Sajak Sunda, Karya Sastra Tradisional Jawa Barat yang Unik

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
14 Oktober 2021 16:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sajak Sunda. (Foto: https://pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sajak Sunda. (Foto: https://pixabay.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sajak atau puisi rakyat merupakan kesusastraan rakyat yang bebentuk terikat (fix phrase) dan sudah tentu bentuknya. Sajak dibentuk dari beberapa kalimat, ada yang berdasarkan mantra, ada yang berdasarkan panjang pendek suku kata, lemah tekanan suara, atau hanya berdasarkan irama.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Buku Ajar Mata Kuliah Folklor yang ditulis oleh Lira Hayu Afdetis Mana dan Samsiarni (2018: 80), keberadaan sajak dan fungsi rakyat pada masyarakat adalah sebagai alat kendali sosial (tergolong sisindiran), hiburan, memulai satu permainan yang dapat kira rasakan pada sajak, dan menekankan atau mengganggu orang lain.
Salah satu sajak yang khas dari Indonesia adalah sajak Sunda, sebuah karya sastra tradisional dari Jawa Barat. Nah, artikel kali ini akan membahas lebih lanjut mengenai sajak Sunda beserta contohnya.

Sajak Sunda, Karya Sastra Tradisional

Ilustrasi Sajak Sunda. (Foto: https://pixabay.com)
Pada masa sehabis Perang Dunia II, beberapa orang penyair yang berasal dari Tanah Sunda, Jawa Barat, menulis beberapa sajak Sunda dalam bentuk pupuk, seperti Sanusi Pane, misalnya Ramadhan K. H. (1927–2006), Surachman R.M. (lahir 1936), dan Ayatrohedi (1939–2006) alam bahasa Indonesia. Dikutip dari buku Puisi Modern: Sebuah Pengantar yang ditulis oleh Ajip Rosidi (2012: 35), adapun tujuan mereka adalah bercermin pada kesusasteraan bahasa daerahnya, yaitu bahasa Sunda. Pola pupuh Dandanggula dalam bahasa Jawa sama dengan sajak bahasa Sunda, begitu juga pola Kinanti, Asmarandana, Pangkur, dan pupuh-puh lainnya.
ADVERTISEMENT
Dendang Sayang I/ Ramadhan K. H.
Di Cikajang ada gunung,
Lembah lengang nyobek hati,
Bintang pahlawan di dada,
Sepi di atas belati,
Kembang rampe di kuburan,
Selalu jauh kekasih.
Di cikajang ada kurung
Menahan selangkah kaki,
Bebas unggas di udara,
Pelita di kampung mati;
Fajar pijar, bulan perak,
Takut mengungkung di hati.
Di Cikajang hanya burung
Bebas lepas terbang lari,
Di bumi bayi turunnya
Besar dibawa mengungsi;
Sepi di bumi Priangan,
Sepi menghadapi mati.
Itulah penjelasan mengenai sajak Sunda, karya sastra tradisional dari Jawa Barat. Semoga informasi ini bermanfaat! (CHL)