Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten Media Partner
5 Anak Disabilitas Berkarya Rilis Buku Fotografi 'Tutur Mata'
28 Januari 2023 10:27 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Memiliki keterbatasan fisik tak menjadi penghalang bagi 5 anak penghuni Pondok Sosial Kalijudan, Surabaya, ini untuk menunjukkan kemampuan diri di bidang fotografi. Omay yang mengidap down syndrome dan empat kawannya yang bisu tuli, yakni Pina, Kiking, Mukidi, dan Jacky menunjukkan kepiawaiannya memotret dalam sebuah buku bertajuk 'Tutur Mata'.
ADVERTISEMENT
Kelima anak disabilitas tersebut merupakan anak didik dari Leo Arif Budiman, founder Disabilitas Berkarya.
Sejak medio 2016, Leo aktif mengajar fotografi sebagai kegiatan selingan untuk anak-anak disabilitas yang tinggal di Pondok Sosial Kalijudan.
"Dengan munculnya buku ini bisa menjadi motivasi bahwa anak-anak ini tanpa orang tua dengan keterbatasannya tetap bisa berkarya asal diberi ruang dan kesempatan yang sama," ujar Leo saat menjadi narasumber dalam acara diskusi 'Bertutur Lewat Mata' yang digelar di Wisma Jerman, Jumat (27/1) malam.
Menurut Leo, awalnya ia merasa kesulitan ketika mengajari anak-anak disabilitas. Cara berkomunikasi diakui Leo dengan anak-anak tersebut menjadi kendala yang cukup menyulitkan. Pasalnya anak-anak disabilitas yang tinggal di Pondok Sosial Kalijudan tak memahami bahasa isyarat.
ADVERTISEMENT
"Terus terang kesulitan dalam hal komunikasi. Karena saya tidak bisa bahasa isyarat, mereka mengerti atau minim banget bisa bahasa isyarat. Akhirnya kami menggunakan bahasa kedekatan. Artinya, tahu sama tahu karena terbiasa bersama. Pakai kode-kode tertentu, gestur, bahasa visual," jelasnya.
Setiap seminggu sekali Leo bersama kawan-kawan Disabilitas Berkarya rutin berkunjung ke Pondok Sosial Kalijudan untuk mengajar berbagai keterampilan mulai dari membatik hingga fotografi.
Leo juga kerap mengajak hunting foto di luar Pondok Sosial Kalijudan. Pada awal-awal latihan saat hunting foto itu, anak-anak hanya menggunakan kamera ponsel. Lambat laun mereka belajar memotret lewat kamera poket, LSR, maupun mirrorless. Mereka diajarkan tentang lighting, speed, kontras, dan beragam setting kamera lainnya.
Lima tahun belajar fotografi, karya anak-anak yang terkumpul pun semakin banyak. Terlebih, Leo menangkap potensi besar dari lima anak.
ADVERTISEMENT
Lima anak itu dipilih agar karya mereka dibukukan karena memang paling potensial ketimbang lainnya. Total ada 48 foto dari lima anak tersebut yang terkumpul pada 2016–2021.
"Ada sekitar 300an foto yang diserahkan ke saya untuk dikurasi. Akhirnya lolos dalam tanda kutip tampil di buku ini ada 48 foto," kata Mamuk Ismuntoro, Editor buku 'Tutur Mata'.
Mamuk mengungkapkan jika dirinya cukup surprise saat mengkurasi foto-foto anak-anak disibilitas tersebut. Menurut Mamuk, foto-foto mereka cukup dramatis.
"Cukup dramatis, sangat personal, di luar dugaan. Saya sempat bertanya-tanya bagaimana mas Leo bisa membuat mereka seperti itu. Anak-anak yang dianggap normal saja belum tentu bisa," tandasnya.
"Saya bisa katakan kecerdasan visual itu milik semua orang, tidak ada urusan dengan mental dan segala macam. Lima anak ini yang dianggap tidak bisa apa-apa, terpinggirkan, nyatanya mereka punya kecerdasan visual yang cukup," tegas Mamuk.
ADVERTISEMENT
Ada banyak kisah di balik setiap foto yang tercetak di buku 'Tutur Mata'. Salah satunya adalah foto bidikan Pina yang diletakkan di halaman depan buku. Dia memotret Omay dan Kiking yang tertawa lepas saat loncat di atas sapu.
"Foto-foto di awal menggambarkan sesuatu yang fun. Tapi nanti kita akan masuk ke dalam labirin (foto) yang makin personal, sangat tajam, dan di luar dugaan," imbuh Mamuk.