Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Peran Bhikkhu Ashin Jinarakkhita sebagai Pelopor Kebangkitan Agama Buddha
20 Mei 2024 21:02 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ashin Jinarakkhita merupakan biksu pertama yang ada di Indonesia dalam agama Buddha. Peran Bhikkhu Ashin Jinarakkhita sebagai pelopor kebangkitan agama Buddha sendiri sangatlah penting.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari laman kepustakaan-keagamaan.perpusnas.go.id, sebelum menjadi seorang biksu ia dikenal dengan nama The Boan An atau Su Kong. Keinginannya untuk memperdalam agama Buddha membuatnya menjadi bhikkhu atau biksu.
Peran Bhikkhu Ashin Jinarakkhita dalam Pelopor Agama Buddha
Ashin Jinarakkhita dikenal sebagai biksu pertama yang ada di Indonesia. Jinarakkhita juga pelopor kebangkitan agama Buddha, terutama setelah runtuhnya kerajaan Majapahit.
Peran Bhikkhu Ashin Jinarakkhita sebagai pelopor kebangkitan agama Buddha dapat dilihat dengan menyebarkan Buddhisme. Dia kemudian menjadi wakil ketua Pemuda Teosofi dan mendapatkan banyak undangan untuk memberi kuliah di berbagai daerah di Jawa.
Misi awalnya adalah membangun komunitas Buddha di klenteng-klenteng hingga pada akhirnya jumlah pengikutnya semakin banyak. Pada tahun 1953, Jinarakkhita menginisiasi diselenggarakannya perayaan Waisak di Candi Borobudur.
ADVERTISEMENT
Jinarakkhita membuat candi Buddha terbesar di Asia Tenggara kembali aktif menjadi situs agama Buddha. Waisak pertama di Candi Borobudur berhasil diadakan pada 22 Mei 1953.
Pesertanya berasal dari seluruh Indonesia dan perwakilan dari Singapura, Thailand, Burma, Sri Langka, hingga India. Atas anjuran Pen Ching, gurunya pertama, Jinarakkhita berangkat ke Burma awal tahun 1954 untuk memperdalam agama Budha.
Pada bulan April 1954, Jinarakkhita menjalani pentahbisan menjadi biku secara penuh (upasampada) dengan guru spiritual (upajjhaya) utamanya Yang Ariya Agga Maha Pandita U Ashin Sobhana Mahathera atau yang lebih dikenal Mahasi Sayadaw.
Di Lembah Cipendawa, Pacet, Cipanas, didirikan kompleks wihara Sakyawanaram, tempat Jinarakkhita mencoba melebur agama Buddha dengan berbagai unsur kepercayaan setempat dalam upaya untuk memperoleh agama Buddha yang berkepribadian Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pemujaan terhadap Prabu Ragamula Suryakancana, raja terakhir Kerajaan Padjajaran merupakan salah satu bentuk kepercayaan yang mendapat tempat di daerah tersebut. Hal ini berkaitan dengan sejarah agama Buddha dulu karena Tantrayana rnerupakan ajaran yang dianut raja-raja Padjajaran.
Untuk membantu usahanya, pada tahun 1954 Jinarakkhita mendirikan Persaudaraan Upasaka Upasika Indonesia (PPUI) yang akhirnya berubah nama menjadi Majelis Budhayana Indonesia (MBI) pada tahun 1979, dan bergabung dalam perwakilan umat Budha Indonesia (WALUBI).
Setelah jumlah biksu di Indonesia rnencapai lima orang. Ashin Jinarakhita menetapkan berdirinya Sangha Suci Indonesia, yang berubah menjadi Maha Sangha Indonesia pada tahun 1963.
Tetapi pada tahun 1971 timbul perpecahan dan pada tanggal 12 Januari 1972 lima biksu membentuk Sangha Indonesia yang berorientasi tradisi Theravada.
ADVERTISEMENT
Dengan bantuan Dirjen Bimas Hindu dan Buddha, kedua sangha ini di-satukan kembali dengan nama Sangha Agung Indonesia (SAGIN) dan Jinarakkhita terpilih sebagai ketua (Maha Nayaka), namun tidak berlangsung lama.
Pada tahun 1976, sejumlah biksu mendirikan Sangha Thera-vada Indonesia dan tahun 1978 sejumlah siswa yang lain, yang berorientasi tradisi Mahayana, mendirikan Sangha Mahayana Indonesia.
Di bawah naungan SAGIN, Ashin Jinarakkhita membentuk Sangha Hinayana, Sangha Mahayana, Sangha Tantrayana, dan Sangha Wanita Indonesia.
Demikian pembahasan mengenai peran Bhikkhu Ashin Jinarakkhita sebagai pelopor kebangkitan agama Buddha . Perannya sangat penting terutama setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit. (Umi)