Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.95.0
Konten Media Partner
2 Masukan Pengamat Pendidikan Soal Tewasnya Taruna Muda Poltekpel Surabaya
7 Februari 2023 14:07 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Kasus kekerasan yang dilakukan oleh senior kepada juniornya kembali terjadi di lingkungan pendidikan.
ADVERTISEMENT
Kali ini, dugaan kasus perundungan disertai kekerasan terjadi di Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya. Mirisnya, dalam kasus tersebut, seorang taruna muda atau siswa berinisial MR meninggal dunia.
Menanggapi hal itu, pengamat pendidikan Isa Ansori mengatakan, jika kejadian ini mencoreng dunia pendidikan.
Isa menuturkan, tujuan dari pendidikan sendiri yaitu menjadikan orang tidak tahu menjadi tahu, orang yang tidak beradap menjadi beradap, dan orang yang tidak santun menjadi santun.
"Di sana, ada etik atau kemampuan untuk mengapresiasi dan menghargai orang lain. Nah persoalannya, kemudian terjadi kasus yang bagi saya itu merampas. Merampas hak hidup orang lain, merampas kedamaian orang lain, kemudian cara-cara yang dilakukan adalah cara-cara yang jauh dari nilai-nilai pendidikan," kata Isa ketika dihubungi Basra, Selasa (7/2).
ADVERTISEMENT
Isa mengungkapkan, kejadian seperti ini bukanlah pertama yang terjadi di Indonesia, terutama di Surabaya. Menurutnya, kejadian ini terjadi karena dua hal.
Pertama yaitu prosesnya seperti apa, dan kemudian yang melakukan proses dan menerimanya seperti apa.
"Saya kira, proses-prosesnya sudah dilakukan sesuai dengan norma yang ada di lembaganya. Kemudian pada penerima proses, ini variabelnya banyak, mahasiswa A dan B bisa berbeda. Sehingga pada tingkat penerimaan proses, ada variabel lain yang tidak bisa dikontrol oleh dosen atau lembaga pendidikan sehingga menyebabkan terjadinya kekerasan dan sampai meninggal itu," tutur Isa.
Kasus Harus Diungkap Secara Terang
Isa mengatakan, kasus kekerasan yang terjadi di lembaga pendidikan seperti saat ini harus diungkap secara terang benderang.
Di mana lembaga terkait dengan bantuan pihak kepolisian harus mengungkap secara terang benderang kenapa kekerasan itu bisa terjadi.
ADVERTISEMENT
"Supaya masyarakat tidak lagi berasumsi, menduga, dan tidak percaya lagi sama lembaga pendidikan. Jadi kami mendorong kawan-kawan kepolisian agar secepat mungkin mengungkap pelanggaran-pelanggaran itu kenapa bisa terjadi," kata Isa.
"Dan pelanggar hukum harus mempertanggung jawabkan perbuatan yang dia lakukan," tambahnya.
Lembaga Pendidikan Perlu Evaluasi
Adanya kejadian ini, Isa mengungkapkan, lembaga pendidikan harus melakukan introspeksi dan evaluasi agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.
"Ini bisa dijadikan sebagai evaluasi, jangan-jangan sistem yang dijalankan di sana kemudian menyebabkan orang menjadi keras. Ini menjadi pengingat semuanya, bagaimana kemudian tidak ada lagi lembaga pendidikan terjadi peristiwa yang memalukan," ucap Isa.
"Jangan-jangan pendidikan yang diajarkan tadi ada unsur yang menimbulkan watak yang keras. Tegas boleh, tapi yang enggak boleh keras. Ketika muncul kekerasan-kekerasan, berarti ada ketegasan-ketegasan yang tidak diatur kemudian jadi kekerasan. Ini berarti dalam wilayah kontrol kewenangan lembaga. Kalau lembaga sampai kebobolan terjadi seperti ini, maka setidaknya pimpinan lembaga atau lembaga sendiri bisa menjelaskan lebih terbuka agar tidak terjadi asumsi macam-macam," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Isa juga meminta lembaga pendidikan terkait untuk memberikan sanksi tegas kepada para pelaku jika dia terbukti bersalah secara hukum.
"Saya kira unsur-unsur yang menyebabkan kekerasan itu harus diatur kembali. Biar enggak dimanfaatkan. Misalnya unsur senioritas. Ini mestinya ada sanksi tegas bagi orang-orang yang memanfaatkan ini dan menyebabkan orang lain menjadi korban. Jadi harus ada sanksi tegas," tukasnya.