Konten Media Partner

Aeshnina, Pejuang Lingkungan Cilik Surati Jokowi soal Sampah

21 Februari 2022 16:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aeshnina, Pejuang Lingkungan Cilik Surati Jokowi soal Sampah
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional. Momen ini menjadi pengingat sekaligus penggugah kesadaran masyarakat agar lebih peduli pada pengolahan sampah. Pegiat lingkungan cilik asal Gresik, Jawa Timur, Aeshnina Azzahra Aqulani, pun meminta Presiden Jokowi lebih tegas lagi dalam pembuatan peraturan pencegahan masuknya sampah impor, peraturan membakar sampah, dan pengawasan pembuangan limbah pabrik.
ADVERTISEMENT
Permintaan tersebut disampaikan Aeshnina dengan berkirim surat kepada Presiden Jokowi.
"Kami tidak mau menanggung beban pencemaran yang disebabkan oleh generasi saat ini. Kami punya hak hidup di lingkungan yang bersih dan sehat," tukas Aeshnina, dalam keterangan tertulis yang diterima Basra, Senin (21/2).
Dengan berkirim surat kepada Presiden, gadis cilik yang kerap disapa Nina ini berharap, pemerintah Indonesia tidak hanya mementingkan infrastruktur tetapi juga lebih memperhatikan lingkungan demi generasi penerus selanjutnya.
"Pabrik kertas di Indonesia membutuhkan sampah kertas yang bersih atau tidak tercampur untuk didaur ulang menjadi kertas, karton, koran, dan kardus. Pabrik kertas lantas membeli sampah kertas dari luar negeri, karena sampahnya sudah dipilah sejak dari rumah," ungkap Nina.
Namun sayangnya, kata Nina, para negara eksportir seperti Amerika, Kanada, Australia dan negara-negara Eropa diduga menyelundupkan sampah plastik kotor ke dalam sampah kertas yang akan dikirim ke Indonesia. Setelah pabrik kertas pengimpor mengambil sampah kertasnya, sampah plastik impor dibuang di desa-desa di sekitar pabrik kertas.
ADVERTISEMENT
"Desa Bangun Mojokerto menjadi tempat pembuangan sampah plastik impor terbesar di Jawa Timur. Penduduk desa memilah sampah plastik impor yang laku dijual dan yang tidak laku. Sampah plastik impor yang laku dijual atau yang bisa didaur ulang dijual ke pabrik daur ulang plastik untuk dijadikan pelet plastik kemudian dikirim ke Cina. Tapi proses daur ulang plastik sangatlah kotor, sampah plastik impor dicuci dengan air sungai atau air sumur kemudian limbahnya dibuang ke sungai tanpa adanya pengolahan limbah cair sehingga limbah pabrik daur ulang mencemari sungai dan membunuh ikan-ikan," jelasnya.
Nina bahkan telah meneliti bahwa air Sungai Brantas, Kali Porong, Kali Surabaya, Kali Marmoyo, telah mengandung mikroplastik.
Nina juga menemukan bagaimana industri membuang limbahnya yang berwarna putih, hitam pekat dan mempengaruhi warna air sungai, padahal air sungai digunakan untuk bahan baku PDAM maupun tambak.
ADVERTISEMENT
"Sementara itu ikan-ikan di sungai telah mengandung mikroplastik bahkan di dalam tubuh manusia sekalipun," tukasnya.