Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Ada Ratusan Siswa SMP Belum Bisa Baca, Potret Buram Dunia Pendidikan
2 Mei 2025 7:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Masih banyak pekerjaan rumah di bidang pendidikan di Tanah Air. Salah satunya adanya temuan ratusan siswa SMP di Bali belum lama ini yang tak bisa membaca dengan lancar. Ini menjadi peringatan keras bahwa pendidikan Indonesia tidak baik-baik saja. Dari 34.062 siswa tersebut, sebanyak 155 siswa dinyatakan termasuk dalam kategori tidak bisa membaca (TBM). Sementara 208 siswa siswa termasuk dalam kategori tidak lancar membaca (TLM).
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal tersebut Pakar Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Achmad Hidayatullah Ph.D menyebut bahwa hal ini merupakan tantangan berat khususnya sekolah dan guru.
Kata pria yang kerap disapa Dayat ini, peristiwa COVID-19 dan pandemi yang terjadi beberapa tahun lalu merupakan salah satu faktor.
“Pada saat itu, siswa belajar dalam kondisi tidak normal, semua diganti pembelajaran online yang notabene sistemnya belum terbangun dengan baik,” ujar Dayat dalam keterangannya, seperti dikutip Basra, Jumat (2/5).
Akhirnya kata Dayat, kemampuan dasar seperti membaca dan menghitung yang semestinya bisa dikuasai sejak sekolah dasar tidak berkembang dengan baik.
Lebih lanjut, kata Dayat faktor lainnya adalah sistem pembelajaran di kelas yang tidak mengutamakan deep learning.
“Dengan tidak menikmati proses belajar mengajar, penguasaan siswa terhadap kemampuan dasar membaca, menulis dan berhitung tentu bisa berkurang,” terang Dayat.
ADVERTISEMENT
"Oleh karena itu, saya pikir ada tiga hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menyelesaikan permasalahan tersebut," sambungnya.
Pertama, melakukan pendataan atau evaluasi tentang siswa yang belum bisa membaca dan menghitung terkonsentrasi di daerah mana.
Kedua, guru perlu dukungan dari pemerintah untuk membangun sistem beliefs atau keyakinan mereka, bahwa ketertinggalan siswa seperti tidak bisa membaca dan menghitung masih bisa diperbaiki.
Dengan penguatan sistem beliefs ini guru bisa termotivasi untuk tetap mendampingi siswa agar mereka bisa membaca dan menghitung.
Ketiga, sekolah dan guru perlu menguatkan beliefs atau keyakinan siswa bahwa mereka bisa melewati permasalahan seperti masalah tidak bisa membaca dan menghitung. Pembelajaran yang menantang di kelas dengan mengutamakan proses seperti pembelajaran metacognitive bisa menjadi solusi untuk membangun sistem keyakinan siswa bahwa mereka bisa membaca dan mampu melakukan perhitungan matematika.
ADVERTISEMENT
“Pembelajaran metacognitive membawa spirit deep learning atau pembelajaran yang mendalam,” imbuhnya.
Dayat memberi contoh dalam pembelajaran matematika dan bahasa, pada pembelajaran tersebut siswa dibimbing mengontrol level kemampuan mereka dalam membaca dan menghitung. Selanjutnya siswa dibimbing untuk bisa melakukan evaluasi dan meningkatkan kemampuan mereka secara bertahap dalam membaca dan berhitung.