Sejarah Tugu Proklamasi, Monumen Peringatan Kemerdekaan RI

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
14 Agustus 2021 16:34 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sejarah tugu proklamasi. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sejarah tugu proklamasi. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
Tugu Proklamasi adalah tugu peringatan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang lokasinya ada di kompleks Taman Proklamasi di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat. Tugu tersebut berlokasi di bekas kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56.
ADVERTISEMENT
Di rumah itulah, naskah Proklamasi Kemerdekaan RI dibacakan untuk pertama kalinya oleh Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 di halaman kediamannya. Namun, rumah bersejarah yang dulu disebut Gedung Proklamasi ini sudah tidak ada lagi sejak tahun 1960.
Pada kompleks taman ini terdapat monumen dua patung Soekarno-Hatta berukuran besar yang berdiri berdampingan, mirip dengan dokumentasi foto ketika naskah proklamasi pertama kali dibacakan.
Di tengah-tengah dua patung proklamator terdapat patung naskah proklamasi terbuat dari lempengan batu marmer hitam, dengan susunan dan bentuk tulisan mirip dengan naskah ketikan aslinya.

Sejarah Tugu Proklamasi

Ilustrasi bendera Indonesia sebagai saksi kemerdekaan Indonesia, sama seperti Tugu Proklamasi. Foto: Unsplash
Tugu Proklamasi atau disebut juga sebagai Tugu Peringatan Satoe Tahoen Repoeblik Indonesia merupakan tugu yang dibangun pada tahun 1946 untuk memperingati satu tahun kemerdekaan Indonesia. Tugu tersebut memiliki nuansa revolusi karena diresmikan tanggal 17 Agustus 1946 saat sekutu masih berkuasa.
ADVERTISEMENT
Di atas tulisan yang dipahat di Tugu berbahan marmer itu ada tulisan lain, yaitu "Atas Oesaha Wanita Djakarta". Di dinding baliknya ada kutipan naskah proklamasi dan peta Indonesia yang juga terbuat dari marmer.
Bentuk tugu ini agak mirip dengan lambang Polda Metropolitan Jakarta bila kepalanya yang bergambar api berkobar dibuang.
Tugu tersebut dibuat oleh Dra. Yos Masdani Tumbuan. Pada Juni 1946, Yos Masdani sebagai seorang mahasiswi anggota Ikatan Wanita Djakarta diminta untuk membuat tugu peringatan proklamasi. Permintaan itu disampaikan oleh Ratulangi dan Mien Wiranatakusumah.
Tidak disediakan dana untuk pembuatan tugu tersebut, kecuali disebutkan nama pelaksananya, yaitu Aboetardjab dari Biro Teknik Kores Siregar, mantan mahasiswa Tehnische Hoge School. Dana harus dicari dan disediakan sendiri bersama kawan-kawan lain.
ADVERTISEMENT
Setelah akhirnya selesai dibangun, upacara peresmian yang rencananya akan digelar pada 17 Agustus 1946 terkendala izin dari wali kota. Dengan kehadiran tentara Sekutu di Jakarta, para pejabat setempat diimbau untuk tidak mengadakan perayaan apa pun.
Tapi Johanna tidak gentar. Ia nekat ingin tetap melaksanakan upacara peringatan meski tanpa dukungan wali kota. Niat Johanna ini dihentikan oleh Nyonya Tirtaamidjaja, ibunda perancang busana batik Iwan Tirta.
Atas usul Tirtaamidjaja, Johanna meminta dukungan dari Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Kebetulan pada tanggal 15 Agustus, Sjahrir baru saja tiba dari Yogyakarta, ibu kota negara saat itu.
Johanna pun langsung melaju meminta janji temu dengan Sjahrir. Sjahrir ternyata menyambut baik rencana Johanna. Ia bersedia meresmikan tugu hasil kerja keras para perempuan Jakarta.
ADVERTISEMENT
Di belakang Sjahrir, para perempuan sudah bersiap menggelar Pawai Wanita. Para ibu dan perempuan muda berpakaian merah-putih beriringan berangkat dari Kantor Wanita Negara Indonesia (Wani) menuju gedung Pegangsaan Timur tempat Sjahrir menunggu.
Akhirnya, Tugu Proklamasi diresmikan oleh Sjahrir pada 15 Agutsus 1946.

Tugu Dibongkar oleh Soekarno

Ilustrasi Jakarta. Foto: Pexels
Pada 15 Agustus 1960, tugu peringatan proklamasi persembahan para perempuan tersebut dibongkar oleh Soekarno. Pamor Tugu Proklamasi memang sudah surut sejak 1956.
Padahal, Tugu Proklamasi sempat menjadi lambang resmi Jakarta selepas pemulihan kedaulatan Indonesia pada Desember 1949.
Sebelumnya, Soekarno sudah sempat mengumumkan berita mengenai rencana pemusnahan Tugu Proklamasi. Soekarno mengatakan bahwa tugu di Jalan Pegangsaan Timur tersebut bukanlah Tugu Nasional tetapi Tugu Linggarjati dan harus dihancurkan.
ADVERTISEMENT
Perubahan nama itu agaknya terdengar janggal di telinga Johanna. Dia ingat betul tugu tersebut dibangun para perempuan untuk memperingati satu tahun Proklamasi Kemerdekaan pada 1946, bukan untuk menyambut Perundingan Linggarjati.
Rumor beredar bahwa salah satu alasan penghancuran Tugu Proklamasi itu karena peresmiannya dilakukan oleh Sjahrir, salah seorang tokoh kunci dalam Perundingan Linggarjati.
Selain itu, tugu tersebut juga dinilai tidak memenuhi kriteria sebagai Tugu Nasional impian Soekarno. Tugu Proklamasi dianggap dapat menjadi penghalang kekuatan spiritual baru dalam Tugu Nasional (Monumen Nasional) yang mulai dibangun satu tahun kemudian.
Soekarno memang sudah berambisi untuk membangun Tugu Nasional sejak 1958. Soekarno berharap untuk menjadikan Jakarta sebagai pusat segala kemegahan arsitektur.
Dilansir dari buku Indonesia Merdeka oleh Woro Miswati (2020), pada tanggal 1 Januari 1961, Soekarno melakukan pencangkulan pertama di tanah untuk pembangunan tugu, yaitu Tugu Petir, sebagai pengganti Tugu Proklamasi.
ADVERTISEMENT
Tugu Petir tersebut berbentuk bulatan tinggi berkepala lambang petir, seperti lambang PLN. Tulisan yang kemudian dicantumkan di tugu itu adalah:

Tugu Proklamasi Dibangun Kembali

Ilustrasi bendera Indonesia merupakan saksi Indonesia merdeka, sama seperti Tugu Proklamasi. Foto: Pexels
Setelah Soekarno dan pemerintahannya tumbang, Tugu Proklamasi sempat terlupakan. Tugu tersebut dibangun kembali atas perintah Presiden Soeharto pada tahun 1972.
Dikutip dari Sejarah Kecil "Petite Histoire" Indonesia Volume 3 oleh Rosihan Anwar, pembangunan kembali Tugu Proklamasi awalnya diusulkan pada tahun 1968 kepada Gubernur Ali Sadikin yang menjabat saat itu. Tugu ini berada di lokasi yang sama dan dengan desain yang serupa.
ADVERTISEMENT
Tugu Proklamasi selesai dibangun pada 15 Agustus 1972, kemudian dipasang plakat marmer naskah proklamasi dan peta Indonesia. Akhirnya, pada 17 Agustus 1972, Tugu Proklamasi diresmikan oleh Menteri Penerangan, Budiardjo, yang mewakili Presiden Soeharto.
Saat itu, peresmian Tugu Proklamasi dihadiri oleh banyak tokoh masyarakat dan politik. Adapun di antaranya yang hadir termasuk Mohammad Hatta.
(DNR & SFR)