Benarkah Perasaan dan Pikiran Tak Pernah Bisa Sejalan?

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
Konten dari Pengguna
2 Mei 2022 9:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perasaan atau hati. Sumber: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perasaan atau hati. Sumber: Unsplash
ADVERTISEMENT
Semua orang pasti pernah mengalami ketika perasaan atau hati berkata 'ya' namun pikiran malah berkata 'tidak'. Nah, terkadang kita bertanya-tanya, apa iya perasaan dan pikiran itu tidak pernah sejalan atau selalu berlawanan?
ADVERTISEMENT
Pasalnya, hal yang kita alami selalu demikian dalam kegiatan sehari-hari. Hingga akhirnya, banyak orang selalu beranggapan lebih mengutamakan pikiran ketimbang perasaan atau bisa juga sebaliknya. Lalu, mengapa hal tersebut terjadi? Begini penjelasannya menurut berbagai sumber.
Perasaan selalu muncul pertama
Ilustrasi perasaan atau cinta. Foto: Shutterstock
Seorang Profesor bernama Mark Solms asal University of Cape Town di Afrika Selatan mengungkapkan setiap kegiatan atau peristiwa sehari-hari yang dialami manusia menganggap perasaan selalu yang pertama muncul. Hal tersebut didasari karena rasa sayang atau empati kepada sesuatu.
Hal inilah yang menyebabkan perasaan selalu muncul pertama. Namun, perlu diketahui, ia mengungkapkan perasaan muncul karena pengaruh pikiran hingga menimbulkan seseorang melakukan atau merasakan sesuatu.
Nah, di saat bersamaan pikiran dianggap cenderung lebih mengganggu perasaan hingga akhirnya banyak orang berpikir realistis ketika melakukan sesuatu atau mencoba menggapai keinginan. Hal inilah yang terjadi mengapa setiap orang mengalami dilema ketika perasaan diganggu oleh pikiran.
ADVERTISEMENT
Manusia sejak lahir menggunakan perasaan
Ilustrasi bayi baru lahir Foto: Shutterstock
Setiap bayi yang lahir ke dunia dianggap hanya memiliki perasaan. Ketika baru lahir, seorang bayi disebut hanya bisa merasakan sesuatu atau kehadiran seseorang di sampingnya. Bahkan, tanpa melihat, bayi bisa merasakan hal tersebut.
Nah, dari sini disimpulkan bahwa manusia disebut awalnya tidak memiliki pikiran sejak lahir ke dunia. Sebab, perasaan merupakan faktor atau kunci seorang bayi bisa merasakan kenyamanan ketika disentuh atau dipeluk oleh orang tua tanpa memikirkan sesuatu.
Tak ayal, perasaan atau hati kerap muncul lebih dulu ketika telah dewasa. Bahkan, melihat peristiwa mengerikan hingga jatuh cinta, perasaan dinilai selalu muncul pertama ketimbang pikiran yang biasanya disebut muncul tiba-tiba.
Pikiran muncul dari belajar atau pengalaman
Ilustrasi otak manusia. Foto: Shutterstock
Pendidikan merupakan faktor utama mengapa manusia lebih berpikir realistis. Belajar sejak SD hingga perguruan tinggi adalah hal yang membuat manusia berubah total hingga kini mengedepankan pikiran ketimbang perasaan.
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu, menurut berbagai sumber, pikiran manusia ternyata sangat kuat meski tidak sering muncul. Bahkan, perasaan yang selalu datang pertama dalam kehidupan kita sehari-hari bisa dipatahkan oleh pikiran atau logika manusia itu sendiri.
Selain itu, dalam sebuah hal, pikiran atau logika dianggap kerap lebih diutamakan ketimbang perasaan. Dengan arti, manusia yang makin bertumbuh dewasa dinilai sulit mengontrol perasaan mereka karena pikiran selalu muncul ketika mengalami suatu hal.
Dengan penjelasan di atas, pikiran dan perasaan memang dianggap dua hal yang sangat berbeda. Namun, kedua ini dinilai memiliki peran masing-masing dan sangat dibutuhkan ketika melakukan atau memutuskan sesuatu. (fre)