Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Alas Lobre, Hutan 'Perawan' di Surabaya yang Tak Banyak Diketahui Orang
18 Oktober 2020 11:58 WIB

ADVERTISEMENT
Alas (hutan) Lobre, mungkin masih terdengar asing bagi warga Surabaya. Padahal hutan ini menjadi paru-paru bagi Kota Pahlawan. Hutan Lobre terbilang masih 'perawan' karena tak banyak didatangi orang.
ADVERTISEMENT
Hutan Lobre secara administrasi tercatat masuk kecamatan Sukomanunggal. Letaknya berada di perbatasan Kecamatan Dukuh Pakis dan Sukomanunggal. Tak ada catatan pasti tentang luas lahan hutan Lobre. Namun berdasarkan penuturan warga sekitar, Amat Mulyono, luas Hutan Lobre berada di dekat kampung Putat Gede hingga Tol Gunungsari.
"Kalau dilihat lewat satelit, hutan Lobre sangat luas. Dari sini (kampung Putat Gede) sampai dekat Tol Gunungsari," jelas Amat yang menemani Basra, menyusuri hutan Lobre, Minggu (18/10).
Nama Lobre, lanjut Amat, diambil dari keberadaan burung Kolibri yang dulunya banyak dijumpai di hutan ini. Sayangnya, seiring munculnya pemukiman pendudukan di sekitar hutan Lobre, keberadaan burung Kolibri kian sulit dijumpai.
"Awal penamaan alas Lobre ya dari burung Kolibri itu. Tapi lidahnya orang Jawa, susah ngomong Kolibri, lambat lain jadi Lobre," tukas Amat.
ADVERTISEMENT
Selain burung Kolibri, hutan Lobre juga menjadi habitat ayam alas dan ular piton. Sedangkan untuk tumbuhan, hutan Lobre merupakan habitat dari tanaman Tabebuya.
"Jauh sebelum Bu Wali (Wali Kota Risma) nanam Tabebuya, disini malah banyak tumbuh Tabebuya. Kalau pas mekar dan Bu Wali masuk kesini pasti seneng lihatnya. Bulan September kemarin bunganya mekar," papar Amat.
Pohon Tabebuya yang tumbuh di hutan Lobre, kata Amat, lebih dikenal warga sekitar dengan nama Pohon Juar atau Jati Besi.
Dari pengamatan Basra, sejauh mata memandang akan disuguhi pemandangan pohon-pohon dengan ranting yang berserakan di bawahnya. Sebuah sungai kecil membelah hutan ini. Namun karena sedang musim kemarau, sungai ini tak dialiri air sama sekali.
ADVERTISEMENT
"Coba nanti mbaknya kesini lagi pas musim hujan pasti takjub. Tanamannya makin rimbun dan hijau-hijau gitu," imbuh Amat.
Menyusuri hutan Lobre harus ekstra hati-hati mengingat banyaknya ranting pohon yang berserakan di tanah. Ada pula lubang-lubang kecil pada tanah jalan setapak yang membuat langkah kaki harus makin berhati-hati agar tak terperosok.
Sebagai seorang seniman, Amat kerap menggelar acara di kawasan hutan Lobre agar kian dikenal publik.
"Saya sering bikin acara disini, seperti pameran lukisan bareng teman-teman hingga konser musik akustikan. Ya supaya hutan Lobre banyak dikenal, syukur-syukur kalau nantinya dijadikan sebagai wahana wisata edukasi," simpulnya.