Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Tradisi Halal Bihalal dan Keunikannya
10 April 2024 17:31 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Tradisi halal bihalal berasal dari Arab. Halal berarti sesuatu yang diperbolehkan atau halal. Sedangkan “Bihalal” merupakan bentuk kata kerja yang berarti “menghalalkan” atau “menyatakan halal”.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks budaya Indonesia, halalbihalal adalah tradisi berkumpul yang biasanya diadakan setelah Ramadan saat perayaan Idulfitri.
Tradisi Halal Bihalal Berasal dari Mana? Ini Jawabannya
Saat Idulfitri, umat Islam merayakan hari ini dengan gembira dan saling memaafkan dengan teman dan kerabatnya. Tak hanya itu, Idulfitri juga menjadi waktu yang tepat untuk bersilaturahmi dengan anggota keluarga yang sudah lama tidak bertemu. Kebiasaan umat muslim ini biasa dikenal dengan istilah halalbihalal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, halalbihalal adalah hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan, biasanya diadakan di sebuah tempat (auditorium, aula, dan sebagainya) oleh sekelompok orang.
Istilah ini masuk dalam kamus Jawa-Belanda karya Dr. Th. Pigeaud 1938. Dalam kamus ini alal behalal berarti dengan salam (datang, pergi) untuk memohon ampun atas kesalahan yang dilakukan kepada orang yang lebih tua atau orang lain. (Lebaran, Tahun Baru Jawa). Sementara helal behalal diartikan sebagai dengan salam (datang, pergi) untuk (saling memaafkan di waktu Lebaran).
ADVERTISEMENT
Tadisi halal bihalal berasal dari pedagang martabak asal India di Taman Sriwedari Solo sekitar tahun 1935-1936. Saat itu, martabak masih merupakan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia diperkenalkan sebagai makanan.
Penjual martabak ini kemudian dibantu seorang pendamping setempat mempromosikan produknya dengan tulisan 'Malabar martabak, halal bin halal, halal bin halal'. Sejak itulah kata helal behalal menjadi populer di kalangan masyarakat Solo.
Orang-orang sekarang menggunakan kata ini untuk hal-hal seperti pergi ke Sriwedari saat Idulfitri, berkumpul saat Idulfitri, dan lain-lain. Kegiatan halalbihalal kemudian berubah menjadi acara silaturahmi saling bermaafan saat Lebaran.
Versi kedua menyebut halalbihalal berasal dari KH Abdul Wahab Hasbullah pada tahun 1948. KH Wahab adalah seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama. KH Wahab mengenalkan istilah halalbihalal pada Bung Karno sebagai bentuk silaturahmi antar pemimpin politik yang masih saling memiliki konflik.
ADVERTISEMENT
Atas saran KH Wahab, pada Hari Raya Idulfitri di tahun 1948, Bung Karno mengundang seluruh tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri pertemuan yang diberi judul 'Halalbihalal'. Para tokoh politik akhirnya duduk satu meja.
Mereka mulai menyusun kekuatan dan persatuan bangsa ke depan. Sejak saat itu, banyak lembaga pemerintahan di bawah kepemimpinan Bung Karno yang menerapkan praktik halalbihalal.
Halalbihalal saat itu banyak diikuti oleh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Islam di Pulau Jawa sebagai pengikut ulama. Saat ini Halalbihalal sudah menjadi tradisi di Indonesia.
Dari ulasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua versi sejarah halalbihalal yaitu tradisi halal bihalal berasal dari pedagang martabak asal India di Taman Sriwedari Solo sekitar tahun 1935-1936 dan KH Abdul Wahab Hasbullah pada tahun 1948. (glg)
ADVERTISEMENT