Konten dari Pengguna

Punggahan atau Munggahan, Tradisi Masyarakat Jawa dalam Menyambut Ramadan

23 Februari 2025 19:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi  Punggahan atau Munggahan, sumber gambar unsplash/Mufid Majnun
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Punggahan atau Munggahan, sumber gambar unsplash/Mufid Majnun
ADVERTISEMENT
Punggahan atau munggahan merupakan salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di Pulau Jawa dalam menyambut bulan Ramadan. Tradisi ini memiliki tujuan untuk mengingatkan umat muslim bahwa bulan suci tersebut akan segera tiba.
ADVERTISEMENT
Munggahan dilakukan dengan berdoa, silaturahmi, dan makan bersama keluarga atau kerabat dekat. Tradisi ini dilakukan ketika akan memasuki bulan suci Ramadan.

Apa itu Punggahan atau Munggahan?

Ilustrasi Punggahan atau Munggahan, sumber gambar unsplash/Mufid Majnun
Mengutip buku Kebijakan Desa Berketahanan Sosial oleh Irmayani, dkk (2021), munggahan atau munggahan berasal dari kata “munggah” yang artikya naik. Hal ini bisa dimaknai bahwa bulan Ramadan akan segera berlangsung, sehingga perlu disambut dengan keimanan dan ketaqwaan oleh masyarakat.
Umumnya, masyarakat Jawa juga akan mengirimkan doa untuk keluarga yang telah meninggal dunia. Tradisi ini tidak bertentangan dengan syariat Islam, tetapi justru melengkapi syiar agama Islam dengan melakukan kegiatan-kegiatan religius.
Punggahan juga menjadi salah satu cara mengekspresikan kegembiraan dalam menyambut bulan Ramadan yang hanya datang setahun sekali.
ADVERTISEMENT

Sejarah Punggahan atau Munggahan Tradisi Masyarakat Pulau Jawa

Ilustrasi Punggahan atau Munggahan, sumber gambar unsplash/Muhammad Adil
Punggahan atau Munggahan pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga saat menyebarkan ajaran Islam di Jawa, terutama wilayah Jawa Tengah. Saat itu, Sunan Kalijaga menerapkan metode akulturasi (percampuran kebudayaan) untuk menyebarkan agama Islam agar lebih mudah diterima oleh masyarakat.
Punggahan umumnya dilakukan di rumah, masjid, atau musala dengan mengundang tetangga dan sanak saudara. Kemudian, salah satu kyai di daerah setempat memimpin doa dan tahlil.
Saat melakukan punggahan, makanan yang disediakan berupa apem, pasung, pisang raja, dan ketan. Menu ini mengandung filosofi yang berkaitan dengan bulan Ramadan. Adapun makna dari makanan tersebut yaitu:
ADVERTISEMENT
Punggahan atau munggahan merupakan tradisi yang hingga saat ini masih dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Jawa. Dengan melaksanakan punggahan, diharapkan umat muslim dapat lebih giat menjalankan ibadah di bulan Ramadan. (DLA)