Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Kapan Suatu Konflik Sosial akan Berkembang Menjadi Kekerasan?
21 Februari 2025 15:43 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Konflik yang tidak dapat diselesaikan dapat berkembang menjadi kekerasaan , sehingga melahirkan dampak yang bersifat destruktif. Misalnya, perusakan, penjarahan, dan lain sebagainya. Lalu, kapan suatu konflik sosial akan berkembang menjadi kekerasan? Berikut pembahasan selengkapnya.
Kapan Suatu Konflik akan Berkembang Menjadi Kekerasan?
Sebuah konflik selalu disertai dengan luapan-luapan perasaan tidak suka, benci, dan amarah. Dari luapan perasaan-perasaan tersebut, timbul keinginan untuk menghancurkan lawan atau pihak lain. Apabila keinginan itu diwujudkan dalam sebuah tindakan, pada saat itulah terjadi kekerasaan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kekerasaan identik dengan tindakan melukai orang lain dengan sengaja. Kekerasaan yang demikian disebut sebagai kekerasaan langsung. Kekerasaan juga menyangkut tindakan-tindakan seperti mengekang, mengintimidasi, meniadakan hak seseorang, hingga meneror orang lain.
ADVERTISEMENT
Suatu konflik akan berkembang menjadi kekerasan apabila individu atau kelompok yang berinteraksi mengabaikan norma dan nilai-nilai sosial dalam mencapai tujuan masing-masing.
Dengan diabaikannya normal dan nilai sosial itu, timbullah tindakan-tindakan irasional yang cenderung merugikan pihak lain, tetapi menguntungkan diri sendiri. Akibatnya, terjadi konflik yang akan bermuara pada kekerasaan.
Cara Pengendalian Konflik Sosial
Masyarakat dapat mengendalikan konflik sosial dengan beberapa cara. Mengutip buku Sosiologi untuk SMA dan MA karya Kun Maryati dan Juju Suryawati, berikut ini adalah bentuk-bentuk pengendalian konflik sosial.
1. Konsiliasi
Bentuk pengendalian konflik konsiliasi dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan diskusi dan pengambilan keputusan yang adil di antara pihak-pihak yang bertikai.
ADVERTISEMENT
Contoh bentuk pengendalian konflik ini adalah lewat lembaga perwakilan rakyat. Berbagai kelompok kepentingan yang bertikai bertemu di dalam lembaga ini untuk menyelesaikan konflik mereka.
2. Mediasi
Pengendalian konflik dengan cara mediasi dilakukan apabila kedua pihak yang berkonflik sepakat untuk menunjuk pihak ketiga sebagai mediator. Pihak ketiga ini akan memberikan pemikiran atau nasihat-nasihat tentang cara terbaik dalam menyelesaikan pertentangan mereka.
Sekalipun pemikiran atau nasihat pihak ketiga tersebut tidak mengikat, cara pengendalian ini kadang-kadang menghasilkan penyelesaian yang cukup efektif.
Cara mediasi cukup efektif untuk mengurangi irasionalitas yang biasanya timbul di dalam konflik. Dengan cara mediasi, ada kemungkinan pihak-pihak yang berkonflik akan menarik diri.
3. Arbitrasi
Arbitrasi atau perwasitan umumnya dilakukan apabila kedua belah pihak yang berkonflik sepakat untuk menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik.
ADVERTISEMENT
Pada bentuk mediasi, pemikiran atau nasihat dari pihak ketiga bukan merupakan keputusan yang mengikat kedua belah pihak yang berkonflik. Sebaliknya, dalam bentuk perwasitan, kedua belah pihak harus menerima keputusan-keputusan yang diambil pihak ketiga.
(SA)