Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
2 Bocah Kelas 6 SD Asal Sampang Nekat Motoran ke Jakarta Bawa Uang Rp 105 Ribu
24 November 2023 6:49 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Aksi nekat dua bocah laki-laki yang asal Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, mengendarai sepeda motor tanpa memakai helm menuju ke Jakarta cukup menghebohkan publik. Pasalnya dua bocah berinisial MZ dan D itu masih duduk di bangku SD kelas 6, namun sudah nekat motoran ke Jakarta dari Sampang demi bertemu teman.
ADVERTISEMENT
Menurut pengakuan MZ kepada sang paman, Ahmad Jauhari, aksi motoran ke Jakarta dilakukan tanpa persiapan. Artinya keinginan ke Jakarta itu muncul begitu saja.
"Kata MZ, mereka berangkat hari Minggu (19/11) siang. Ya nggak direncanakan, tiba-tiba pengen ke Jakarta. Katanya mau ketemu teman di sana. Temannya di Jakarta itu ya asalnya dari desa sini juga, hanya saja sebulan lalu dia pindah ke Jakarta bersama bapaknya. Nah dia bilang ke keponakan saya, kalau ke Jakarta jangan lupa menemui dia. Nanti ketemu di Tanjung Priok. Minggu kemarin berangkatlah keponakan saya itu ngajak si D ini," jelas Jauhari saat dihubungi Basra, Kamis (23/11) malam.
Jauhari mengungkapkan jika D bukanlah teman sekolah MZ. Keduanya hanya teman bermain dan D tinggal di desa sebelah.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan cerita MZ kepada Jauhari, MZ dan D berangkat ke Jakarta tanpa membawa bekal pakaian mau pun makanan. MZ juga hanya membawa uang sebesar Rp 105 ribu yang diakui MZ hasil pinjam alias utang temannya. Keduanya berangkat ke Jakarta naik motor bodong dan tanpa memakai helm.
"Motornya bodong, wong nggak ada pelat nomornya. Motor itu kan biasa dipakai untuk riwa riwi di sekitaran sini saja, jadi bukan motor yang biasa dipakai pergi-pergi jauh," ungkap Jauhari.
Menurut Jauhari, MZ mengaku jika uang Rp 105 ribu itu dipakainya untuk membeli bensin di SPBU. Terhitung dalam perjalanan MZ sudah membeli bensin sebanyak 9 kali dengan nominal Rp 10.000 setiap kali isi bensin. Sedangkan sisa uangnya dibelikan mi instan untuk makan berdua.
ADVERTISEMENT
"Katanya beli mi instan Rp 5 ribu di warung, dimakan berdua. Hanya satu kali itu saja mereka makan, selebihnya ya mereka nggak makan. MZ juga nggak bawa charger hp, jadi dia pinjam charger hp ke orang warung pas baterai hpnya habis," tutur Jauhari.
Dalam perjalanan menuju Jakarta itu, MZ dan D naik motor boncengan. Keduanya menyetir secara bergantian. Aksi keduanya berjalan mulus tanpa diketahui polisi hingga tiba di Kota Semarang. Mengingat keduanya belum pernah ke luar maka Google maps diandalkan sebagai penunjuk jalan.
"Nah pas di Semarang itu kena cegatan (razia) polisi, hari Senin (21/11) pagi. Akhirnya mereka berdua ini diamankan sama kepolisian Semarang, karena kan motornya bodong dan nggak pakai helm. Supaya nggak tersesat mereka pakai Google maps," ujar Jauhari.
ADVERTISEMENT
Pihak kepolisian Semarang lantas menghubungi Jauhari selaku wali dari MZ. Awalnya Jauhari tak percaya jika sang keponakan berada di Semarang. Jauhari kuatir jika itu hanyalah modus penipuan.
"Sekarang kan banyak mbak aksi penipuan. Saya takutnya telepon dari polisi Semarang itu penipuan. Lalu saya minta dikirimi bukti foto dan video keponakan saya ketika di Semarang. Setelah dikirimi baru saya percaya," terangnya.
Usai mendapat kabar dari kepolisian di Semarang, Jauhari bergegas menuju ke sana untuk menjemput sang keponakan. Mengendarai mobil pinjaman dari teman, Jauhari menuju Semarang ditemani istri dan temannya sebagai pengemudi mobil.
"Kita berangkat ke Semarang itu Senin siang, nyampe Semarang Selasa sekitar jam 1 dini hari. Di sana kantor polisinya sudah tutup, untungnya ketemu sama petugas jaga dan dia tahu kalau saya dari Sampang untuk jemput keponakan," kisahnya.
ADVERTISEMENT
Saat melihat sang keponakan yang sedang tertidur pulas di salah satu ruangan, tangis Jauhari dan istri tak terbendung lagi. Pasalnya, kondisi MZ dan temannya cukup memprihatinkan.
"Mereka sangat lusuh, saya nelongso lihatnya. Pas mereka bangun dan lihat saya langsung nangis dan minta maaf," kenang Jauhari.
Jauhari menuturkan jika kini sang keponakan dalam kondisi baik, hanya saja belum bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah.
"Belum masuk sekolah, istirahat dulu anaknya. Apalagi sejak kejadian itu banyak wartawan yang datang ke rumah. Saya sendiri sebenarnya nggak mau keponakan saya viral gara-gara kasus ini. Tapi yang terpenting dia bisa pulang dengan selamat. Dia juga sudah janji tidak akan mengulangi lagi, malah lulus sekolah nanti minta mondok di pesantren," tandasnya.
ADVERTISEMENT