Lubang di Lapisan Ozon Bumi Mulai Tertutup, Kok Bisa?

Konten dari Pengguna
3 Agustus 2020 7:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Unik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Atmosfer planet Bumi difoto dengan bulan sebagai latar dari Stasiun Luar Angkasa Internasional. Foto: Reddit/sirferrel
zoom-in-whitePerbesar
Atmosfer planet Bumi difoto dengan bulan sebagai latar dari Stasiun Luar Angkasa Internasional. Foto: Reddit/sirferrel
ADVERTISEMENT
Perubahan iklim dan pemanasan global semakin memperburuk kondisi lapisan ozon planet Bumi. Gas rumah kaca membuat lapisan ozon pelindung Bumi berlubang. Namun, sebuah penelitian menunjukkan bahwa saat ini lubang tersebut mulai tertutup.
ADVERTISEMENT
Artikel ilmiah yang diterbitkan pada jurnal Nature menyatakan demikian. “Kami menemukan tanda-tanda adanya perubahan iklim di belahan Bumi selatan, khususnya dalam pola sirkulasi udara,” ujar Antara Banerjee, kepada Independent.
“Ini menunjukkan bahwa pola sirkulasi udara yang berubah disebabkan oleh lubang ozon yang menyusut setelah diterapkannya Protokol Montreal,” lanjut Banerjee yang merupakan peneliti yang bekerja di National Oceanic and Atmospheric Administration.
Ilustrasi lapisan ozon. Foto: Shutter Stock
Lapisan ozon adalah perisai pelindung di stratosfer Bumi. Fungsinya untuk menyerap sebagian besar radiasi ultraviolet yang dipancarkan matahari.
Tertutupnya ozon berperan dalam memperbaiki kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pemanasan global. Tanpa lapisan ozon, semua makhluk yang ada di Bumi takkan bisa bertahan hidup.
Di masa lalu, penggunaan zat chlorofluorocarbon (CFC) oleh manusia, telah menyebabkan lapisan ozon rusak dan bisa mengancam keberadaan makhluk hidup.
ADVERTISEMENT
Akhirnya pada tahun 1987, sebuah perjanjian internasional yang disebut “Protokol Montreal” dibuat. Protokol itu bertujuan untuk melarang manusia menggunakan zat CFC yang dinilai bisa merusak lapisan ozon.
“Emisi zat perusak ozon CFC yang bertanggung jawab atas lubang ozon mulai menurun sekitar tahun 2000. Terima kasih sudah menerapkan Protokol Montreal,” kata Banerjee.
Lubang ozon yang terlihat di Arktik, Kutub Utara. Foto: NASA
Dalam penelitiannya, Banerjee menjelaskan bahwa aliran jet stream (arus angin atau sirkulasi atmosfer) di selatan Bumi secara bertahap bergeser ke Kutub Selatan pada dekade terakhir abad ke-20. Ini terjadi karena penipisan lapisan ozon secara global.
Studi yang dilakukan Banerjee menemukan bahwa pergerakan tersebut mulai berhenti sejak tahun 2000, dan bahkan mungkin berbalik. Jeda pergerakan dimulai sekitar waktu yang sama, yakni ketika lubang ozon mulai pulih.
ADVERTISEMENT
“Bukan hanya ozon yang telah memengaruhi jet stream, CO2 juga memiliki efek tersendiri. Tampaknya telah terjadi tarik menarik antara pemulihan ozon yang memengaruhi pergerakan jet stream ke satu arah (ke utara) dan peningkatan CO2 yang menarik ke arah lain (ke selatan).”
Jeda dalam pergerakan jet stream yang bergeser karena dua kekuatan tersebut saat ini terpantau seimbang. Artinya, jika ini terus dipertahankan ada kemungkinan di masa depan lapisan ozon akan pulih sepenuhnya. Ini dapat berpengaruh pada iklim global, dan memperbaiki kerusakan yang telah manusia lakukan pada Bumi.
“Poin terpenting dari penelitian ini, adalah bahwa lubang ozon telah menyusut dan itu berkat Protokol Montreal,” ungkap Banerjee.
“Ini menunjukkan bahwa perjanjian internasional telah berhasil dan dapat membalikkan kerusakan yang telah kita lakukan terhadap planet kita. Itu pelajaran bagi kita semua yang mudah-mudahan dapat diterapkan pada emisi gas rumah kaca untuk mengatasi perubahan iklim,” tutupnya.
ADVERTISEMENT
(EDR)