflik di Banten
Sultan Ageng Tirtayasa malah ditangkap dan dipenjarakan, sementara Sultan Haji naik tahta sebagai penguasa Banten. Perang saudara ini kemudian membawa dampak besar bagi Kesultanan Banten.
Meskipun Sultan Haji berhasil berkuasa, pengaruh Belanda di Banten semakin kuat. Peristiwa ini menjadi titik awal dari dominasi VOC di wilayah tersebut, yang pada akhirnya mengikis kedaulatan Kesultanan Banten.
ADVERTISEMENT
Menurut catatan sejarah , perang saudara yang terjadi di Banten disebabkan oleh konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji. Konflik yang kemudian ditunggangi oleh VOC untuk mendapatkan keuntungan dari Kesultanan Banten. (DNR)