Konten dari Pengguna

Teori Interaksionisme Simbolik dan Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari

Berita Terkini
Penulis kumparan
12 Oktober 2022 18:49 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi penerapan teori interaksionisme simbolik. Foto: pexels.com/olly/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penerapan teori interaksionisme simbolik. Foto: pexels.com/olly/
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan setiap manusia memiliki sikap dan perilaku yang berbeda. Sebab, manusia merupakan makhluk yang sangat misterius. Tidak ada satupun yang mengetahui isi hati seseorang. Hal tersebut juga berlaku ketika melakukan interaksi dengan orang lain, baik dengan cara melihat secara langsung ataupu melalui teknologi yang sudah begitu maju. Meski begitu, semua interaksi manusia memiliki pola tertentu, salah satunya dengan intekasi simbolik atau interaksionaisme simbolik. Lantas, seperti apakah teori interaksionisme simbolik dan bagaimana contohnya dalam kehidupan sehari-hari?
ADVERTISEMENT

Teori Interaksionisme Simbolik dan Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari

Mengutip buku Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma oleh Ida Bagus Wirawan (2012:110), interaksi simbolik merupakan salah satu perspektif teori yang baru muncul setelah adanya teori aksi (action theory). Teori interaksi simbolik sendiri pertama kali berkembang di Universitas Chicago dan dikenal oleh mazhab Chicago. Tokoh utama dar teori ini berasal dari berbagai universitas di luar Chicago, di antaranya John Dewey dan C. H. Cooley. Kemudian mereka pindah ke Chicago dan banyak memberi pengaruh kepada W. I. Thomas dan G. H. Mead.
Pada tahun 1887, Mead terdaftar di Universitas Harvard dan mengambil filsafat dan psikologi. Di Harvard, Mead belajar dengan Josiah Royce dan William James yang memengaruhi pola pemikirannya. Pada tahun 1888, lulus dari Harvard dan pindah ke Leipzig, Jerman untuk belajar dengan psikolog Wilhelm Wudht.
ADVERTISEMENT
Mead tertarik pada interaksi, di mana isyarat non verbal dan makna dari suatu pesan verbal akan memengaruhi pikiran orang yang sedang berintraksi. Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap isyarat non verbal (seperti body language, gerak fisik, baju, status, dan lainnya) dan pesan verbal (seperti kata-kata, suara, dan lain-lain) yang dimaknai kesempatan bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol yang mempunyai arti yang sangat penting.
Setelah Mead, generasi berikutnya dilanjutkan oleh Harbert Blumer serta Manfred Kuhn dan Kimbal Young.
Herbert George Blumer adalah seorang sosiolog Amerika yang sangat perhatian dan konsern pada pengembangan ilmiah terutama pada interaksionisme simbolik dan metode penelitian sosial. Blumer percaya bahwa individu menciptakan realitas sosial mereka sendiri melalui tindakan kolektif dan individual.
ADVERTISEMENT
Dia adalah seorang penerjemah andal dan pendukung kerja George Herbert Mead pada interaksionisme simbolik. Blumer akhirnya menjadi seorang tokoh interaksi simbolik yang terkemuka melalui buku karyanya "Interaksi Simbolik" yang dikenal sebagai pernyataan teoretis yang paling jelas dari interaksionisme simbolik George Herbert Mead.
Ilustrasi interaksi simbolik. Foto: unsplash.com/priscilladupreez

Asumsi Teori

Dr. Ali Nurdin, S.Ag., M.Si. dalam bukunya berjudul Teori komunikasi Interpersonal Disertai Contoh Fenomena Praktis (2020:27), konsep ahli interaksi simbolik seperti George Herbert Mead dan Charles H. Cooley memusatkan perhatiannya terhadap interaksi antara individu dan kelompok.
Mereka menemukan bahwa orang-orang berinteraksi terutama dengan menggunakan simbol-simbol yang mencakup tanda, isyarat, dan yang paling penting melalui kata-kata secara tertulis dan lisan. Suatu kata tidak memiliki makna yang melekat dalam kata itu sendiri, melainkan hanyalah suatu bunyi, dan baru akan memiliki makna bila orang sependapat bahwa bunyi tersebut mengandung suatu arti khusus.
ADVERTISEMENT
Sementara menurut Harbert Blumer menjabarkan mengenai interaksi simbolik dengan tiga pokok pikiran yaitu; act, thing, dan meaning. Manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai sesuatu tersebut berasal dari interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya. Makna diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran, yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya (makna tidak begitu saja diterima tetapi ditafsirkan lebih dahulu.

Dasar Teori dan Proporsi dalam Interaksi Simbolilk

Jerome Manis dan Bernard Meltzer dalam Littlejohn dan Fros mengatakan bahwa terdapa tujuh dasar teori dan proporsi dalam interaksi simbolik, yaitu:
ADVERTISEMENT

Contoh Teori Interaksionisme Simbolik

Salah satu tanda lalu lintas di memiliki bentuk lingkaran berwarna putih dengan huruf P yang dicoret dengan warna merah. Tanda itu adalah simbol, yang disepakati bermakna larangan untuk parkir di seputar tempat itu dan sudah diyakini di berbagai negara.
Simbol ini lalu disosialisasikan dan diperkenalkan sejak kecil yang tentang etika berlalu lintas sampai pada saat mereka dewasa nanti ketika akan mendapatkan surat izin mengemudi. Artinya, makna simbolik dari tanda larangan parkir itu telah dihadirkan dalam interaksi sosial.
Ternyata, interaksi manusia sangatlah beragam. Inilah yang membuat manusia menjadi makhluk yang sangat misterius. Namun kita juga dapat belajar mengenai teori interaksionisme simbolik dengan melihat contoh-contoh yang ada di sekitar.(MZM)