3 Siswa Sekolah Cikal Surabaya Lolos ke WSC di Yale University

Konten Media Partner
29 September 2019 9:04 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peserta WSC Global Round 2019 di Manila, Filipina. Keempat dari kiri : Leandra Mazel Nurhadityo, Nadya Anjani Putri Danardono, dan Ayunda Damai Fatmarini. Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Peserta WSC Global Round 2019 di Manila, Filipina. Keempat dari kiri : Leandra Mazel Nurhadityo, Nadya Anjani Putri Danardono, dan Ayunda Damai Fatmarini. Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Leandra Mazel Nurhadityo, Ayunda Damai Fatmarani, dan Nadya Anjani Putri Danardono tak pernah menyangka kalau mereka akan memenangkan banyak medali emas di ajang World Scholar's Cup (WSC) Global Round yang digelar pada 6-11 September 2019 di Manila, Filipina.
ADVERTISEMENT
WSC Global Round di Manila merupakan kompetisi di bidang akademik yang diikuti 1.500 siswa dari 30 negara dunia. Ada beberapa mata pelajaran yang dilombakan seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni, sejarah, dan masih banyak lagi.
Dalam kompetisi tersebut, Leandra berhasil meraih 8 medali emas, dan 4 perak. Lalu Nadya meraih 3 emas dan 1 perak, dan Damai meraih 5 medali emas dan 1 perak.
Berkat kemenangan di WSC Global Round, Leandra, Damai, dan Nadya yang merupakan siswi kelas 8 Sekolah Cikal Surabaya ini akan mewakili Indonesia ke WSC Tournament of Champions di Yale University, Amerika Serikat pada 8-13 November 2019.
"Kami sama sekali enggak menyangka bisa maju sampai ke Yale. Target kami saat itu melakukan semua tahapan lomba dengan usaha terbaik yang kami bisa. Sebaik-baiknya," kata Damai pada Basra, Jumat (27/9).
Bentuk soal di WSC dibagi beberapa macam, ada Scholar's Bowl, Collaborative Writing, Scholar's Challenge, dan Team Debate. Untuk Scholar's Bowl, setiap tim akan memegang clicker untuk menjawab pertanyaan. Setiap pertanyaan membutuhkan daya analisis dari tiap anggota tim. Scholar's Bowl ini cukup seru karena masing-masing tim harus segera menekan clicker sebelum waktu habis.
ADVERTISEMENT
"Melalui kompetisi WSC kami belajar tentang manajemen waktu. Kami tak bisa sekadar menjawab pertanyaan dengan benar, tapi juga cepat. Karena itu kami harus terus latihan soal-soal supaya bisa menganalisis lebih cepat dan tepat," kata Nadya.
Yang paling seru, kata Leandra, saat mereka menghadapi tim debat dengan dari Vietnam dan India. Ada tiga topik debat yang diujikan saat itu. Topik pertama adalah 'That every school principal should spend a month of the year working as janitor', lalu topik kedua 'That science fiction should guide the inventors of new enabling technologies', dan topik ketiga 'That social media has made it easier to marginalized people'.
"Tim kami selalu dipilih jadi tim yang harus seolah-olah setuju dengan materi yang akan didebatkan. Ini cukup menantang, karena kami harus cari argumen yang tepat yang kami yakini cukup logis untuk mengalahkan argumen lawan," kata Leandra.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari banyaknya medali yang berhasil dikumpulkan, pengalaman ikut kompetisi WSC membuat Leandra, Damai, dan Nadya makin memahami karakter satu sama lain. Termasuk untuk menentukan metode apa yang harus digunakan dalam debat untuk lebih meyakinkan argumen mereka.
"Kompetisi ini mengajarkan kami untuk yakin pada kemampuan diri sendiri. Kami juga harus berani untuk menghadapi ketakutan, dan percaya kalau kami sudah menyiapkan yang sebaik-baiknya," kata Nadya. (Reporter : Windy Goestiana)