Anak Susah Fokus dan Sulit Bersosialisasi, Waspada Kurang Zat Besi

Konten Media Partner
22 Februari 2021 12:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sayuran. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anak kurang konsentrasi dan fokus, serta sulit bersosialisasi. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sayuran. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anak kurang konsentrasi dan fokus, serta sulit bersosialisasi. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Ada fakta mencengangkan yang perlu menjadi perhatian orang tua terkait tumbuh kembang anak. Dari hasil riset kesehatan dasar (Riskesda) menunjukkan fakta bahwa satu dari tiga anak Indonesia berisiko kekurangan zat besi.
ADVERTISEMENT
Kekurangan zat besi berpotensi menghambat pertumbuhan kognitif, motorik, sensorik, maupun sosial anak. Apabila tidak ditangani dengan tepat dampaknya bisa jadi permanen.
“Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anak kurang konsentrasi dan fokus, serta sulit bersosialisasi,” tegas Dr dr Luciana B Sutanto MS SpGK pada webinar ‘Dukung Anak Generasi Maju Tumbuh Maksimal, Sarihusada Luncurkan SGM Eksplor Pro-Gress Maxx dengan IronC’, (18/2).
Menurut dokter spesialis gizi klinis ini, kecenderungan tersebut dapat dicegah dengan memberi asupan makanan kaya zat besi, misalnya hati, ayam, ikan, bayam, dan susu.
Dalam kesempatan yang sama, President of Indonesian Nutrition Association (INA) Luciana mengungkapkan, untuk mendapatkan manfaat makanan bergizi, penyajian makanan bagi anak harus bervariasi setiap harinya. Telur, daging, ayam, bisa diatur bergantian setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Luciana mengakui, orang tua sering mengalami kesulitan untuk memberi asupan sayur pada anaknya.
“Kenalkan sayuran sejak dini. Pada tahap awal misalnya, berikan sayuran yang bercita rasa manis sehingga mudah diterima anak dan diolah dengan baik sehingga tidak susah saat dikunyah,” jelasnya.
Yang tak kalah penting, lanjut Luciana, orang tua juga harus mengajarkan makan sayuran pada anak dengan contoh yang baik. Memberikan makanan yang mengandung vitamin C, dikatakan Luciana, juga penting untuk mendukung penyerapan zat besi.
Sementara itu, psikolog anak & keluarga, Anna Surti Ariani mengingatkan, selain nutrisi yang lengkap, stimulasi juga penting untuk mengasah potensi prestasi pada anak terutama menghadapi berbagai tantangan saat ini.
“Pada kondisi seperti sekarang, orang tua dan anak harus menyesuaikan diri dengan kondisi baru dan tidak menentu, sehingga anak dituntut berpikir cepat, tangguh, percaya diri, tumbuh tinggi, dan aktif bersosialisasi untuk dapat menjadi anak generasi maju,” tukas Anna.
ADVERTISEMENT