Konten dari Pengguna

Perjuangan Pattimura sebagai Seorang Pahlawan dari Maluku

Berita Terkini
Penulis kumparan
15 November 2022 17:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Patung Pattimura yang ada di Ambon, Maluku sebagai pengingat perjuangannya melawan penjajah. Foto: Unsplash/The Ian
zoom-in-whitePerbesar
Patung Pattimura yang ada di Ambon, Maluku sebagai pengingat perjuangannya melawan penjajah. Foto: Unsplash/The Ian
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu pahlawan dari Indonesia timur yang terkenal adalah Pattimura. Sebagaimana yang kita ketahui, Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Meski demikian, perjuangan bangsa Indonesia sangat panjang dan berat. Berbagai daerah melawan para penjajah karena sudah jenuh akan penindasan dan perbudakan. Selain itu, tak terhitung lagi jumlah korban jiwa dari kolonialisme penjajah. Bagaimana perjuangan yang dilakukan oleh Pattimura dalam melawan penjajah?
ADVERTISEMENT

Perjuangan Pattimura sebagai Seorang Pahlawan dari Maluku

Pada tahun 1816, setelah 18 tahun pemerintahan Inggris di Maluku, Belanda kembali lagi berkuasa. Hal itu terjadi karena terkait dengan Konvensi London yang dilaksanakan pada 13 Agustus 1814, yaitu sebuah perjanjian yang mewajibkan Inggris untuk mengembalikan wilayah Nusantara kepada Belanda. Begitu pemerintahan Belanda kembali berkuasa, rakyat Maluku langsung mengalami penderitaan.
Berbagai bentuk tekanan sering terjadi, seperti bekerja rodi, pemaksaan penyerahan hasil pertanian, dan lain sebagainya. Tidak tahan menerima tekanan-tekanan tersebut, akhirnya rakyat sepakat untuk mengadakan perlawanan untuk membebaskan diri. Perlawanan yang awalnya terjadi di Saparua itu kemudian dengan cepat merembet ke daerah lainnya di seluruh Maluku.
Ilustrasi perjuangan Pattimura melawan penjajahan Belanda. Foto: Unsplash/Hasan Almasi
Ria L dalam bukunya berjudul Biografi Pahlawan Kusuma Bangsa (2011:49) menjelaskan, Di Saparua, Thomas Matulessy dipilih oleh rakyat untuk memimpin perlawanan. Untuk itu, ia pun diberi gelar Kapitan Pattimura. Pada tanggal 16 Mei 1817, terjadilah suatu pertempuran yang sangat luar biasa. Rakyat Saparua di bawah kepemimpinan Kapitan Pattimura tersebut berhasil merebut benteng Duurstede.
ADVERTISEMENT
Tentara Belanda yang ada dalam benteng itu semuanya tewas, termasuk Residen Van den Berg. Kemudian Belanda mengirimkan pasukannya untuk merebut kembali benteng Duurstede, tetapi pasukan Kapitan Pattimura berhasil mengalahkan pasukan Belanda. Selama tiga bulan benteng tersebut berhasil dikuasai pasukan Kapitan Patimura.
Belanda tidak mau menyerahkan begitu saja benteng itu. Belanda kemudian melakukan operasi besar-besaran dengan mengerahkan pasukan yang lebih banyak dan dilengkapi dengan persenjataan yang lebih modern. Pasukan Pattimura akhirnya kesulitan dan terpukul mundur.
Kapitan Pattimura berhasil ditangkap oleh pasukan Belanda di sebuah rumah di Siri Sori. Kapitan Pattimura bersama beberapa anggota pasukannya, dibawa ke Ambon. Di sana beberapa kali dia dibujuk agar bersedia bekerja sama dengan pemerintah Belanda namun selalu ditolaknya. Beliau memilih gugur di tiang gantung sebagai Putra Bangsa daripada hidup bebas sebagai penghianat.
ADVERTISEMENT
Satu hari sebelum eksekusi hukuman gantung dilaksanakan, Pattimura masih terus dibujuk. Pattimura menunjukkan kesejatian perjuangannya dengan tetap menolak bujukan itu. Di depan benteng Nieuw Victoria, Ambon pada tanggal 16 Desember 1817, hukuman gantung pun akhirnya dilakukan.
Dengan perjuangan dalam melawan penjajahan Belanda di tanah Maluku, pemerintah menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Kapitan Pattimura sebagai penghormatan atas jasanya berdasakan Surat Keputusan Presiden RI No.087/TK/1973.
Meskipun Pattimura belum berhasil dalam melawan Belanda, namun perjuangannya membuat semangat masyarakat Maluku dan berbagai daerah di Indonesia semakin bergelorah dalam mengusir penjajah.(MZM)