Konten Media Partner

Anggaran Makan Bergizi Gratis Rp 10 Ribu, Pakar Ingatkan Soal Janji Kampanye

17 Desember 2024 6:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Simulasi pelaksanaan program makan bergizi gratis di salah satu sekolah di Surabaya. Foto: Diskominfo Surabaya
zoom-in-whitePerbesar
Simulasi pelaksanaan program makan bergizi gratis di salah satu sekolah di Surabaya. Foto: Diskominfo Surabaya
ADVERTISEMENT
Presiden Prabowo Subianto telah menetapkan anggaran makan bergizi gratis (MBG) yang semula Rp15.000 menjadi Rp10.000. Pemangkasan ini merupakan imbas dari keterbatasan anggaran pemerintah. Menurutnya, Rp10.000 sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi MBG per porsinya.
ADVERTISEMENT
Pakar Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr H Jusuf Irianto Drs MCom menyoroti kebijakan tersebut. Prof Jusuf menyatakan bahwa kebijakan tersebut merupakan keputusan yang rasional dari sisi pemerintah. Namun, perlu ditegaskan bahwa keputusan tersebut juga membutuhkan pertimbangan dari sisi rakyat.
“Keputusan untuk mengurangi anggaran makan bergizi gratis merupakan keputusan yang rasional bagi pemerintah mengingat keterbatasan anggaran. Bagi rakyat sebaliknya. Yang penting sekarang bagaimana dengan anggaran yang terbatas, pemerintah dapat menyediakan MBG yang layak dan bergizi,” ujar Dosen Ilmu Administrasi Negara itu, dalam keterangannya seperti dikutip Basra, Selasa (17/12).
Menurut Prof Jusuf, komunikasi kebijakan menjadi aspek krusial yang perlu pemerintah perhatikan. Ia mengingatkan agar para pejabat berhati-hati dalam menyampaikan janji atau pernyataan kepada publik.
ADVERTISEMENT
“Omongan pejabat pada dasarnya itu kebijakan yang sifatnya tidak tertulis. Omongannya menjadi pegangan rakyat. Jika tidak terealisasi bisa menimbulkan kekecewaan. Jadi, pemerintah harus belajar bagaimana berkomunikasi yang baik dengan rakyatnya,” jelasnya.
Ia mencontohkan kasus kenaikan gaji guru yang tidak terealisasikan. Hal serupa, menurutnya, berpotensi terjadi pada program MBG jika pemerintah tidak memastikan implementasinya dengan baik.
“Program ini merupakan program andalan Presiden Prabowo untuk peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Khususnya dalam mengatasi masalah stunting. Oleh karena itu, pemerintah harus sungguh-sungguh dalam pelaksanaannya,” ungkapnya.
Sebagai salah satu janji kampanye Presiden Prabowo, Prof Jusuf menekankan bahwa pemerintah harus memastikan realisasi program MBG sesuai dengan harapan rakyat.
“Jika janji kampanye adalah memberikan makan siang gratis, maka itu harus dipenuhi tanpa mengurangi kualitasnya. Komunikasikan kebijakan yang tidak sesuai dengan rencana awal kepada masyarakat dengan sejelas-jelasnya tanpa mengabaikan upaya upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh, Prof Jusuf mengingatkan pentingnya empati dalam menjalankan program ini.
“Pemimpin itu baru makan setelah rakyatnya makan. Itu harus direnungkan oleh pemimpin kita bersama. Kalau seperti itu pemerintah tidak akan asal merealisasikan program MBG ini. Pemerintah harus menunjukkan kesungguhan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui program ini,” pungkasnya.
Implementasi MBG merupakan tantangan bagi pemerintah dalam memenuhi janji kampanye di tengah keterbatasan anggaran. Program ini bukan sekadar kebijakan, tetapi tanggung jawab pemerintah untuk mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.