Selain di Atlantik, Letak Segitiga Bermuda Juga Ada di Indonesia dan Meksiko

Konten dari Pengguna
25 Januari 2021 12:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Unik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Segitiga Masalembo. Foto: commons.wikimedia.org
zoom-in-whitePerbesar
Segitiga Masalembo. Foto: commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT
Keberadaan Segitiga Bermuda telah menjadi misteri bagi beberapa kalangan. Wilayah yang berlokasi di antara pantai Atlantik Florida (AS), Antiles, dan Puerto Rico ini sudah menghilangkan sekitar 50 kapal dan 20 pesawat secara misterius. Meiliki cerita yang tak kalah misterius, Segitiga Bermuda juga dikenal di dua tempat yang berbeda.
ADVERTISEMENT

Masalembo, Indonesia

Beberapa kecelakaan tercatat di kawasan pulau Masalembo dan tidak sedikit yang berujung pada kematian. Menurut jurnal Saintek Maritim yang berjudul “Misteri Segitiga “Masalembo” Merupakan Segitiga Bermuda di Wilayah Indonesia” kecelakaan di perairan ini diawali oleh tenggelamya Kapal Motor Penumpang (KMP) Tampomas II pada 27 Januari 1981.
Kapal yang membawa 1.105 Penumpang, 191 mobil, dan 200 motor tersebut terbakar di tengah perjalanan dari Jakarta menuju Sulawesi dan akhirnya karam di perairan Masalembo. Akibat kejadian tersebut, 431 orang tewas termasuk sang kapten, Abdul Rivai.
Setelah 25 tahun karamnya KMP Tampomas II, kecelakaan di perairan Masalembo dimulai lagi oleh karam Kapal Ferry Senopati Nusantara pada tanggal 29 Desember 2006. Kapal tersebut mengangkut 542 penumpang, tujuh truk besar, dan satu alat berat. Pihak Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menduga kapal tersebut tenggelam karena cuaca buruk.
ADVERTISEMENT
Tidak kurang dari satu minggu, kecelakaan kembali terjadi di perairan Masalembo. Kali ini kecelakaan menimpa pesawat udara Adam Air tujuan Surabaya-Manado yang terbang pada 1 Januari 2007. Pesawat yang membawa 102 penumpang itu dinyatakan hilang tanpa jejak setelah tak bisa dihubungi ATC Makassar. Akibat kejadian tersebut, seluruh penumpang yang berjumlah 102 orang meninggal dunia.
Masih dalam jurnal yang sama, dijelaskan faktor pertama kawasan Masalembo kerap melibatkan kecelakaan kapal karena dipengaruhi oleh pertemuan arus yang disebut Arlindo. Arus ini adalah pertemuan antara arus jawa dengan arus dari Selat Makasar yang datang dari arah utara. Kedua arus ini bertemu di sekitar Segitiga Masalembo
Faktor kedua adalah adanya pengaruh angin muson yang berembus setiap enam bulan sekali. Angin ini terjadi karena adanya perbedaan pemanasan bumi antara belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Angin muson berembus setiap setengah tahun sekali dan selalu berganti arah.
ADVERTISEMENT
Secara geografis, Indonesia diapit oleh dua benua, yaitu Asia dan Australia. Perbedaan tekanan udara di kedua benua tersebut mengakibatkan terjadinya angin muson. Angin muson yang berasal dari Asia disebut angin muson barat, dan angin muson yang berasal dari Australia disebut angin muson timur
Mapimi Silent Zone, Meksiko
Melansir Atlas Obscura, Mapimi Silent Zone merupakan sebuah daerah gurun berpasir yang sangat misterius. Letaknya tak jauh dari kota Mapimi, Meksiko. Ada yang mengatakan, daerah yang sepi ini sama misteriusnya dengan Segitiga Bermuda.
Gurun pasir yang juga dikenal dengan nama Trino Vertex ini membentang di negara bagian Durango, Chihuahua, dan Coahuila. Di gurun pasir tersebut sinyal radio, bahkan jarum kompas seakan berputar tak tentu arah. Usut punya usut, hal itu terjadi ketika benda langit pernah beberapa kali menghantam gurun pasir tersebut pada tahun 1938, 1954, dan 1969. Pecahan benda meteorit tersebut mengendap di tanah lalu menghasilkan suatu energi yang konon bisa mengacaukan sinyal.
ADVERTISEMENT
Fenomena misterius dilaporkan pada tahun 1930-an oleh Francisco Sarabia, seorang pilot Meksiko, yang mengklaim bahwa radionya secara misterius gagal berfungsi saat terbang di atas zona tersebut.
Untuk memecahkan misteri di gurun tersebut, sebuah perusahaan minyak nasional Meksiko yaitu Pamex, mengirimkan beberapa tim ekspedisi untuk menjelajah daerah tersebut pada tahun 1966. Namun, tim ekspedisi yang dipimpin oleh Augusto Harry de la Pena itu tidak bisa memecahkan misteri tersebut. Lantaran merasa frustasi dengan gangguan sinyal, ia pun menamakan tempat tersebut dengan Zone of Silence atau Zona Keheningan.
Tak berhenti di situ, cerita mengenai UFO dan makhluk luar angkasa juga bersliweran di lokasi tersebut. Meski diselimuti misteri, Zone of Silence seakan memiliki daya tarik bagi wisatawan. Tak sedikit wisatawan yang berkunjung ke tempat itu untuk memenuhi rasa penasaran. Adapula wisatawan yang berkemah di sekitar gurun misterius itu.
ADVERTISEMENT
(MRT)