Konten Media Partner

3 Pasar Rakyat di Surabaya Jadi Pilot Project Bebas Kantong Plastik

10 Desember 2021 11:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
3 Pasar Rakyat di Surabaya Jadi Pilot Project Bebas Kantong Plastik
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Permasalahan sampah plastik hingga saat ini, masih menjadi perhatian banyak pihak. Selain berdampak buruk terhadap lingkungan dan kesehatan, penggunaan kantong plastik sekali pakai juga terletak pada taraf yang mengkhawatirkan.
ADVERTISEMENT
Berbagai cara pun dilakukan demi mengurangi limbah plastik sekali pakai. Salah satunya lewat program Pasar Rakyat Kota Surabaya Bebas Kantong Plastik yang dinaungi oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya.
Untuk mengawal kegiatan ini, pakar lingkungan Universitas Airlangga (Unair), Nita Citrasari S.Si., M.T. ditunjuk menjadi peneliti utama dalam studi program tersebut.
Nita mengatakan, bahwa plastik sekali pakai merupakan limbah plastik yang mendominasi di Surabaya.
"Sehingga program ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai di Kota Surabaya, dimulai dari Pasar Rakyat yang ada di Kota Surabaya," kata Nita, Jumat (10/12).
Pada tahap awal pelaksanaan program ini, pihaknya meneliti kesiapan pasar rakyat dalam menjalankan program.
Setelah menyusuri 67 pasar di bawah pengelolaan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Surya, ia bersama tim peneliti sampah, yang terdiri dari 25 mahasiswa dari Prodi Teknik Lingkungan (PTL) mendapatkan tiga pasar yang layak dipilih sebagai pilot project yaitu Pasar Genteng, Pasar Pucang dan Pasar Kapasan.
ADVERTISEMENT
Di ketiga pasar inilah, Nita dan tim melakukan penelitian diakhiri dengan aksi edukasi dan sosialisasi penukaran tas plastik sekali pakai dengan tas kain.
Dalam penelitian tersebut, dosen Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Unair ini juga menemukan bahwa diperlukan sosialisasi secara berkesinambungan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program ini.
"Masyarakat perlu diberikan bukti riil terkait dampak plastik di lingkungan. Contoh penyebab banjir di Pasar Kapasan, yaitu kantong plastik sekali pakai yang masuk dan menumpuk di selokan. Saat selokan dibongkar, akan menimbulkan bau, Jadi disini dampak riil yang dirasakan banjir dan bau sampah," jelasnya.
Ke depan, Nita berharap akan adanya percepatan penetapan regulasi penggunaan sampah plastik sekali pakai di Surabaya, yang juga dibarengi dengan tumbuhnya rasa cinta lingkungan oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Harapannya, masyarakat bisa mencintai lingkungannya. Salah satunya caranya dengan mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai, membawa tas kain atau keranjang saat berbelanja ke pasar, dan lain-lain," pungkasnya.