Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten Media Partner
10 Anak Tunanetra di Surabaya Raih Penghargaan dari Kerajaan Inggris
27 Januari 2025 6:43 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Senyum bahagia mengembang dari bibir Hang Wira Maulana Adirajasa saat sebuah pin disematkan pada jas hitam yang dikenakannya. Pin tersebut merupakan penghargaan The Duke of Edinburgh (DOE) International Award dari kerajaan Inggris, yang berhasil diraih pelajar tunanetra tersebut.
ADVERTISEMENT
Wira merupakan 1 dari 10 anak penyandang tunanetra di Surabaya yang berhasil memperoleh penghargaan tersebut. Maka rona bahagia pun tersebut dipancarkan Wira.
"Senang, ini pertama kalinya," ujar pelajar kelas IX ini, saat ditemui Basra usai menerima DOE International Award, Minggu (26/1) kemarin.
Penghargaan tersebut berhasil diraih Wira setelah penyandang low vision ini berhasil menyelesaikan 3 kegiatan secara rutin seminggu sekali selama 6 bulan. Kegiatan itu berupa rekreasi fisik, keterampilan, dan sosial, serta melakukan 1 kegiatan perjalanan petualangan.
Selain 10 anak penyandang tunanetra, penghargaan tersebut juga diberikan kepada 18 anak yatim dan duafa lainnya.
"Ada 28 anak yatim, duafa, dan tunanetra asal Surabaya binaan yayasan Urunan Kebaikan yang mendapatkan mendapatkan penghargaan ini," ujar Pemimpin Yayasan Urunan Kebaikan Surabaya Gusti Hamdan Firmanta, saat dijumpai dalam kesempatan yang sama.
ADVERTISEMENT
Gusti melanjutkan, penghargaan tersebut merupakan penghargaan tingkat internasional yang saat ini berada di 120 negara di dunia, diberikan kepada anak muda usia 14-24 tahun.
"Anak-anak penerima penghargaan tersebut telah menjalani tantangannya yang telah ditentukan dengan baik. Kegiatan yang dijalankan tiap anak berbeda-beda," imbuhnya.
Misalnya di bidang fisik ada yang melakukan olah raga lari, bersepeda, kalistenik, dan skiping. Di bidang keterampilan ada yang belajar fotografi, bahasa, komputer, dan lain-lain.
Di bidang sosial ada yang menjadi relawan tunanetra, ada yang mengajar mengaji, ada pula yang menjadi relawan yayasan, dan masjid.
"Semuanya dilakukan secara rutin seminggu sekali selama 6 bulan, plus mereka pernah berpetualang naik gunung dan susur sungai di bulan Desember 2024 lalu," tukas Gusti.
ADVERTISEMENT
Penghargaan tersebut dibagi menjadi 3 kategori, bronze, silver, dan emas. Bagi penerima penghargaan kategori silver, mereka sebelumnya telah menerima penghargaan kategori bronze, kemudian mereka melanjutkan kembali tantangan tersebut selama 6 bulan untuk bisa mendapatkan penghargaan silver.
Saat ini beberapa di antara mereka melanjutkan ke tingkat emas dengan lama tantangannya adalah 1 tahun, plus ada tambahan tantangannya yakni melakukan 1 kali proyek pemukiman (residensial project) selama 5 hari di sebuah daerah yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya.
"Tantangan melakukan hal tersebut untuk mendapatkan penghargaan berskala internasional mungkin terlihat mudah, namun ternyata setelah dijalankan, hal ini bukan perkara mudah, apalagi dilakukan secara rutin selama kurun waktu tertentu. Di minggu-minggu awal mungkin terasa ringan dan semangat, namun di minggu-minggu berikutnya ternyata sangat sulit dijalani utamanya dalam hal konsistensi dan ketahanan semangat. Tidak semua anak bisa melakukannya. Dibutuhkan tekad yang sangat kuat dan dorongan dari mentor yang terus bisa menyemangati," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya penghargaan tersebut, Gusti berharap agar para binaannya yang notabene anak-anak tunanetra, yatim, dan duafa yang semula belum memiliki akses terhadap dunia global, akhirnya memiliki kepercayaan diri bahwa mereka pun juga mampu untuk bersaing, dan mengubah nasibnya di masa yang akan datang dengan cara yang positif, serta kesuksesannya tersebut memiliki dampak positif pula bagi lingkungan di sekitarnya.
"Sertifikat penghargaan yang sudah mereka peroleh ini dapat menjadi surat sakti untuk jenjang lebih global. Penghargaan ini sudah diakui lebih dari 120 negara dan harapannya anak-anak ini bisa memiliki akses menuju ranah global," simpulnya.