Putri Esmat, Simbol Kecantikan Persia Abad 19 yang Bikin Banyak Pria Patah Hati

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
Konten dari Pengguna
2 Juli 2021 18:38 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Putri Esmat Al-Dowleh dengan kumis dan alis tebal jadi simbol kecantikan di Persia abad 19. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Putri Esmat Al-Dowleh dengan kumis dan alis tebal jadi simbol kecantikan di Persia abad 19. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Potret lawas Putri Fatemeh Khanum atau Esmat Al-Dowleh yang disebut menjadi simbol kecantikan Persia abad ke-19 menarik perhatian publik. Sebab penampilan dan fisik putri kerajaan Persia itu berbeda dengan perempuan pada umumnya di zaman modern.
ADVERTISEMENT
Esmat Al-Dowleh menjadi lambang kecantikan perempuan di Persia pada abad ke-19. Dia memiliki kumis serta pintar bermain piano. Karena itu banyak pemuda yang jatuh cinta padanya. Namun, banyak dari mereka patah hati karena cintanya ditolak sang putri.
Dihimpun berbagai sumber, Esmat adalah seorang putri dari Dinasti Qajar. Dia merupakan salah satu anak perempuan dari raja Nasir al-Din Shah Qajar yang bertahta di Persia dari tahun 1848–1896.
Putri Esmat Al-Dowleh dengan kumis dan alis tebal jadi simbol kecantikan di Persia abad 19. Foto: Istimewa
Selain banyak istri, raja Nasir Shah juga memiliki banyak anak, salah satunya Esmat. Ibunya salah satu selir Nasir Shah bernama Taj Al-Dawla atau Taj El-Dowleh.
Esmat yang lahir pada 1855 tercatat pandai bermain piano. Dia kemudian menjadi perempuan pertama di Iran yang bisa main piano. Selain jago main piano, Esmat pun jadi simbol kecantikan pada saat itu yang membuat banyak pria terpesona dan jatuh cinta.
ADVERTISEMENT
Banyak pria di masa itu juga ingin meminang sang putri. Namun, Esmat menolak cinta mereka sehingga banyak pria yang patah hati bahkan disebut sampai ada yang bunuh diri.
Esmat pun akhirnya menikah dan dikaruniai anak. Hingga akhirnya sang putri meninggal lantaran sakit malaria yang waktu itu masih sulit ditemukan obatnya. Ia dikebumikan pada tahun 1905.
Di sisi lain, pada waktu yang sama, saudaranya perempuan Esmat, Taj al-Saltana, memulai sebuah gerakan revolusi baru untuk kebebasan perempuan. Saat itu, ia menuntut kesetaraan hak serta menjauhkan dari intervensi asing. Bisa dibilang akhir dari putri Esmat berbarengan dengan awal baru bagi perempuan di sana. (ace)