Putus Minta Balikin Pemberian, Apa Saja yang Boleh dan Tidak untuk Diminta Lagi?

Ilustrasi putus cinta. Foto: Shutter Stock

Hubungan pacaran banyak yang berakhir putus. Rasa ketika putus cinta tentunya menyakitkan, tapi akan lebih parah bila mantan minta balikin lagi semua pemberiannya. Menariknya, fenomena tersebut kerap terjadi di tengah masyarakat saat ini.

Kasus mantan minta barang-barang pemberiannya lagi setelah putus bahkan sampai viral di media sosial. Seperti misalnya, sempat viral mantan minta bayar biaya pacaran berupa makan, bensin, parkir, jajan, hingga paket internet dengan total Rp4,85 juta.

Dari sana, kemudian timbul pertanyaan: sebenarnya apa saja yang boleh dan tidak untuk diminta lagi ketika putus?

⁠Mengutip CBC, RJ Skinner selaku pakar etika berpacaran dari CBC Life menjelaskan bahwa hubungan kandas, apalagi mendadak, memang kerap membuat barang-barang kepunyaan mantan masih tertinggal.

Hadiah. Foto: Pixabay

Dari barang-barang yang ada, tentukan mana barang sendiri, kepunyaan mantan, atau milik bersama. Barang sendiri yakni yang dimiliki sebelum berpacaran atau memang digunakan sendiri. Pun kepunyaan mantan, kriterianya sama, digunakan eksklusif oleh si mantan.

Barang kepemilikan bersama yang agak rumit. Biasanya dibeli patungan, ketika putus akan menimbulkan drama. Jadi, sebaiknya barang tersebut diberikan ke yang lebih membutuhkan dari kedua pihak, atau sebaiknya dijual dan uangnya dibagi dua.

Nah, kalau barang pemberian sebagai hadiah, tidak boleh lagi diminta ketika putus. Penerima juga tak perlu mengembalikannya. Boleh dibuat pengecualian kalau barang itu adalah warisan keluarga, misalnya cincin pernikahan nenek.

Ilustrasi kado spesial untuk pasangan yang berzodiak Virgo. Foto: Shutterstock

Menurut Skinner, mantan yang suka memaksa meminta kembali barang pemberian biasanya cuma mau merasa menang. Perasaan yang sama akan didapat seperti ketika melempar balik barang mahal pemberian ke mantan.

Bila akhirnya ada barang-barang mantan yang mau dikembalikan, idealnya menunggu 1-2 bulan atau setidaknya memastikan dulu dengan kepala dingin apakah hubungan sudah benar-benar berakhir.

Kalau kecepetan bisa terjadi pertengkaran lanjutan, dan kalau kelamaan malah jadi susah untuk balikin barang-barang karena hubungan sudah renggang.

Bila merasa perlu, pengembalian barang bisa menjadi momen bagus untuk obrolan terakhir. Namun, ada juga yang putus tidak baik-baik sampai enggan ketemu. Kalau begini, bisa dengan menjadwalkan waktu pengambilan dan pengantaran. (bob)