50 persen Penduduk Dunia Akan Gunakan Kacamata

Konten Media Partner
13 Januari 2023 17:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri kesehatan RI periode 2014 hingga 2019 Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, Sp.M(K). Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Menteri kesehatan RI periode 2014 hingga 2019 Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, Sp.M(K). Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Diprediksi 50 persen penduduk dunia akan menggunakan kacamata di era digital. Hal ini disampaikan menteri kesehatan RI periode 2014 hingga 2019 Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, Sp.M(K). saat menjadi narasumber dalam stadium generale yang digelar Fakultas Kedokteran (FK) Unusa, Jumat (13/1).
ADVERTISEMENT
Nila menyebutkan masuknya era digital menjadikan banyak penduduk dunia akan banyak menggunakan kacamata.
"Saya bukan tidak suka dengan digital, saya suka era digital karena semua serba cepat, namun tetap harus diatasi dengan baik dengan koreksi pengkacamataan," ungkapnya dalam kuliah umum dengan mengangkat tema eyes health lifestyle for gen z in digital era.
Penggunaan alat digital seperti HP, komputer dan lainnya membuat mata akan mudah lelah.
"Kita harus menjaga kesehatan mata dengan pemeriksaan mata sehingga bisa mengubah kacamata jika mengalami perubahan," ungkapnya.
Nila menyebutkan ada beberapa teknik tersendiri untuk mengatasi mata lelah dengan teknik 20-20-20. Di mana 20 menit yang dihabiskan untuk menatap layar, sehingga Anda harus mengistirahatkan mata dengan melihat benda yang berjarak 20 kaki atau enam meter selama 20 detik.
ADVERTISEMENT
"Kita harus melihat jauh untuk mata lepas melihat benda yang jauh, jadi kita harus mengistirahatkan mata kita," imbuhnya.
Nila menjelaskan kesehatan mata saat ini tengah dilirik oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), karena kesehatan mata itu sangat penting untuk pencapaian SDGs yang merupakan menurunkan angka kemiskinan di dunia.
"Kita akui pendidikan memerlukan penglihatan, pekerjaan memerlukan penglihatan, bahkan lansia pun juga memerlukan penglihatan karena mereka harus tetap bersosialisasi," tandasnya.
Nila menjelaskan pada data Riskesda tahun 2013 sebanyak 6,9 persen kasus diabetes sedangkan tahun 2018 kasus diabetes mengalami peningkatan menjadi 8,5 persen.
"Indonesia menjadi negara yang tinggi dalam diabetesnya, apa sih hubungannya dengan mata, di mana diabetes ini akan merusak retina karena pendarahan di dalam retina, apa bisa disembuhkan jawabnya tidak bisa dan menjadi buta permanen sehingga bukan seperti katarak," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sehingga perlu adanya pencegahan diabetes meningkat lantaran Indonesia tidak ingin banyak masyarakat yang mengalami diabetes yang berdampak pada kebutaan.
"Di mana orang buta tidak bisa berdiri sendiri mereka memerlukan pendamping sehingga ada dua orang yang tidak bekerja berapa kerugian negara dalam hal ini, jadi betul memikirkan penyakit tidak menular tidak stunting," ungkap Nila.
Dalam acara ini, Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) Prof, Dr. Ir. Muhammad Nuh,DEA mengaku senang akhirnya Prof Nila Moeloek mau hadir ke Unusa untuk memberikan ilmunya kepada mahasiswa. Banyaknya pengalaman membuat Nuh ingin mahasiswa Unusa bisa mengambil Ilmu yang bermanfaat dari Prof Nila.
"Saya ingin mahasiswa kita bisa mengetahui bagaimana kesehatan mata bagi generasi Z di tengah era digitalisasi seperti saat ini," tukasnya.
ADVERTISEMENT